Puisi-puisi N. Syamsuddin Ch. HAESY yang tersemai di Alor
USAH MENGHITUNG USIAMU
[ kepada Amon Djobo ]
usah menghitung berapa bilangan usiamu
ketika hujan dan panas membasahi
seluruh relung alor dan pantar
hitung-hitunglah berapa bilangan koral
bermandi lidah ombak dari detik ke detik
dari menit ke menit
ambil sesukamu dengan genggaman kuat jemarimu
lontarkan ke udara
perhatikan dengan seksama
batu itu meluncur ke laut
di bawah pendar airnya yang bening
ikan-ikan berenangan
mengabarkan kepadamu
hidup adalah cara mencapai harmoni
segala perbedaan sirna dalam irama persatuan
seperti laut dengan ikan-ikannya
melangkahlah ke tepian
mari santap ikan bakar dengan ramuan sukacita
ketika mentari memancarkan cahaya
dan awan memayungi tanah kerinduan
pandanglah luas tak berbatas
jauh tak berujung
ikuti garis pantai hingga ke kaki langit
dengar bisik batinmu:
"Tuhan terlalu banyak memberi, kita terlalu banyak meminta. Tuhan tak pernah menghitung berkat yang diturunkannya ke nusa kenari, supaya kita mampu bertanya: sudah berapa banyak kita memberi kebajikan atas tnah kelahiran ini. Sudah berapa banyak benih kebajikan kita tanam dan semai di tanah kecintaan ini. Sudah berapa banyak tetes peluh kerja cerdas dan kerja ikhlas bertumbuh menjadi titian cinta kasih antara alor dan pantar, antara nusa kenari dengan nusa cendana, antara nusa cendana dengan nusa bangsa, Indonesia Raya dan Jaya."
saudaraku, jangan pernah menghitung bilangan usiamu. tapi hitunglah, berapa banyak hutang kita kepada Tuhan. Hutan cinta kasih yang tak pernah terbayar. Kecuali kita tak lelah menebar dan menyemai benih sukacita di sungging senyum rakyat.
selamat hari lahir.
[jakarta, 22 Februari 2021 ]
MAKLUMAT ZAMAN BARU
matahari memancar. geliat pagi tawarkan harapan.
jangan berubah pikiran, kawan. ingat senantiasa tujuan. fokus pada visi perjuangan. layani rakyat sepenuh pengabdian.
ingat kembali lantang suaraku di sudut stadion di tepian senja. selepas 84 purnama berlalu dulu.
cegah pertikaian dengan sukma terjaga.
pilihkan cara berdamai dengan masa depan.
dahulukan musyawarah. capai gapai mufakat.
songsong zaman baru sebentar tiba.
tanganmu, kawan. tanganmu. bentangkan.
bangun kesadaran bersama untuk alor bersatu. untuk alor yang satu, yang dipadu-padan harmoni oleh sejarah.
bentangkan tanganmu, kawan. peluk hangat seluruh rakyat.
lindungi mereka dari segala alur pikir menyimpang.
hasrat bertentang lantaran siasat tertular kepentingan sesaat. taklukan dengan niat semula menata hati.
zaman baru sudah tiba. nanomonster corona virus sudah tiba. menyerang menerjang tanah negeri mutumanikam.
mendesak kita ke sudut masa. ketidakpastian menghimpit. kerumitan menjepit. cara pandang terbelah.
ooo.. kembalikan pikiran segar. dulu kita bincangkan di tepian pantai teluk mutiara. kita gumamkan di sudut alor kecil. kala kita bercerita tentang orang-orang bijak datang dari ternate. tentang para pelaut dan pedagang datang dari mangkasara dan bulukumba. tentang pelaut majapahit. disambut para leluhur dengan cinta.
zaman baru sudah tiba, saudaraku.
ingat ingatlah lagi hasrat dulu membentang jalan kalabahi - kokar. karena pantai pasir putih selalu melambai-lambai mengundang kesadaran perubahan.
ingat-ingatlah lagi bentang hasrat tuliskan sejarah masa depan di sepanjang takpala hingga ke limboer dan taramana. supaya generasi baru membentang semangat peradaban baru sepanjang pantai agadae hingga tanjung manamoni. merawat bumi yang dicipta Tuhan laksana sekeping surga di timur matahari.
jangan pernah lelah mengelola keseimbangan nalar, nurani, rasa dan dria, karena kita harus membalik kemiskinan dari pulau marisa hingga kolane. jangan lupa cita-citamu menjaga merah putih berkibar abadi di bukit kebangsaan.
jangan pernah mudah terpancing amarah. bukankah kita pernah bercerita tentang bentang cinta sepanjang tanjung lisomu hingga pulu. supaya kita bisa berdiri tegak di puncak gunung sirung.
jangan mudah tergoda kesal. ingat-ingatlah angan asamu tentang gugusan kasih bertabur rahman dan rahim di rentang kabir hingga kalabahi.
di atas gugusan geopark pesona semesta segak indah alor menyatu gelombang tenang laut banda mengusik kesadaran: kita berdaya menaklukan penyakit, epidemi dan pandemi dengan cara kita. mendulang kecerdasan dan kearifan warisan para leluhur.
inilah maklumat zaman baru, saudaraku:
dunia ada dalam genggaman jemari anak cucu. di situ perang masa depan ditebar suwanggi zaman baru.
lindungi anak cucu kita dari kepalsuan dan igauan, dari sengketa tak usai sudah, disemai dengan racun rumors, hoax dan fithan.
jangan pernah lelah melayani rakyat.
kita mesti pelihara dan hidup-hidupkan damai
di sukma terjaga anak cucu kita.
jangan lupa bulir airmata rakyat
setiap kali amarah menggoda,
kawan !
jakarta, november 2020
ALOR, AKU BERGURU KEPADAMU
Alor
Aku datang ke bumimu
Manikam mengambang di samodera raya
Angin gunung berembus
Mengantar cinta yang sulit dituliskan dengan aksara
Angin laut berembus
Mengantar kasih dalam damai semesta
Di pulau-pulaumu
di gunung-gunungmu
di sela batang kenari yang tegak berdiri
di sela batang mente yang merimbun
di sela tamarin yang kokoh berbaris
di sela rerumputan dan padang ilalang
terhampar luas memanggil
sapi, rusa dan kambing datang
membawa sukacita mendatang
aku berguru tentang harmoni
di sepanjang pantaimu
di sela rimbun pohon lontar dan mangga kelapa
yang berbanjar tak gentar
aku berguru kepadamu
tentang bagaimana alam harus dicintai
di dusun-dusun sunyimu
di Kalabahi kota Kenari
aku belajar tentang bagaimana
mengelola hati
membangun negeri
aku berburu pada ikan-ikan yang berenang
di laut dalam mu
belajar tentang makna kehidupan
ikan bergaul dengan sesamanya’
orang baik akan bertemu dengan sesamanya
di hutan lepas Pulau Rusa
aku belajar tentang hakekat hidup
tentang bagaimana kehidupan
mesti berbagi
Alor
Aku datang ke bumimu
Ketika lonceng gereja berdentang
Ketika adzan di masjid berkumandang
Ketika Wangi Dupa di pura ngembara
Menggema bersama do’a-do’a
Yang berhimpun di cakrawala
Memohon Tuhan
Tak henti-henti mengaliri kasih karunia
Tak bosan-bosan mengaliri rahman dan rahim
Aku berguru kepadamu
Tentang bagaimana mengelola hati
Sukma nan senantiasa terjaga
Memberi makna atas kehidupan
Yang terus bergerak
Mengantarkan matahari
Mengantarkan rembulan
Jadi hiasan insan yang beriman
Alor
Aku berguru kepadamu
Tentang damai yang terpelihara
Dari masa ke masa
Seperti jemari elok para perempuanmu
Merajut benang cinta
Di hamparan ikat dan songket
Seperti jemari elok para lelakimu
Merajut benang menjadi jaring
Yang dilepas tangan kokoh para nelayan
Menjalin ruas-ruas bilah menjadi bubu
Yang diletakkan para nelayan di sela karang dasar lautan
Alor
Aku datang ke bumimu
Menyaksikan
Para pemimpin dan rakyatnya
Bergandengan tangan
Menyatukan hati
Menyatukan fikir
Menyatukan semangat
Bersatu
Menjemput masa depan
Aku belajar kepadamu
Mengenali sekeping
Surga di Timur Matahari
Aku belajar kepadamu
Memahami hakekat sejarah masa lalu
Sebagai titian untuk melangkah ke masa depan
Menyiapkan zaman baru
Bagi anak cucu
Yang mungkin tak pernah kita kunjungi
Alor
Aku datang bumimu
Bersama matahari
Ketika fajar merekah
Ketika laut tenang membentang
Luas tanpa batas
Ketika pagi mengusik kesadaran
Untuk bekerja dan berkarya
Menuliskan sejarah kehidupan
Dengan keikhlasan dan cinta kasih
Aku belajar kepadamu
Tentang cara tersenyum
Yang sudah lama dilupakan orang
Aku belajar kepadamu
Tentang cara mengasihi insan sesama
Sebagai daya hidup
Yang tak pernah redup
Cahaya yang selalu menyala
Menjadi penerang kala gelap menyergap
Menjadi genta yang bergema
memanggil semua orang
merapatkan barisan
melangkah dalam irama yang sama
menggelorakan semangat
membangun Alor tercinta
Alor
Aku datang kepadamu
Untuk belajar
Tentang cara memelihara alam,
Mengolah daya
Mengantar rakyat
Hidup sejahtera
Mengantar rakyat
Mewujudkan cita dan asa
Alor
Aku datang kepadamu
Untuk belajar tentang cara menjaga negeri
Siang dan malam
Untuk belajar tentang cara membangun negeri
Tak kenal henti
Untuk belajar tentang cara
Meneriakkan semangat
Ayo Tancap Gas !
Ayo Tancap Gas !
Surga di Timur Matahari ini
Kelak menjadi tujuan
Semua pencari cinta
[ kalabahi, 17 maret 2014 ]
KALA SIANG BELUM BERUBAH PETANG
aku menanti pesawat tiba dari Kupang
sebelum mentari terang sinar mentari bergulir redup
tenun dari pulau buaya membebat kepala
kunikmati kopi panas
sambil membayangkan gurihnya daging jonga
dimasak gulai dengan cinta
aku duduk di lantai pintu masuk
lapangan terbang Mali
biarkan moko tersimpan di Takpala
bersama peradaban masa lampau
yang tersimpan di setiap gurat lempeng logamnya
kelak kudatang lagi ke sini
menelusuri jalan panjang peradaban
menghubungkan moko, busana kulit kayu, bunga sirih, anak panah dan merah bibir para nenek dan kakek
basah oleh do'a dan pengharapan
melepas ina dan ama pergi merantau
menuntut ilmu setinggi cakrawala se dalam dasar samodera
tuk kelak kembali memaknai surga di timur matahari
pada zaman yang mungkin tak terkunjungi
kunikmati kopi panas sambil duduk bersandar
sambil membayangkan kenikmatan kopi takpala
dihirup dalam perbincangan senja
sambil mata memandang jauh ke arah laut lepas banda
kelak kudatang lagi ke sini
merayakan asa dan harapan yang jelma jadi kenyataan
saudaraku.. jaga baik kepulauan ini
jangan putuskan cinta kasih
di titik laut antara tanjung lisamu dan dili
tempat perjumpaan dan perpisahaan tak punya makna
[ mali, 20 Maret 2014 ]
SENJA DI TAPAL BATAS MARITAING
senja merambat di tapal batas maritaing
biar mentari bergulir dan tenggelam di laut cinta kasih
kala remang perlahan gelap
kita saksikan dengan mata telanjang
cahaya lampu kendara bergerak hilir mudik di kota dilli
lampu pesawat kelap kelip siap mendarat
pesawat lain melesat tinggal landas
aku tegak berdiri memandang monumen tapal batas
patung jendral sudirman tegak berdiri
penanda keteguhan menjaga kedaulatan negara bangsa
kita habiskan dulu waktu di sini
sebelum bergerak ke tanjung lisomu
menikmati suara angin dan ombak
malam menawarkan misteri
ah.. jiwa tualang senja bergelora
nikmatilah malam di pantai batu kapal atau pigewa
sebelum esok kala geliat mentari memancarkan cahaya
kan kita nikmati keindahan semesta
di tanjung sawarana
di bibir laut tempat kita saksikan
perahu nelayan mengingatkan kita
tentang hakikat diri anak bahari
senja merambat di tapal batas maritaing
bercerita tentang sejarah hari kemarin
bekal menulis cerita hari esok
cerita yang telah berubah jadi sejarah
cerita yang kan berubah jadi rencana dan asa
dan hamparan laut yang menghubungkan
Timor Leste dan Indonesia Raya di Alor
adalah hamparan persaudaraan
tak boleh dinodai dengan dendam dan sakit hati
dari pantai kepulauan alor
sentiasa kita kabarkan salam perdamaian
harmoni kebangsaan
[maritaing, 12 februari 2014]
SAJAK DARI PANTAI BENLELANG
di laut tenang
ikan-ikan berenang
wajah wajah bocah riang
orang tua mengunyah pinang
ayo saling bergandeng tangan
buat hati seluruh rakyat senang
kejujuran, kebenaran dan keadilan harus menang
di tepi pantai ucapkan 'selamat datang'
jangan ragu tak perlu bimbang
segala persoalan boleh menantang
kendalikan diri tak perlu saling bertentang
meski dulu saling berperang
damai dicapai hingga sekarang
ayo tegak berdiri di atas bukit karang
pandang cakrawala dan laut terbentang
buka jalan bagi generasi mendatang
melesat jauh mencapai bintang
dipuji orang, tiada melayang
dicaci orang, marah berpantang
kuatkan iman teguh terpancang
kuasai ilmu cerdas berkalam pandang
bersih siasat damai membentang
surga di timur matahari kelak menjulang
ketika pagi berubah siang
kala siang menjelma petang
[benlelang, 14 maret 2014]
NOTA ASA
[ kepada Imran duru ]
aku tengok segakmu gagah berpesona
cocok dengan seragam yang kau kenakan
melihat wajahmu tersenyum
kubayangkan hatimu sedang mengulang ingat nilai dasar perjuangan mengabdi rakyat
seketika semangat insan cita menggerakkan dawai sukma
kecendekiaan menghidupkan kreativitas dan inovasi
modal utama mengabdi rakyat memajukan negeri
mengalir lagi getar cita: sebersih-bersih iman di dada, ilmu pengetahuan dan siyasah tuk bertanggungjawab
memakmurkan negeri tanah kelahiran
hingga Allah Pencipta dan Penguasa semesta
tak henti-henti mengalirkan berkah
menyediakan ruang ibadah
menebar keadilan dan kemakmuran
dalam keridhaan-Nya.
jaga amanah sepenuh tekad
jangan sampai berubah jadi khianat
supaya rahmat tak berubah jadi laknat
aku bangga melihatmu
bersanding gagah
mengawali langkah
membumikan visi menjadi realita
mengubah pulau terluar jadi beranda terdepan
Indonesia Raya
jadilah cahaya ketika gelap melintas
jadilah suluh bagi rakyat
melintasi lorong ketidakpastian dunia
[ kalabahi, 17 maret 2014.]