Captain America: Civil War

Dendam yang Mendistorsi Kebenaran Nurani

| dilihat 2598

AKARPADINEWS.COM | CAPTAIN America kembali beraksi dalam sekuel terbarunya Captain America: Civil War. Film tersebut merupakan sekuel ketiga dalam franchise film Captain America.

Meski dikatakan sebagai sekuel dari film Captain America: Winter Soldier, film yang disutradarai oleh Anthony Russo dan Joe Russo ini lebih terlihat sebagai film lanjutan Avenger: Age of Ultron.

Kesan itu muncul karena tokoh-tokoh yang ada dalam film itu ialah tokoh-tokoh yang terdapat dalam film Avenger kedua tersebut. Pahlawan super yang menghilang hanya Hulk dan Thor.

Persoalan yang diangkat pun seputar perbedaan pendapat dalam tubuh Avenger lantaran ultimatum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ingin Avenger di bawah supervisinya.

Ultimatum PBB itu menyebabkan Avenger terpecah menjadi dua kubu, yakni kubu Captain America yang diperankan Chris Evan dengan kubu Ironman yang diperankan Robert Downey Jr.

Kubu Captain America menolak Avenger berada di bawah PBB karena Avenger tidak dapat leluasa melakukan aksi kepahlawanannya. Apalagi, dikhawatirkan nantinya tiap aksi Avenger akan ditumpangi agenda PBB sehingga dapat memunculkan agenda politik dari oknum-oknum tertentu.

Sementara kubu Ironman setuju atas wacana tersebut. Alasannya, dengan di bawah supervisi PBB, pergerakan Avenger dapat terkontrol, menghindari adanya kepentingan pribadi dari masing-masing personilnya. Kontrol PBB juga mengurangi potensi adanya korban tak bersalah tatkala Avenger berusaha menyelamatkan dunia.

Di awal film, penonton disuguhkan persepsi bahwa film Captain America: Civil War ialah persoalan perbedaan ideologi antara Captain America dengan Ironman. Nyatanya, konflik-konflik yang muncul tidak hanya bersifat ideologis. Namun, lebih pada persoalan hati nurani dan dendam.

Hal itu dapat terlihat dalam laku tiap tokoh di film itu. Persoalan hati nurani itu terlihat pada scene perbincangan Tony Stark, nama asli Ironman, dengan seorang ibu yang anaknya menjadi korban atas aksi kepahlawanan Avenger.

Protes sang ibu itu mempengaruhi keputusan Stark untuk setuju Avenger di bawah supervisi PBB. Dia merasa, campur tangan PBB merupakan jawaban untuk meminimalisir korban tak bersalah dalam aksi Avenger.

Persoalan hati nurani berikutnya nampak pada tokoh Steve Roger, nama asli Captain America. Ketika dihadapkan oleh ultimatum PBB agar seluruh anggota Avenger berada di bawah supervisi PBB, kata hati Roger mengatakan, Avenger tidak boleh berada di bawah kekuasaan pihak manapun.

Namun, teman-temannya, salah satunya, Natasha Romanoff atau Black Widow yang diperankan Scarlett Johansson, membujuknya untuk menyetujui wacana tersebut. Captain America pun sempat bimbang.

Tetapi, saat pemakaman seorang teman lamanya, Margaret Carter, Roger bertemu dengan Sharon Carter yang diperankan Emily VanCamp. Tak disangka, mantan agen SHIELD yang pernah mengawasi apartemennya itu ialah keponakan dari teman lamanya. Saat keduanya tengah berbincang, Sharon bercerita tentang tantenya yang telah mengajarkan banyak hal padanya, terutama soal pendirian atas hati nurani.

Sharon mengatakan, ketika hati nurani menilai suatu ada kebenaran, maka harus dipertahankan, walaupun orang lain menilainya salah. Perkataan Sharon itu membuat pendirian Captain America menjadi kuat dan memutuskan tidak menandatangani kesepakatan yang memberikan kewenangan PBB sebagai supervisor Avenger.

Meski keputusan keduanya lahir dari hati nurani, tetapi pendekatan Captain America dengan Ironman berbeda. Bila Captain America menjalankannya berdasakan kata hatinya, sebaliknya Ironman, mengabaikan hati nuraninya dan lebih menggunakan logikanya. Hasilnya menjadi sangat berbeda.

Hal itu dapat terlihat dalam tiap keputusan Roger. Kala sahabat lama Bucky Barnes atau Winter Soldier yang diperankan Sebastian Stan, yang telah dicuci otaknya oleh Hydra, organisasi jahat pecahan Nazi, dituduh sebagai otak peledakan markas PBB di Wina. Kejadian itu memakan korban Raja Wakanda, T'Chaka yang diperankan John Kani.

Captain America lalu mengambil tindakan dengan mencari Bucky untuk melakukan klarifikasi. Sayangnya, tindakannya itu dianggap PBB sebagai upaya melawan hukum. Selama upaya penyelamatan Bucky, Captain America ditemani oleh Sam Wilson atau Falcon yang diperankan Anthony Mackie. Akhirnya, keduanya dianggap sebagai pemberontak.

Captain America pun berhasil mengetahui duduk persoalan sebenarnya bahwa Bucky dijebak oleh Zemo yang diperankan Daniel Bruhl. Captain America bersama Falcon terus berupaya membersihkan nama Bucky dan percaya akan hati nuraninya.

Sedangkan Ironman menjadikan suara hati nuraninya hanya sebagai alasan agar tidak adanya koban jiwa lagi bila Avenger beraksi. Sementara Stark tetap mengedepankan keputusannya berdasarkan logika. Bekerjasama dengan PBB merupakan upaya yang logis untuk membuktikan kepada dunia bahwa Avenger melakukan aksi kepahlawanannya untuk kepentingan bersama.

Lalu, ketika Captain America berupaya membantu Winter Soldier, pilihan yang diambil Ironman ialah membantu otoritas PBB untuk menangkapnya. Itu pun didasari logika sederhana bahwa Winter Soldier adalah penjahat dan sudah jadi tugasnya sebagai pahlawan super, melawan dan menangkap penjahat.

Namun, menjelang akhir film, Ironman tersadar jika yang dilakukan Captain America benar. Karena, dia telah menemukan bukti, bahwa yang meledakkan bom di Wina adalah Zemo. Barulah Ironman sedikit membantu Captain America untuk menangkap Zemo.

Sayangnya, ketika Zemo menunjukkan video tahun 1991 kepada Captain America, Winter Soldier, dan Ironman, sikap Stark berubah. Karenanya, Winter Soldier, yang tercuci otaknya, merupakan dalang tewasnya orang tua Stark.

Pada fase ini, Ironman sudah tidak lagi menggunakan hati nurani maupun logika. Namun, atas dasar dendam, untuk membalas kematian kedua orang tuanya. Ketiganya bertarung hebat hingga akhirnya Captain America berhasil mengalahkan Ironman dan pergi bersama Winter Soldier.

Di akhir film, barulah terang jika Russo bersaudara menempatkan dendam sebagai persoalan utama dalam film tersebut. Karena, seluruh aksi Zemo yang mengadu domba Avenger, dilandasi dendam kepada kelompok pahlawan super tersebut.

Zemo yang sebelumnya merupakan salah satu prajurit elit di pemerintahan Sokova, harus kehilangan seluruh sanak saudaranya karena aksi Avenger. Seluruh keluarga Zemo menjadi korban karena tertimpa reruntuhan Sokova yang dibuat melayang oleh Ultron. Perasaan dendam itulah menjadi motif utama Zemo untuk menghancurkan Avenger dari dalam.

Cara Anthony dan Joe Russo patut diapresiasi dalam menghadirkan berbagai konflik dan aksi dalam film Captain America: Civil War. Karena, film ini dibalut begitu rapi sehingga untuk mengetahui persoalan utama ceritanya dan memaksa penonton harus menontonnya hingga tuntas. Selain itu, pilihan tokoh-tokoh pahlawan super yang bertarung dalam film ini cukup tepat.

Terutama, kehadiran Black Panther yang diperankan Chadwick Boseman, Spiderman yang diperankan Tom Holland, dan Antman yang diperankan Paul Rudd dalam film ini. Ketiga tokoh itu menjadi penting dalam alur penceritaan dalam Marvel Cinematic Universe (MCU), khususnya untuk film Avenger selanjutnya yang bertajuk Avenger: Infinity War Part 1 dan Part 2.

Selain itu, masuknya tokoh Spiderman merupakan upaya Russo bersaudara untuk menampilkan penanda dari komik Civil War yang dipublikasikan tahun 2006-2007. Dalam komik itu, Spiderman memiliki peran penting sebagai inisiator perdamaian antara Captain America dan Ironman.

Peran inisiator perdamaian itu diambil oleh Romanoff. Ketika Captain America dan Winter Soldier ingin membajak pesawat Avenger, Romanoff yang membantunya dengan menghambat Black Panther. Meski demikian, dalam film ini, tokoh Spiderman hanya sebagai tokoh sampingan. Itu pembeda utama antara komik dengan film ini.

Sepertinya, Russo bersaudara menjadikan film Captain America: Civil War dengan sajian amat berbeda dengan komiknya. Karena, bila merujuk pada komiknya, alasan utama pertarungan dua elit Avenger itu disebabkan persoalan identitas pahlawan super. Dalam komik, Avenger dihadapkan tuntutan bahwa pahlawan super harus memberitahukan identitas rahasianya kepada publik.

Captain America menolak tuntutan itu. Karena, dengan membeberkan identitas rahasia pahlawan super, maka penjahat dapat dengan mudah menarget keluarga dan orang terdekat pahlawan super. Hal itu dapat menjadi dilema para pahlawan super dalam menjalankan tugasnya.

Sebaliknya, Ironman berpikir, setiap pahlawan super tidak perlu lagi merahasiakan identitasnya. Karena, seluruh masyarakat punya hak untuk mengetahui siapa yang telah berjuang untuk memberikan keamanan dari serbuan para penjahat.

Meski sedikit berbeda, setidaknya alur penceritaannya cukup mirip. Pertarungan antara pahlawan super memang menarik untuk ditonton. Karena, hal itu menjawab imaji pecinta komik jika pahlawan super juga manusia biasa.

Selain itu, Russo bersaudara menjadikan film ini sebagai panggung perkenalan bagi Black Panther. Karena, sepanjang film, tokoh Black Panther ditonjolkan dengan sempurna. Terutama, motif Pangeran T'Challa dari Wakanda, nama asli Black Panther, memburu Winter Soldier karena rasa dendam. Black Panther ingin membalas kematian ayahnya. Walau pada akhirnya dia menyadari bahwa kematian ayahnya karena ulah Zemo.

Ucapan Black Panther kepada Zemo kiranya menjadi kunci utama tentang apa yang hendak disampaikan Russo bersaudara tersebut. “Semua yang terjadi karena dendam. Dendammu (Zemo) kepada Avenger, termasuk aku. Dan aku tidak mau lagi dikuasai oleh rasa dendam,” ujarnya kepada Zemo.

Terlebih, dalam cuplikan setelah akhir film atau dikenal dengan post credit scene dimunculkan Black Panther akhirnya membantu Captain America untuk membekukan kembali Winter Soldier. Cuplikan tersebut menjadi jawaban Captain America di akhir film dan juga menjadi penanda utama latar cerita film Black Panther yang akan dirilis tahun 2018.

Pengemasan film ini amat rapi dan sangat menampilkan aksi yang sesuai ekspektasi. Terutama, dalam penggarapannya, Anthony dan Joe Russo jarang sekali menggunakan teknologi CGI. Hampir semua adegan aksi dalam film ini disuguhkan dalam bentuk nyata, seperti truk yang menabrak gerbang gedung di awal film. Russo bersaudara benar-benar menabrakkan sebuah truk.

Tak hanya itu, setiap aksi laga dalam film tersebut mayoritas dilakukan sendiri oleh para aktor. Terutama, adegan-adegan yang dilakukan oleh Chris Evan. Jarang sekali, aktor dan aktris dalam film ini menggunakan peran pengganti. Russo bersaudara nampaknya ingin menyampaikan, jika dendam yang berupaya mendistorsi kebenaran hati nurani, akan dikalahkan. Walau bagaimana pun hati nurani tidak pernah berbohong. Berbeda dengan dendam dan logika yang bisa memoles kebohongan, seakan tampak kebenaran.

Muhammad Khairil

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Humaniora
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 98
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 515
Momentum Cinta
12 Mar 24, 01:26 WIB | Dilihat : 524
Shaum Ramadan Kita
09 Mar 24, 04:38 WIB | Dilihat : 444
Pilot dan Co Pilot Tertidur dalam Penerbangan
Selanjutnya
Energi & Tambang