Umat Buddha Indonesia Bantu Rohingya

| dilihat 1903

AKARPADINEWS.COM| KEKERASAN rasial yang dialami Etnis Rohingya di Myanmar memicu keprihatinan dunia. Kebencian massa anti Islam itu memaksa Etnis Rohingya terusir dari tanah kelahirannya. Tak sedikit di antara mereka yang tidak berdosa itu dibunuh dan tewas menggenaskan selama terombang-ambing tiga bulan lamanya di tengah lautan. Mereka juga ada yang terpisah dari sanak keluarganya.

Kekerasan yang dilakukan Umat Buddha terhadap Etnis Rohingya, kaum minoritas di Myanmar yang beragama Islam itu memicu simpati masyarakat Indonesia. Warga di Aceh bersama pemerintah bahu membahu memberikan bantuan kemanusiaan. Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) menggandeng Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga berupaya untuk memberikan dan menggalang bantuan kepada pengungsi Rohingya yang mendarat di Aceh.

Walubi ingin menunjukkan kepada masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim jika umat Buddha di Indonesia berbeda dengan umat Buddha di Myanmar. Pelaksana Tugas Ketua Umum Walubi, Arief Harsono, mengimbau seluruh umat beragama dapat menjaga hubungan baik serta bersama-sama memberi bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi.

Selain akan memberikan bantuan kepada etnis Rohingya yang tengah mengungsi di Aceh, dalam pernyataannya, Walubi bersama MUI yang diwakili Selamat Effendy Yusuf, juga menghimbau kepada pihak terkait, seperti Palang Merah Indonesia (PMI) dan Pemerintah, untuk memberikan bantuan kepada para pengungsi.

Walubi dan MUI juga mengimbau masyarakat Asia Tenggara untuk turun tangan perihal nasib Etnis Rohingya. Dalam pernyataannya, kekerasan yang dialami etnis Rohingya merupakan kasus kemanusiaan yang harus segera ditanggapi. Pernyataan sikap ini merupakan upaya Walubi untuk menunjukkan bahwa umat Buddha di Indonesia menerapkan ajaran-ajaran kemanusiaan yang diajarkan dalam agamanya dan dapat berkerjasama dengan umat muslim yang juga mengedepankan sikap saling menghormati. Seruan Walubi itu itu patut diapresiasi. Semua juga tentu mengharap, konflik berbau rasial di Myanmar tidak menyebar ke Indonesia.

Kebengisan umat Buddha di Myanmar kepada etnis Rohingya tidak terlepas dari andil seorang biksu bernama Ashin Wirathu. Dalam beberapa pernyataannya, dia menyatakan, membenci Islam dan mendorong pengusiran etnis Rohingya dari tanah Myanmar. Pria berusia 46 tahun itu juga merupakan pemimpin Gerakan Nasional 969 yang merupakan gerakan umat Buddha anti Islam di Myanmar.

Ketika kekerasan yang dialami Etnis Rohingya mendapat sorotan internasional, Ashin tak menghiraukan. Dia pernah memberikan respons negatif kepada salah satu petinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bidang kemanusiaan, Yanghee Lee. Perempuan asal Korea Selatan itu pernah mendesak Pemerintahan Myanmar untuk bergerak cepat dalam menyelesaikan kekerasan yang dialami Etnis Rohingya. Desakan Lee itu membuat Wirathu berang.

Pada pertemuan Gerakan Nasional 969, Januari lalu, Wirathu menyatakan, kekerasan yang yang dilakukan pihaknya pada etnis Rohingya merupakan penegakan hukum atas perlindungan ras. Dalam acara itu, dia mencemooh Lee. “Kita sudah menyatakan pada publik mengenai hukum perlindungan ras (di Myanmar), tanpa perlu melakukan penelitian, dan pelacur itu (mengacu pada Lee) selalu melontarkan protes atas hal ini sebagai bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)!” tegasnya saat berorasi di depan pendukungnya seperti dilansir International Busines Times, (19/1).

Biksu yang pernah dipenjara pada tahun 2003 karena menyebarkan kebencian pada Islam ini juga menyatakan, Lee tidak punya hak untuk menilai tindakan mereka (atas etnis Rohingya) meski dia adalah salah satu petinggi PBB. “Jangan merasa kamu (Lee) merupakan orang terhormat hanya karena posisimu di PBB. Di sini (Myanmar) kamu hanya seorang pelacur. Kamu boleh saja menawarkan pantatmu kepada kaum kalars (ejekan bagi umat Islam dalam bahasa Myanmar), tapi kamu tidak akan bisa menjual provinsi Rakhhine kami!” tegasnya.

Perseteruan Wirathu dengan Lee terjadi pada saat terjadi kekerasan yang dialami Umat Muslim oleh Umat Buddha di Myanmar sepanjang tahun 2012-2014. Lee yang telah melakukan peninjauan di Rakhine, Myanmar, terus mendesak Pemerintah Myanmar kala itu untuk bertanggung jawab atas tragedi itu karena telah memakan korban ratusan orang.

Di tahun 2013, Wirathu juga pernah menuding Islam sebagai agama barbar dan selalu mencari kesempatan dengan memperkosa perempuan-perempuan Myanmar. “Kita diperkosa dan dilecehkan di tiap kota, dan mereka (umat Muslim) selalu berkelompok untuk mem-bully kita,” ujar pria yang menjadi biksu tahun 1984 tersebut seperti dilansir The Guardian, (14/4/2013).

Wirathu merupakan contoh jika seseorang dapat bersikap dan bertindak brutal bukan hanya karena didasari pemahaman radikal mengenai agamanya, melainkan dari individunya. Agama manapun, selalu menyebarkan kebaikan dan kedamaian. Namun, yang merusak nilai-nilai keagamaan itu ialah mereka yang salah menafsirkan atau memiliki dendam dengan mengatasnamakan agama.

Penduduk di Myanmar mayoritas beragama Buddha. Namun, tidak bisa kaum mayoritas mengucilkan kaum minoritas dan bertindak barbar mengatasnamakan agama. Jika demikian, yang dirugikan tak hanya Etnis Rohingya saja. Namun, juga mencermarkan nama baik Buddha. Umat Buddha tentu tidak mau dituding sebagai agama yang mengagungkan kekerasan seperti halnya Islam yang dianggap agama barbar lantaran kekerasan dan teror yang dilakukan gerakan militan radikal Islamic State (IS) atau Al Qaeda. Karenanya, apapun dalihnya, kekerasan atas nama agama tidak dapat dibenarkan.

Muhammad Khairil

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 744
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 899
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 855
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 246
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 469
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 463
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 434
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya