Pentas Operet Museum Award 2016

Mpok Sylvi di Antara Bilung dan Ling Ling

| dilihat 2823

PENTAS di Anjungan Kalimantan Barat – Taman Mini Indonesia Indah (TMII) – Jakarta Timur, Sabtu (15/10/16) malam, meriah. Malam itu digelar aksi apresiasi memajukan permuseuman Indonesia.

Museum Award digagas oleh Komunitas Jelajah yang diprakarsai Dhani Mashil dan Musiana Yudhawasthi. Tahun ini Ketua Dewan Juri adalah Prof. Dr. Wiendu Nuryanti, mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan. Tahun lalu, Ketua Dewan Juri adalah Prof. Dr. Sylviana Murni.

Prof. Dr. Wiendu dan Prof. Sylviana Murni, bersama-sama Fadly Zon dan Andy F. Noya dan beberapa tokoh lainnya adalah penasehat di Komunitas Jelajah.

Menurut Dhani Mashil, ini adalah penghargaan yang ke 5. Tahun ini salah satu kategorinya adalah tokoh Peduli Museum, yang memilih Presiden RI (2004-2014) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan I Nyoman Gunarsa, sebagai penerima penghargaan  5th Musem Award 2016 Purwakalagraha

Sejumlah kalangan diundang dalam acara itu. Mantan Deputy Gubernur DKI Jakarta bidang Pariwisata dan Kebudayaan, Sylviana Murni yang kini merupakan pasangan calon Wakil Gubernur untuk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang, hadir dan didapuk menjadi salah satu pemain operet bertajuk Bilung dan Ling Ling. Sylvi berperan sebagai sosok masyarakat Betawi.

"Agenda sebenarnya hanya pemberian penghargaan, tetapi di dalamnya ada operet dan saya disuruh main," kata Sylvi. Sambil tersenyum, Sylvi melanjutkan, “Saya disuruh main operet, jadi dalam waktu setengah jam, saya mikir, dan terus main..”  Operet itu sendiri digarap oleh Operette van Museum.

Yang main dalam operet itu antara lain adalah pengelola, pecinta, dan relawan komunitas pecinta museum. Maka jadilah pergelaran kolaboratif seni pertunjukan itu yang mengundang pesona para undangan.

Cerita operet yang ditulis Kang Dipa (anggota Lembaga Sensor Film) , itu berkisah tentang pemuda dayak bernama Bilung, yang jatuh cinta kepada gadis Tionghoa Lingling, berlatar cerita lisan khas Mempawah – Kalimantan Barat, yang terjadi sekira tahun 1780-an. 

Bilung tak mudah mendapatkan Lingling, karena tentangan keluarga dua belah pihak. Selain itu, situasinya juga sedang tidak tepat, lantaran kedua keluarga berlainan etnis itu sedang harus menghadapi pasukan penjajah di bumi Galaherang.

Berganti masa, orang tua Lingling berdagang ke Jakarta dan jumpa dengan perempuan Betawi yang dimainkan apik oleh Sylviana Murni. Pertemuan terjadi beberapa saat setelah orang tua Lingling mendarat di Pelabuhan Sunda Kelapa.

“Selamat datang koh.. Semoga kita bisa bekerjasama untuk Batavia yang lebih baik,”ujar Sylvi dalam dialognya.

Tak ada persiapan khusus Sylvi memainkan lakon di operet, itu. Baik karena selama ini, Sylvi memang karib dengan seni budaya Betawi. Juga karena kala mahasiswa dia aktif berkesenian, termasuk membaca puisi. Di masa itu, bersama kakaknya, Susiana dia sering menikmati pergelaran Rendra di Taman Ismail Marzuki. (Baca : Sylviana Murni untuk Rakyat Jakarta)

Di lingkungan masyarakat budaya Betawi sendiri, Sylvi banyak memberi inspirasi bagi pengembangan seni budaya Betawi, termasuk pembangunan sentra budaya Betawi di Srengseng Sawah – Jakarta Selatan.

Sosok Bilung juga dikenal dalam cerita wayang yang berkembang di Nusantara, terutama di Jawa.  Bilung berada di antara para punakawan. Bilung bak sisi keping mata yang tak berbeda dengan Togog. Keduanya selalu berpasangan dan menjadi contoh persahabatan abadi. Sampai kini belum ditemukan kisah wayang yang membinasakan pasangan Togog dan Bilung.

Bilung diandaikan sebagai representasi kaum Melayu dalam setting punakawan Jawa. Wataknya berbeda dengan Palui, yang juga sosok jenaka, dari tradisi lisan Banjar yang hidup di Kalimantan Selatan dan Timur.  Karenanya, dia Bilung disebut sebagai punakawan Sabrang dengan postur tubuh yang lucu, bersuara cempreng.

Cerita lisan dalam tradisi wayang Jawa menyebut, Bilung sama turun dari Kahyangan, seperti halnya Togog, Semar, dan juga Batara Guru, yang mempertemukan manusia dari dunia di atas dengan manusia dengan dunia tengah dan dunia bawah. Bilung beroleh gelar Batara Sarawita, dan bersama Togog memainkan peran sebagai pendamping para raja negeri seberang.

Berbagai sumber lain menyebut Bilung, adalah representasi rakyat. Dia menyimpan daya kritis dan kecerdasan intelektual berbalut kecerdasan emosional di balik kejenakaannya. Bilung dan Togog termasuk sosok refleksi manusia tahan banting, sabar, dan rendah hati, lantaran kudu mendampingi para penguasa negeri seberang yang berwatak arogan, serakah dan takabur.

Bilung dan Togog memainkan peran berat sebagai penyeimbang, di pusaran kekuasaan yang cenderung tiran, cenderung lalim, pandai berpura-pura baik kepada rakyat, padahal lalim dan susah dinasihati.

Bilung dan Togog tak pernah surut dan lelah menjalankan fungsinya sebagai penyeimbang, dan melalui keduanya aspirasi dan protes rakyat mengalir. Caranya elegan dan bermartabat, setiap kali menolak perintah majikan, sang penguasa lalim. Khasnya perintah yang tak sesuai dengan hati nuraninya.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai ‘pembantu’ penguasa yang mengabaikan kritik dan aspirasi rakyat, Bilung tetap menunjukkan loyalitas dan dedikasi. Karenanya, tak jarang pula Bilung dituding sebagai bagian dari penguasa yang berwatak lalim dan tak beretika, serta pandai melukai hati rakyat.

Kesabaran, sikap rendah hati, kelenturan sikap arif dan bijak dalam mengemban tugas dan fungsinya, membuat Bilung mempunyai ‘daya luwih’ kemuliaan sikap rendah hati, yang justru mampu mengalahkan majikannya itu. Tapi, kekuatan itu terus disimpan Bilung, karena dia berpegang pada prinsip taat kepada atasan, dan bersikap tegas – kritis, ketika sang majikan sudah keluar dari norma kepantasan dan kepatutan. Itupun masih disampaikan Bilung dengan cara yang sopan.

Bilung terus mengajarkan dan mentransfer keluhuran etika dan tak bosan mengingatkan sang penguasa, majikannya, dengan cara sopan. Termasuk ketika menunjukkan kepada sang majikan, bahwa masyarakat tidak suka diperlakukan dengan cara arogan, celaan, fitnah, membuka aib dan bahkan penistaan.

Bilung bertahan dengan sikapnya yang terus mengabdi kepada rakyat dan tak pernah bosan melayani rakyat. Dia bukan oportunis yang mencederai majikannya, meski dia tahu banyak kelemahan majikannya. Bilung bukan sosok ambisius.

Dalam kisah “Semar Mantu” yang digubah Ki Anom Suroto, di episode kisah Bambang Senet, dikisahkan, Bilung dilanda gandrung kasmaran. Ia berharap diperjodohkan dengan Siti Sundari, putri Prabu Kresna.

Bilung mengungkapkan hasratnya kepada Togog. Alih-alih membantu Bilung, Togog malah tertawa ngakak. Togog menyebut hasrat Bilung, laksana pungguk merindukan bulan. Tapi, Bilung konsisten, dia sungguh jatuh cinta dengan Siti Sundari.

 Rasa cinta itu membuat Bilung tampak merana. Badannya menjadi kurus, dan akhirnya memotivasi Togog untuk membantunya. Meski sejujurnya Togog mengatakan, Bilung tak mungkin mendapatkan Siti Soendari.

Dengan daya luwih yang dimilikinya, Togog membuat Bilung menjadi sesosok ksatria tampan dan diberi nama Teja Kusuma. Togog sendiri berubah menjadi Resi bernama Begawan Nindya Gupita.

Berbekal mantra aji Panglimunan, Teja Kusuma dan Nindya Gupita, menemui putri Kresna itu di taman Keputrian Dwarawati. Tapi Siti Soendari menolak kehadirannya, bahkan sampai histeris. Kerajaan Dwarawati pun gempar. Teja Kusuma dan Nindya Gupita kembali ke wujud semula menjadi Bilung dan Togog.

Kisah Bilung dan Togog itu berbeda dengan kisah yang digelar dalam Operet yang juga disaksikan Hj. Ani  Bambang Yudhoyono, itu. Operet itu lebih bertema keragaman masyarakat dan budaya, dalam menciptakan harmoni kebangsaan.

Menurut Sylvi, pelajaran yang bisa diambil dari operet ini adalah bagaimana menciptakan hubungan baik dengan masyarakat, dan menciptakan kondisi hubungan antar masyarakat yang harmonis. “Mudah-mudahan, kisah ini punya dampak baik. Makin kelihatan, kini kita berada dalam keragaman suku dan budaya,”ujar Sylviana Murni, yang kini beken dengan panggilan Mpok Sylvi.

Dalam konteks menjaga harmoni terkait Pilkada DKI Jakarta, bakal wakil gubernur dari pasangan calon Agus – Sylvi, ini mengingatkan, agar seluruh kontestan lebih menghargai dan tidak ada aksi saling serang pendapat.

“Kita ciptakanlah sikap saling menghargai. Kita kan saudara. Hanya saja sedang berkompetisi. Itu saja,”cetusnya. " Kita harus mampu menjaga bagaimana kita berbicara, beretika," ucap Sylvi. | JM Fadhillah

Editor : sem haesy | Sumber : berbagai sumber
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 823
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1089
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1342
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1483
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Humaniora
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 100
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 517
Momentum Cinta
12 Mar 24, 01:26 WIB | Dilihat : 526
Shaum Ramadan Kita
09 Mar 24, 04:38 WIB | Dilihat : 446
Pilot dan Co Pilot Tertidur dalam Penerbangan
Selanjutnya