Menghayati Pengalaman Akting

| dilihat 2689

AKARPADINEWS.COM | SETIAP manusia adalah aktor. Manusia berakting dan memainkan peran dalam kesehariannya sesuai fungsi dan posisinya. Namun, seringkali perannya di depan maupun belakang panggung berbeda lantaran motif pencitraan dan kepentingannya. Tentu, menarik bila karakter manusia sebagai makhluk yang berakting itu dikembangkan dalam berteater.

Melalui kelas akting Salihara, karakter manusia itu memicu transformasi di atas panggung seni pertunjukan. Pelatihan itu diikuti 21 orang. Peserta yang merupakan angkatan 2016 itu belajar teater selama tiga bulan. Latar belakang mereka berasal dari berbagai profesi. Kebanyakan, tidak pernah menjadi aktor teater. Namun, mereka tertarik mempelajari teater.

Iswadi Pratama, sutradara dan direktur artistik dari Teater Satu Lampung ditunjuk sebagai fasilitator. Dia harus bekerja keras mengampu kelas akting itu lewat teori dan praktik. Di Januari, bulan pertama pelatihan, ia menggodok para calon aktor dengan metode yang dikembangkan Konstantin Stanilavsky (1863-1938), sutradara asal Rusia yang dikenal dengan pendekatan realismenya dalam berteater.

Metode tersebut dapat dikunyah dengan cepat oleh peserta. Mereka pun diberikan kesempatan untuk menjalani akting yang sebenar-benarnya, tulus, jujur, dan apa adanya. Praktik akting Stanilavsky, berpijak pada seluk beluk manusia itu sendiri, lewat pendekatan psikologi.

Memasuki bulan kedua, peserta diajarkan teknik pembacaan, penafsiran naskah, dan penghayatan peran. Setiap Sabtu dan Minggu, Iswadi pulang pergi Lampung-Jakarta, melakukan pendampingan dengan menggali persoalan masing-masing peserta.  “Ada yang bermasalah dengan tubuh, emosi, imajinasi, dan masing-masing harus diperlakukan berbeda,” tutur Iswadi.

Menjadi fasilitator, sekaligus sutradara dalam pertunjukan ini, membuat otaknya serasa terbelah lantaran harus fokus pada tiga pertunjukan. Iswadi berharap, para aktor melakukan obsevasi dan memahami peran yang akan dimainkan, menyelami karakter, dan mengaktifkan imajinasi. 

Hasilnya, setelah 30 kali pertemuan dan ditambah latihan sendiri, para peserta itu unjuk kebolehan selama dua malam di panggung Black Box Salihara. Mereka menyuguhkan tiga pertunjukan.

Di malam pertama, dipentaskan pembacaan dramatik Lear Asia (16/4/16) yang ditulis Rio Kishida dari Jepang. Sedangkan malam kedua, para pemain dari kelas akting tahun sebelumnya (2015), secara berturut-turut mementaskan Penagih Utang karya Anton Chekov dan Barabah yang diangkat dari novel karya Motinggo Bushe.

Lear Asia tidak sekedar pembacaan dramatik. Namun, sudah layak utuh sebagai pertunjukan teater. Tokoh utama Raja Lear diperankan Budi Suryadi. Semenara Putri Sulung diperankan Sha Ine Febriyanti. Tangan dingin Iswadi berperan besar menggubah Lear Asia dengan beberapa gagasan baru. Gerak silat yang mengejutkan, merasuk pada setiap tubuh aktor, meskipun beberapa aktor yang memerankan prajurit masih terlihat gagap menggerakan tubuhnya.

Gerak stilisasi beserta permainan simbolik berupa topeng, pedang rotan, dan visual artistik layar pohon terbakar, menjadikan pertunjukan penuh dengan kemuraman dan riuh dengan perebutan kekuasaan. Ine berhasil memainkan peran jahat dan berkarakter dingin sebagai Putri Sulung yang mengkudeta kursi raja, membunuh adiknya, bahkan pembantu setianya. Akhirnya, raja dan putri sulung, karena perebutan kekuasaan, tidak lagi seperti mengenal dirinya sebagai manusia.

Pada pertunjukan Penagih Hutang dan Barabah, keduanya memiliki ikatan tematik dengan berkisah tentang keluarga. Tampilan artistik rumah yang tidak berubah. Dikemas dengan gaya komedi realis, namun memiliki latar belakang budaya yang berbeda.

Penagih hutang mengisahkan sosok janda bangsawan yang diperankan Sita Nursanti, yang berduka lantaran kehilangan suaminya. Namun, di masa dukanya, tiba-tiba datang Tirto yang diperankan Arief Sufyan, menagih hutang suaminya. Setelah intrik adu mulut, bahkan nyaris saling bunuh, rupanya keduanya tak mampu menolak rasa ketertarikan.

Di balik cerita sederhana dengan balutan komedi ini, bagi Iswadi, Chekov sebenarnya melakukan kritik terhadap kelas sosial yang dianggap munafik. Status bangsawan maupun orang jalanan sama saja. Apalagi, jika di hadapan cinta. 

Pertunjukan Barabah yang mengisahkan pasangan suami istri keluarga Betawi menjadi refleksi yang menarik. Barabah yang dilakoni Anggiyandra Rahmadanti adalah istri ke-12 dari Banio yang diperankan Syakieb Sungkar yang dia sebut babeh. Sebagai istri terakhir, ia setia mengabdi pada Banio di masa tuanya.

Keduanya seringkali merasa cemburu satu sama lain. Barabah cemburu pada kisah tentang istri sebelumnya dan Banio ketakutan bila Barabah yang masih muda berpindah ke lain hati.  Kedatangan anak Banio dari istri sebelumnya yang meminta restu kepada dirinya, menjadi akhir cerita yang menarik untuk merefleksikan masa tua dan ikatan keluarga.

Hampir keseluruhan aktor-aktor utama di ketiga pertunjukan ini cukup bermain dengan maksimal, terutama soal penghayatan dan penyelaman karakter. Bagaimana para aktor yang berasal dari berbagai profesi ini menjadi lebih menghayati perannya di lingkungan?

Bagi Iswadi, yang terpenting dalam kelas akting dan uji peran ini adalah memunculkan empati para aktor terhadap diri dan lingkungannya. “Semoga banyak yang bisa dibawa dari peserta maupun penonton, terutama mampu membuka diri dan berempati,” harap Iswadi.  

Ratu Selvi Agnesia

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Ekonomi & Bisnis
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 231
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 404
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 253
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 937
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1168
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1428
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1577
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya