Hadapi dengan Senyuman

| dilihat 1480

N. Syamsuddin Ch. Haesy

Konser Dewa 19 All Star yang disiapkan untuk mengapresiasi dan membayar kangen kepada Ahmad Dhani, batal. Konser bertajuk "Hadapi dengan Senyuman," itu sedianya akan digelar di Exhibition Grand City Convex, Jalan Walikota Mustajab No.1, Ketabang - Genteng, Surabaya, Ahad, 10 Maret 2019.

Pasalnya? Tak ada izin. Panitia hanya mengantongi izin kedatangan Sandiaga Uno - Calon Wakil Presiden, bukan izin konser. Calon penonton yang sebagian terbesar adalah fans berat kelompok band yang didirikan Ahmad Dhani kecewa. Konser band ini batal di kota kelahirannya.

Sedianya, akan tampil di konser itu, selain kelompok Dewa 19, sejumlah artis dari Republik Cinta Manajemen, dua anak Ahmad Dhani, dan Anang - Ashanti yang berasal dari Jawa Timur (Jember - Malang).

Achmad Dhani, pentolan kelompok musik ini, sedang ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Medaeng di pinggiran ibukota Provinsi Jawa Timur, itu terkena salah satu pasal hatzaai artikelen yang terdapat dalam Undang Undang Informasi Transaksi Elektronik (ITE) yang membuka ruang bagi delik aduan. Khasnya, pasal ihwal ujaran kebencian.

Musababnya, aksi Ahmad Dhani terkait dengan aksi #2019GantiPresiden yang ditentang segelintir orang yang tak suka dengan tagar itu, yang sempat jadi polemik politik praktis itu.

Konser sejenis pernah digelar di Stadium Malawati - Shah Alam, Selangor, Malaysia dan sukses, dihadiri penggemar Dewa 19 di sana. Saya menyebutnya konser 'harubiru' karena bulir airmata Doel, putera Dhani di konser itu, saat tembang cinta, "Hadapi dengan Senyuman" didendangkan Arry Laso, juga arek Surabaya.

Karya-karya Ahmad Dhani pada umumnya boleh dimasukkan ke dalam genre heavy slow rock dan slow rock, menggelorakan energi lewat syair yang sesungguhnya melodius. Pas dengan khalayak di kawasan Asia Tenggara yang cenderung merupakan masyarakat melodius.

Di tengah tahun politik, segala hal di negeri ini, dikait-kaitkan dengan politik praktis dan dipolitisasi oleh siapapun. Bahkan, tempe pun bisa menjadi isu politik. Konser ini memang ibarat pameo silam, 'buah simalakama.' Dimakan bapak mati, tak dimakan ibu mati. Dampaknya tak elok bagi pemerintah yang sedang berkuasa, terutama karena Presiden Joko Widodo (Jokowi), sedang berkontestasi sebagai Calon Presiden dalam Pemilihan Presiden 2019.

Ketika Pemilihan Presiden 2014, hal semacam ini tak meletup. Konser Slank yang dihadiri dan diperuntukan bagi kampanye Calon Presiden Jokowi (kala itu) di Gelora Bung Karno, berlangsung semarak dan diwawar oleh hampir seluruh media di negeri ini, sebagai pentas spektakuler.

Dari sudut pandang pecinta musik, konser ini harus dihentikan lantaran tak berizin, tak bisa diterima, karena ada masa untuk meresponnya, lantaran informasi akan berlangsungnya konsep sudah mengemuka jauh-jauh hari. Kekuatiran konser ini akan memicu gaduh, pun tak bisa diterima, karena sejak era konser rock berkecambah, Surabaya adalah kota yang penggemar musiknya terkenal mampu mengendalikan diri.

Dari kota ini pernah lahir kelompok musik rock ternama, AKA yang merupakan singkatan Apotik Kali Asin, jauh sebelum Ahmad Dhani bermusik dan bersama kawan-kawan sebayanya mendirikan kelompok band Dewa 19.

Bila pergelaran konser ini diidzinkan dan dikuatirkan akan memberi manfaat bagi pasangan Prabowo Sandi, pun berlebihan. Justru ketika konser ini dihentikan, yang akan menuai manfaat -- dalam konteks citra -- adalah Prabowo-Sandi, dan ini akan mengkristalisasi menjadi kekuatan pendorong khalayak untuk memenangkan pasangan ini dalam kontestasi Pemilihan Presiden 2019.

Arus besar dukungan kepada pasangan Prabowo-Sandi tak perlu dihalangi, karena akan terus mengalir ibarat arus besar air di kali Jeroaan - desa Glonggong - Balarejo - Madiun dan membanjiri ruas tol Ngawi - Kertosono (KM603-604), Kamis, 7 Maret 2019 lalu.

Secara psikososial, penyelenggaraan konser semacam ini, mestinya difasilitasi dan dimanfaatkan sebagai katarsis sosial bagi khalayak. Bila ada yang kurang-kurang terkait izin, diberitahu sejak dini.

Di tahun politik, ketika para petinggi lebih suka berkecipak dengan pernyataan-pernyataan tak sejuk, dan lebih senang berlomba-lomba dalam sindir sampir, sentak sengor, debat kusir dan caci cerca, pergelaran musik seperti ini justru mesti diberi ruang untuk meredakan.

Jacques Attali menulis ihwal korelasi baik antara musik dan ketegangan (friksi dan konflik) politik dalam pemikiran filsafat sosial, merujuk pada konsep Aristote dan Pierre Destrèe, yang diekspresikan Stephen Halliwell. Musik -- eksibisi, presentasi, dan eksplorasi estetiknya -- adalah katarsis yang meredakan ketegangan, sejak era Yunani lampau.

Aristote justru membahas ihwal musik ketika dia berfikir tentang politik. Dia mengemukakan, meski tak mudah memahaminya, siapapun mesti bersedia menempatkan musik dengan segala karakter yang dipengaruhi sifat musisinya di tengah dinamika kehidupan sosial, termasuk sosiopolitik. Tak hanya sebatas sebagai cara untuk relaksasi, mengakhiri kekhawatiran, dan pada situasi tertentu untuk menebar kebajikan.

Musik memberi kontribusi untuk kehidupan dan kepada budaya pikiran untuk belajar mendengarkan (aspirasi) orang lain yang didedikasikan masyarakat dari tempat yang berbeda. Konser musik yang disajikan musisi profesional, dalam pandangan akalbudi, akan harus menunjukkan diri mereka dalam kinerja yang unggul membawa pesan-pesan damai dan nyaman dalam merayakan perbedaan pendapat dan demokrasi.

Musisi, lewat karya-karya mereka mengemas seluruh suasana, bahkan kemarahan, sinisme dan sarkasme dalam kehidupan, melalui busana artistika dan estetika. Juga spirit yang menggerakkan jutaan manusia lain untuk mewujudkan cita-cita kolektif, atau menyerukan persatuan dalam keragaman. Bahkan dalam himne dan mars, mengalir spirit yang berkembang menjadi ruh perjuangan, termasuk lagu kebangsaan.

Di tengah perbedaan pencapaian maqam akalbudi politik -- karena terlalu banyak yang masih berada dalam tahap akal-akalan politik -- syair lagu yang digagas Ahmad Dhani, justru relevan untuk menghadapi realitas pertama kehidupan, kendati pahit:

Hadapi dengan senyuman 
Semua yang terjadi biar terjadi 
Hadapi dengan tenang jiwa 
Semua 'kan baik-baik saja…
|

 

(Sentul, 11/3/19)

Editor : Web Administrator
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 732
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 890
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 841
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1182
Rumput Tetangga
Selanjutnya