Pementasan Doea Tanda Tjinta

Kisah Cinta dan Perjuangan dalam Alunan Keroncong

| dilihat 2745

AKARPADINEWS.COM | INDONESIA kaya akan seni musik. Tak hanya musik dari ragam etnis yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun, Indonesia juga kaya musik hasil akulturasi antara musik timur dan barat. Salah satunya adalah musik keroncong yang diperkenalkan orang-orang Portugis saat bertandang ke Indonesia di sekitar abad ke-16.

Keroncong, asal katanya adalah alat musik semacam gitar kecil yang disebut ukulele. Keroncong cukup digandrungi masyarakat Indonesia karena mempunyai kekhasan tersendiri, berbeda dengan jenis musik lainnya. Dalam perkembangannya, keroncong bermetamorfosis dengan budaya dan perkembangannya masyarakat Indonesia dari masa ke masa. Kini, keroncong seakan menjadi identitas musik Indonesia.

Sebagai bentuk apresiasi terhadap musik keroncong, Indonesia Kita mementaskan Doea Tanda Tjinta. Pementasan ke-20 itu, akan mengolah lagu-lagu keroncong sebagai warisan budaya yang semakin berkembang dengan kreasi-kreasi baru.

Doea Tanda Tjinta akan dipentaskan pada 29-30 Juli 2016, pukul 20.00 WIB di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Dalam pertunjukan ini, Butet Kartaredjasa, Agus Noor dan Djaduk Ferianto sebagai tim kreatif Indonesia Kita, akan mengeksplorasi musik keroncong sehingga menjadi makin menarik dan kaya dengan unsur-unsur perpaduan genre musik lainnya, seperti blues, rock hingga musik etnik.

Pementasan kali ini diharapkan mampu menjadikan musik keroncong sebagai medium ekspresi berbagai gagasan kreatif. Termasuk, memadukan keroncong dengan bentuk kesenian lainnya seperti ke panggung pementasan.

Djaduk Ferianto, penata musik dan pimpinan orkes Sinten Remen asal Yogyakarta menilai, sudah saatnya, musik keroncong dapat diterima di hati anak muda, bukan lagi dipandang musik klangenan.

Pementasan Doea Tanda Tjinta akan dimeriahkan sejumlah seniman keroncong. Yang muda dan tua akan berkolaborasi. Di antaranya, Subardjo HS, maestro keroncong asal Kota Gede, Yogyakarta yang berjaya sebagai bintang radio di masa 1970-1980-an. Ada pula Endah Laras, pesinden, sekaligus penyanyi keroncong yang jenaka. Dia akan membawakan beberapa repertoar lagu keroncong bersama ukulele yang akan menghibur penonton. Heny Janawati, penyanyi opera yang mendunia asal Bali juga turut ambil bagian melantunkan lagu keroncong dengan suara emasnya. 

Tak hanya itu, sejumlah artis dan komedian papan atas turut memeriahkan panggung Doea Tanda Tjinta. Mereka antara lain Olga Lydia, Merlyn Sopjan, Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Susilo Nugroho, dan Trio GAM (Gareng, Joned, Wisben).

Lakon Doea Tanda Tjinta juga menyuguhkan kisah tempo dulu berlatar zaman pergerakan kemerdekaan, yang dibumbui percintaan. Lakon ini mengisahkan seorang pemuda keturunan Belanda yang menjadi mata-mata dan mencoba mempengaruhi dan membujuk para pemuda agar terus mendukung pemerintah kolonial.

Dibumbui pula kisah cinta seorang anak Nyai, yang berusaha mempertahankan keyakinan dan prinsipnya untuk mendukung pergerakan Indonesia merdeka, ketimbang harus menerima warisan papanya yang menetapkan syarat  memilih menjadi warga Hindia Belanda.

Antara cinta dan pergolakan pemikiran serta gagasan tentang kemerdekaan itu, menjadi dua alur yang paralel, saling berkaitan, dan akan menjadi kejutan di akhir kisah, ketika sebuah jam yang merupakan warisan anak Nyai itu mengungkap kisah sebenarnya.

Melalui lakon Doea Tanda Tjinta ini, pentas Indonesia Kita ingin mengingatkan kembali semangat, cinta, dan cita-cita menjadi Indonesia. Perbedaan dan pertentangan, pada akhirnya diatasi oleh kelahiran sebuah bangsa yang merdeka. Indonesia Kita juga ingin mengingatkan kembali tentang Indonesia yang plural, toleran, dan menghargai perbedaan. Sebuah semangat yang menjadi sangat relevan ketika kita akan kembali merayakan kemerdekaan.

Pertunjukan yang ditampilkan dengan gaya opera khas dardanella atau komedi Stambul tempo doloe, semoga dapat mengembalikan keroncong sebagai sumber budaya hybrid yang dilebur menjadi suatu identitas tersendiri, sebagai musik khas Indonesia yang lawas dan selalu dicintai.

Ratu Selvi Agnesia

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Energi & Tambang
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 731
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 889
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 840
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya