Cerita di Balik Layar Rindu Satpam Kita

Apresiasi FFB 2015 Membakar Semangat Kreatif

| dilihat 2801

N. Syamsuddin Ch. HAESY

FILM seri televisi (FST) atau sinetron serial Rindu Satpam Kita bukan sekadar sinetron. Sejak masih sebagai gagasan, FST ini sudah diniatkan untuk mengisi ruang kosong slot sinetron yang cenderung mengabaikan nilai-nilai edukasi, menghinakan akal budi, dan mengontaminasi logika pemirs sebagai partisipan pasif. Kebanyakan pengelola siaran televisi hanya berlomba tv rating yang dilakukan secara subyektif oleh lembaga pemeringkat asing (berbaju Indonesia).

Programa siaran film televisi televisi (seperti keprihatinan Presiden Jokowi) akhirnya menjadi ajang paling empuk untuk merobohkan ketahanan budaya dan akal budi. Tak hanya itu, sebagian terbesar sinetron yang ditayangkan, bahkan sadar tak sadar mengontaminasi medium hiburan pengemban misi edukasi dan informasi. Akibatnya, siaran televisi menjadi menium untuk menebar benih despiritualitas pemirsa, dengan label sinetron religius.

Untung masih ada sedikit programa siaran televisi yang mempertahankan idiom-idiom kultural yang tepat dan pas. Antara lain film televisi Sinema Wajah Indonesia dan Para Pencari Tuhan (SCTV). Juga Patriot – Masalembo – Tetangga Masa Gitu – Kuterima Nikahnya (Net.TV). Pun sinetron seri Anak-Anak Manusia (RCTI). Mereka tertawa.

Ketika seorang sahabat, chairman stasiun televisi dan menolak gagasan itu, saya jalan terus. Gagasan memproduksi Rindu Satpam Kita dengan idealisme semacam itu, sekaligus sebagai medium terapi psikologis bagi beberapa kalangan khas, terus saya sosialisasikan ke berbagai teman yang lebih luas.

Pada satu titik, gagasan itu saya sempurnakan dengan spirit edukasi tentang finance viability dan dunia perbankan, sebagai medium reminder bagi khalayak. Terutama karena begitu luasnya jejaring perbankan sampai ke lapisan masyarakat awam, pemirsa utama film televisi (sinetron). Fokusnya tetap pada finance viabilities, bank security, dan inklusi keuangan.

KRU PRODUKSI RINDU SATPAM KITA MEMUNGKAS SHOOTING DAY DENGAN SUKACITA | FOTO : DANI BUDIANA - AKARPADI SELARAS MEDIA

Kesemua itu selaras dengan inti gagasan tentang perjuangan hidup seorang perempuan, dari keluarga miskin yang bercita-cita menjadi bankir, lantas berprofesi sebagai Satpam Bank. Seorang bankir profesional yang lama malang melintang dalam dunia perbankan tertarik. Gagasan itu kemudian kami sounding kepada BNI (PT Bank Negara Indonesia Tbk) – sebagai bank pertama yang didirikan pemerintah Indonesia. Sekaligus hari jadinya ditetapkan Bung Karno sebagai Hari Bank.

Gayung bersambut. Kami produksi 9 (sembilan episode) sebagai dummy. Salah satu stasiun televisi kami tawarkan dengan tawaran komersialitas yang berimbang dan tidak merugikan. Ternyata programmer-nya tak berani memutuskan.

Ketika itu, Direksi BNI -- setelah melakukan penilaian yang rigit dan sangat ketat – mengatakan, mengapa film seri televisi ini tidak disiapkan untuk TVRI saja. Mereka berfikir, TVRI sebagai lembaga penyiaran publik perlu dibantu untuk tetap memainkan perannya sebagai lokomotif penyiaran televisi yang mengembang fungsi hiburan – edukasi dan informasi.

Tentu, saya tidak keberatan. Ada nilai tambah ketika film seri televisi ini diperuntukkan bagi TVRI. Apalagi, saya sempat berjanji dengan Farhat, ketika dia masih menjabat Direktur Utama TVRI. Hal yang sama juga pernah saya kemukakan kepada Arief Suditomo – Anggota Komisi I DPR RI, yang dengan caranya, ‘menantang’ saya kembali ke dunia film dan televisi, setelah lebih 20 tahun meninggalkannya.

UCUP SUPRIADI  - PEMERAN KONG UCUP, TAK PERNAH HENTI MELAKUKAN READING DENGAN LAWAN MAIN, CONTOH BAGI YANG MUDA | FOTO: DANI BUDIANA - AKARPADI SELARAS MEDIA

Ketika Memorandum of Understanding kerjasama BNI – TVRI ditanda-tangani, ada beban berat yang segera harus dipikul. Sekurang-kurangnya, dari aspek kualitas FST Rindu Satpam Kita harus lebih baik dari kebanyakan sinetron. Khasnya untuk mempertemukan dimensi estetika – artistika – etika dalam satu tarikan nafas. Dalam konteks itulah, saya memaksa Tito Kurnianto – editor senior asuhan Deddy Mizwar yang saya lihat berpotensi sebagai sutradara.

Saya berharap Tito dapat terbantu dengan tim produksi yang sungguh ingin menghasilkan film seri televisi berkualitas. Ternyata, sebagian dari tim kerja kebanyakan mereka yang selama ini terlibat dalam produksi sinetron kejar tayang, yang tak karib dengan kerja keras dan kerja cerdas mengelola kreativitas. Saya berikan kewenangan kepada Tito untuk mengganti tim-nya. Alhamdulillah dengan tim kerja terakhir yang lebih slim, sehingga simpel spend of control-nya, akhirnya spirit menghasilkan film seri televisi berorientasi mutu dan menghormati pemirsa, dapat terwujud.

Saya berterima kasih dengan para aktor dan aktris senior dan berbakat: Wawan Wanisar, Ida Zein, Iwan Gardiawan, Erma Zarina, Asrul Dahlan, Lisa Syahtiani, Andi Bersama, Hendrayan, Ucup Supriadi, Krisni Dieta, serta para aktor dan aktris bertalenta: Christy Carol, Karina Meitha, Arief Wibowo, Sehmi, Latisha, Walma, Gultom, Ruli Ramadani, Bambang, dan lain-lain yang sangat bersungguh-sungguh dalam menggerakkan proses eksekusi kreatif. Demikian pula halnya dengan Areng Widodo – musisi senior yang menangani ilustrasi musiknya.

Saya merasa beruntung mendapat Salim, pembantu umum yang dedikatif dan sangat membantu kelancaran proses kerja kreatif secara kolektif ini. Semuanya berlangsung secara terkontrol dan akuntabel, juga karena sikap produser, Riana Dewi dengan staf yang sangat ketat menjalankan asas akuntabilitas, serta Wawan Sugiawan selaku produser lini.

Ketika mendapat kabar -- selepas pengumuman nomine– Rindu Satpam Kita menjadi satu dari lima nominee untuk Sinetron Serial Terpuji dan Krisni Dieta menjadi nominee Pemeran Wanita Utama Sinetron Serial Festival Film Bandung (FFB) 2015, kami sungguh bersyukur. Pertama, karena festival film (yang semula forum film Bandung) itu sangat bergengsi: obyektif dan independen. Kedua, karena film seri Rindu Satpam Kita yang didesain dalam format edutainment ini diapresiasi dan dihargai.

TAK JARANG SHOOTING DILAKUKAN SAMPAI JAUH MALAM - KARENA PERTIMBANGAN ARTISTIK - ESTETIK - ETIK | DANI BUDIANA - AKARPADI SELARAS MEDIA

Film seri televisi Rindu Satpam Kita (TVRI) bersanding dengan Preman Pensiun (RCTI), Di Bawah Lindungan Abah (TransTV), 3 Semprul Mengejar Surga 3 (SCTV), dan Cinta di Langit Tajmahal (ANTV). Senang hati saya, ketika banyak teman lama para sutradara yang pernah dibesarkan oleh TVRI memberi apresiasi dan memandang penayangan Rindu Satpam Kita, sebagai isyarat untuk menjadikan lagi TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang menjadi lokomotif produksi film televisi edutainment.

Saya juga senang, rumah produksi liliput (Akarpadi Selaras Media) yang kami bangun bisa bersanding dengan rumah produksi ‘raksasa’ seperti: MNC Pictures, TransPicture, StarVision, dan MaximaPicture. Terus terang, apresiasi FFB 2015 membakar semangat kami (saya dan teman-teman sineas dan kreator muda) kian bersemangat dan optimistis memasuki dunia film dan televisi yang tidak mudah ini.. | 

Editor : Web Administrator
 
Energi & Tambang
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 168
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 339
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 365
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 335
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya