AKARPADINEWS.COM | DUNIA persilatan Kang-Ouw tengah bergemuruh. Tiap perguruan silat mendapat surat tantangan. Surat itu berisikan pembuktian siapa pesilat paling mumpuni di bumi Kang-Ouw.
Surat itu sampai di perguruan Pendekar Buta. Surat tantangan itu membuat Si Pendekar Buta teringat akan murid termudanya bernama Eng Tay. Sayangnya, Eng Tay sudah lama menghilang. Akhirnya, Pendekar Buta bersama murid tertua, Pendekar Rajawali Muda, mengembara mencari Eng Tay.
Selain perguruan Pendekar Buta, Perguruan Go Bi Pay pun mendapat surat tantangan tersebut. Pendekar Cantik Buruk Rupa, pemimpin perguruan Go Bi Pay, mendapat tantangan adu jago dari seorang pendekar misterius. Karena usianya yang tak lagi muda, murid-murid Pendekar Cantik Buruk Rupa tak yakin gurunya dapat mengalahkan penantangnya.
Lantaran pesimistis itu, murid-murid Go Bi Pay membuat gladi resik kematian sang suhu. Memergoki murid-muridnya melakukan hal itu, Pendekar Cantik Buruk Rupa marah. Untuk meredakan kemarahan gurunya, murid-murid Go Bi Pay menjelaskan surat tantangan yang baru saja datang ke perguruan mereka.
Setelah mendengar perihal surat tantangan itu, Pendekar Cantik Buruk Rupa memahami mengapa banyak yang mengincar nyawanya. Menurutnya, banyak pendekar mengincarnya untuk merebut jurus Merogoh Sukma yang dimilikinya.
Jurus sakti mandraguna itu memang akan membuat siapapun yang menguasainya menjadi pendekar sakti. Hanya saja, jurus itu tak dapat dikuasai sembarangan orang. Ada kualifikasi khusus untuk pengguna jurus tersebut, yakni seorang perempuan.
Bila laki-laki mempelajari jurus itu, maka akan sangat berbahaya. Dampaknya, laki-laki itu akan memiliki sifat perempuan. Karenanya, Pendekar Cantik Buruk Rupa, hanya mewariskannya kepada murid kesayangannya, Sri. Sayangnya, muridnya itu telah lama menghilang.
Pengembaraan Pendekar Buta dan muridnya sampai di Perguruan Pondok Bambu yang diasuh oleh dua orang pendekar tua bersaudara, yakni Pendekar Tua Tanpa Gerak dan Pendekar Mabuk Tanpa Gerak. Di perguruan itu, Pendekar Mabuk mengajak Pendekar Buta untuk berkoalisi mengalahkan Pendekar Cantik Buruk Rupa.
Pendekar Buta menolak tawaran itu. Misinya mengembara bukanlah pembuktian pendekar nomor satu. Misinya ialah mencari adik seperguruan Rajawali Muda.
Gagal mempengaruhi Pendekar Buta, Pendekar Mabuk mencoba mempengaruhi Rajawali Muda. Sayangnya, Rajawali Muda sepemahaman dengan gurunya. Keduanya meneruskan pengembaraan mereka.
Pengembaraan keduanya sampai di perguruan Go Bi Pay. Keduanya disambut oleh Pendekar Cantik Buruk Rupa dan murid-muridnya. Dari pertemuan itu, Rajawali Muda akhirnya mengetahui persahabatan gurunya dengan Pendekar Cantik Buruk Rupa.
Ketika berada di perguruan silat itu, Rajawali Muda didekati oleh tiga orang perempuan mencurigakan. Hal yang paling membuat Rajawali Muda curiga ialah postur tubuhnya seperti pria. Ketiga perempuan itu mengejar Rajawali Muda hingga sampai di sebuah tempat kosong.
Di tempat itu, muncul Pendekar Mabuk Tanpa Gerak dan ketiga perempuan mencurigakan itu menunjukkan wujud aslinya, yakni murid Pendekar Mabuk. Rajawali Muda tak begitu terkejut karena sudah memperkirakannya.
Pada pertemuan itu, Pendekar Mabuk masih berusaha membujuk Rajawali Muda untuk menuruti tujuannya mengalahkan Pendekar Cantik Buruk Rupa. Dengan begitu, dia dan Rajawali Muda akan menjadi dua pendekar tak terkalahkan di dunia persilatan.
Bujukan itu ditolak mentah-mentah Rajawali Muda. Mendapat penolakan kedua itu membuat Pendekar Mabuk akhirnya memilih muridnya sendiri untuk membunuh Pendekar Cantik Buruk Rupa. Tak membiarkan pembunuhan itu terjadi, Rajawali Muda mencari gurunya untuk melaporkan rencana jahat Pendekar Mabuk.
Setelah menemui Pendekar Buta, Rajawali Muda membeberkan rencana Pendekar Mabuk. Mendengar penjelasan itu, Pendekar Cantik Buruk Rupa cukup tertekan. Baginya, pendekar yang bisa menyelamatkannya ialah Sri.
Saat memikirkan cara untuk menyelamatkan nyawa Pendekar Cantik Buruk Rupa, muncul sesosok pendekar dengan baju putih, berselendang merah, dan caping menutupi wajahnya. Ketiganya mengira pendekar itu adalah suruhan Pendekar Mabuk.
Ketika pendekar itu menampakkan wajahnya di bawah sinar rembulan membuat ketiganya terkejut. Ketiganya mengenal wajah pendekar misterius itu. Pendekar Cantik Buruk Rupa memanggilnya Sri. Sedangkan, Rajawali Muda memanggilnya Eng Tay. Ternyata, selama ini Sri dan Eng Tay adalah orang yang sama.
Tak lama kemudian, Pendekar Mabuk muncul bersama murid-muridnya dan Pendekar Tua Tanpa Gerak. Ketika ingin melakukan penyerangan, Pendekar Tua Tanpa Gerak menyela Pendekar Mabuk. Dia sudah muak dengan usaha Pendekar Mabuk ingin membunuh Pendekar Cantik Buruk Rupa.
Di hadapan para pendekar, Pendekar Tua Tanpa Gerak membeberkan alasan utama Pendekar Mabuk ingin membunuh kepala perguruan Go Bi Pay. Ternyata, alasannya hanya karena sakit hati cintanya pernah ditolak Pendekar Cantik Buruk Rupa di masa lalu.
*****
Itulah alur cerita yang dipertunjukkan Indonesia Kayan pada pementasan ke-21 yang bertajuk Sri Eng Tay. Tema silat sangat kental pada pementasan kali ini. Mulai dari penceritaannya, latar musik, hingga kehadiran Bulgari (Kelompok Wushu DKI Jakarta). Segala aspek itu membuat penonton membuka ruang imajinya akan cerita silat di masa lampau.
Di era 1960-an hingga 1980-an, cerita silat cukup merajalela. Awal berkembangnya cerita silat di Indonesia pada masa itu dikarenakan masuknya cerita silat dari Tiongkok. Berbagai cerita silat itu dialihbahasakan dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, khususnya warga Tionghoa.
Setelah itu, muncul nama-nama penulis cerita silat lokal yang karyanya kemudian melegenda. Nama-nama seperti Kho Ping Hoo, Ganesh TH, Hans Jaladara, dan Djair Warni kini menjadi salah satu di antara para penulis cerita silat legendaris.
Oleh sebab itu, pemilihan latar Tiongkok pada pementasan Sri Eng Tay sangatlah tepat. Sebab, pengaruh luar biasa dari cerita silat Tiongkok yang kemudian mengembangkan imaji penulis lokal Indonesia dalam mengembangkan cerita silatnya sendiri.
Apalagi, kemahiran aksi yang dipertontonkan Kelompok Wushu DKI Jakarta seolah-olah memvisualisasikan aksi-aksi silat dari cerita silat asal Tiongkok di masa lampau. Kehadiran mereka menjadi penanda utama unsur persilatan dalam pementasan kali ini.
Pementasan ini juga memunculkan gimmick cerita silat lokal. Hal itu nampak pada perwujudan tokoh Pendekar Buta yang diperankan Cak Lontong. Dengan kostum berwarna hijau dengan ornamen sisik mengingatkan pada tokoh Si Buta Dari Gua Hantu karya Ganesh TH.
Hal cukup mengejutkan dalam pertunjukkan kali ini ialah aksi Pendekar Mabuk (diperankan Marwoto) yang tak diduga-duga. Selama ini, orang awam hanya mengenal Marwoto hanya sebagai pelawak.
Namun, pada pementasan Sri Eng Tay, Marwoto menunjukkan kemahirannya bersilat dengan memainkan tongkat dengan sangat mahir. Permainan tongkat yang dipertontonkan Marwoto itu cukup mengundang decak kagum para penonton.
Balutan aksi pada pertunjukkan kali ini tidak mengurangi unsur komedi kritik sosial yang menjadi ciri khas tiap pementasan Indonesia Kayan. Banyolan antara Cak Lontong dengan Insan Nur Akbar (pemeran Rajawali Muda) begitu khas dan spontan sangat mengundang tawa penonton.
Banyolan-banyolan yang muncul pada tiap kesempatan bukan sekedar banyolan kosong. Ada saja bagian-bagian banyolan tersebut menjadi sentilan atas fenomena sosial yang terjadi belakangan ini. Tak segan para pemain menggunakan komedi sebagai wadah kritik dan menjadikannya sebuah hiburan bagi para penonton.
Selain itu, kehadiran Trio GAM (Guyonan Ala Mataraman) cukup menjadi penanda perpaduan seni tradisi dalam pementasan tersebut. Hal itu dapat terlihat ketika adegan Hans Huang (pemeran salah satu murid Perguruan Go Bi Pay) menyanyikan lagu Ndang Balio Sri.
Pada segmen tersebut, tarian latar diisi oleh para penari dari I-Move di tengah panggung. Menariknya, Trio GAM yang berada di sisi pinggir panggung tak begitu saja terdiam, mereka ikut menari. Namun, tarian yang mereka lakukan ialah tari tradisional Jawa.
Selain itu, ketika kali pertama segmen di Perguruan Pendekar Mabuk, Trio GAM masuk panggung dengan melakukan jalan jongkok khas Jawa. Hal itu membuat kesan seni ketoprak nampak pada pementasan Sri Eng Tay. Secara tak langsung, pementasan Sri Eng Tay dapat dikatakan sebagai pementasan seni ketoprak dengan bumbu silat Tiongkok di dalamnya.
Dari segi cerita, Sri Eng Tay mengangkat persoalan kekuasaan. Hal itu terlihat bagaimana Pendekar Mabuk ingin mengalahkan Pendekar Cantik Buruk Rupa (diperankan Yu Ningsih) agar dapat menguasai dunia persilatan. Sebab, Pendekar Cantik Buruk Rupa merupakan salah satu pendekar yang memiliki pengaruh cukup besar di dunia persilatan.
Berbagai cara dilakukan Pendekar Mabuk agar dapat merebut titel pendekar nomor satu. Mulai dari menyuruh anak muridnya menyusup dan menyamar ke perguruan Go Bi Pay hingga berusaha membujuk Pendekar Buta dan Rajawali Muda untuk berkoalisi. Segala hal dihalalkan. Laku tersebut dilakukan oleh Pendekar Mabuk lantaran sakit hati karena ditolak cintanya.
Padahal, pendekar silat dikenal memiliki sifat kependekaran yang selalu menjujung tinggi harga diri dan bersikap kesatria. Alasan sakit hati pun memperlihatkan seorang manusia dapat berbuat apapun ketika hatinya tersakiti. Terkadang, perbuatan itu mengarah kepada tindakan desktruktif yang tak bernalar.
Melalui lakon Sri Eng Tay, dapat dipetik pelajaran bahwa mengejar kekuasaan dengan menghalalkan segala cara tak akan berujung bahagia. Apalagi, alasan utama meraihnya hanya untuk balas dendam dan menjatuhkan orang lain. Melakukan hal itu sama saja merendahkan diri sendiri. | Muhammad Khairil