Transformasi Jakarta Tidak Terbendung

| dilihat 1068

Catatan Bang Sém

Anies Baswedan, Gubernur Jakarta terus bergerak. Selepas menggerakkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghadirkan perhelatan budaya populer menyambut 1 Muharram 1411 Hijriah di bundaran Hotel Indonesia dan Simponi Akbar dengan cita rasa internasional di Monas, untuk pertrama kalinya di Jakarta, dia menyambut kongres perencana kota dan daerah se dunia.

Sebelumnya Anies bersama forum literasi internasional dan berada di tengah pameran buku internasional. Lantas Kongres Perencana Kota dan Wilayah Seluruh Dunia ke  55.

Semua even ini berdiri sendiri-sendiri, tapi seolah rinonce aktivitas kebudayaan yang mengikat satu gagasan  dan aksi, menempatkan Jakarta sebagai salah satu pusat peradaban dunia.

Menghadirkan Jakarta di abad ke 21, sebagaimana yang pernah diprediksi para filosof dan begawan masa lampau, tentang Zangdes, pusat peradaban manusia di Timur Matahari.

Lantunan lagu-lagu islami, seolah termediasi dengan ritma estetika dalam pergelaran wayang, dan universalitas musik sebagai bahasa peradaban, yang tereksplorasi melalui karya literasi sebagai simbol keadaban dan peradaban.

Semuanya seolah terpumpun sebagai referensi bagai perencana kota dan wilayah seluruh dunia, termasuk perencana muda untuk melihat dimensi pergerakan kota-kota di dunia, dari metropolitan ke megapolitan.

Kota-kota sangat besar yang terhubung satu dengan lainnya, termasuk perkembangan konurbasinya yang bergerak sebagai metropolitan baru, memberi makna atas jejaring dan jalur infrastruktur, yang pada mulanya hanya menghubungkan metropolitan, dan kelak akan menghubungkan simpul-simpul keadaban dan peradaban.

Di forum kongres para perencana kota dan wilayah seluruh dunia yang berlangsung di Jakarta (juga Bogor), tak hanya soal tata ruang yang mengemuka. Jauh lebih luas dari itu, adalah respon visioner atas dinamika kota-kota besar dunia. Terutama, karena urbanisasi (sebagai konsekuensi dari migrasi) akan terus nberlanjut dengan kecepatan tinggi.

Pun, pergerakan ekonomi yang mengglobal, yang memungkinkan terpumpunnya kota-kota dalam megapolitan, sebagaimana terkoneksi dalam pentagonia megapolitan Paris - London - Berlin - Brussels - Amsterdam, sebagai kota yang menjadi tumpuan kebahagiaan manusia.

Kongres para perencana kota dan wilayah seluruh dunia yang berhimpun di Jakarta, mengelola keragaman gagasan tentang kota masa depan, dan menempatkan Jakarta sebagai salah satu kajian untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana mengubah masalah menjadi potensi, mengubah kelemahan menjadi kekuatan, sekaligus mendefinisikan peran global baru kota-kota besar.

Di Jakarta, dalam forum kongres, para perencana kota dan wilayah menghadirkan dialog keadaban dan peradaban menarik, tentang bagaimana mempertemukan perbedaan dalam suatu pemahaman kolektif tentang masa depan. Merumuskan bersama perencanaan kota dan strategi pengembangan kolektif untuk mempromosikan kehidupan, kesejahteraan, keberlanjutan, inovasi, dan tata kelola yang responsif bagi penghuninya.

Jakarta dipilih sebagai tempat kongres para perencana kota dan wilayah seluruh dunia, karena inilah kota yang sedang menggeliat sebagai kota terbesar yang pernah 'tenggelam' dalam percaturan dunia, dan kini menjadi kota dengan perubahan tercepat di dunia. Jakarta adalah contoh metropolitan yang sedang menjelajahi tantangan kontemporer, sehingga layak menjadi model pemecahan atas masalah kompleks yang dihadapi kota-kota besar, mulai dari level kebijakan, sampai ke level teknis di lapangan.

Transformasi yang berlangsung di Jakarta di bawah kepemimpinan Anies Baswedan, memantik pemikiran baru tentang perencanaan masa depan kota-kota besar sebagai 'kota tanpa batas,' yang menempatkan warganya sebagai warga global, tanpa harus dengan embel-embel sebagai ibukota.

Jakarta diharapkan sebagai tempat yang memberi inspirasi bagi seluruh perencana kota dan wilayah untuk membahas megasitas kota-kota besar dengan konurbasinya, tempat hidup dan kota sehat, kota sebagai sentra pertumbuhan ekonomi - pengetahuan dan identitas kebangsaan dalam konteks perencanaan budaya.

Transformasi Jakarta juga diharap menjadi pemantik juga Pun tentang Smart City terkait dengan perencanaan inovasi atau pengelolaan tata kota dalam konteks perencanaan masa depan. Termasuk di dalamnya ihwal kebijakan pemimpin kota dalam penegakan aturan beroeientasi keadilan.

Banyak lagi tema yang dibahas dalam kongres ke 55 Perencana Kota dan Wilayah se Dunia, ini. Termasuk pertanyaan yang mengkili-kili, Jakarta sebagai salah satu kota besar yang mesti memainkan peran, dalam menghadapi realitas kota tumbuh dan gerak praerkursa (penghela) urbanisasi. Tak terkecuali pengaruh global dan daya saing dalam dimensi peran kota-kota besar.

Saya tertarik dengan salah satu sesi strategis ihwal desain kebijakan terkait dengan kota besar seperti Jakarta dalam konteks konsumsi energi, pangan, dan sumberdaya berdampak (negatif) rendah. Juga, ihwal keterkaitan, hubungan, perbedaan, sinergi dan koneksi dalam merespon peluang untuk keseluruhan dan bagian-bagiannya

Tentu, juga ihwal prospek, visi, masa depan, prediksi, perkiraan, dan skenario untuk kota-kota besar di masa depan melalui eksplorasi holistik, yang memberikan kesempatan menghimpun gagasan-gagasan anyar tentang koneksi kota besar dengan konurbasi dan satelitnya, sehingga membentuk megapolitan baru. Termasuk pemikiran segar tentang megapolitan itu saja, yang dalam konteks Jakarta, tak hanya meliputi Bekasi, Depok, Tangerang, Bogor, dan Cianjur semata. Melainkan juga Bandung, Cirebon, Semarang, Surabaya, dan Bandar Lampung.

Lantas, gagasan-gagasan anyar dan segar ihwal bagaimana megapolitan dan metropolitan-metropolitan baru, itu memengaruhi dunia (secara positif dan sebaliknya). Di sini, perencana kota dan wilayah  dapat berpikir ke depan tentang masa depan bangsanya secara holistik.

Kota-kota besar dan wilayah-kota menantang gagasan kota tradisional dan bahkan kota metropolitan. Bahkan, lebih besar dan lebih kuat dari negara. Karena megapolitan dan metropolitan baru menjadi simpul global migrasi, perdagangan, pertukaran pengetahuan dan inovasi, yang tidak terbatas.

Di Jakarta, para perencana kota beradu gagasan dan pemimikiran untuk menjawab pertanyaan seputar pengendalian megapolitan di dunia dan cara tercepat menuju masa depan yang  adil dan makmur.

Dalam konteks ini, para perencana kota dan wilayah, itu secara kolektif mengeksplorasi kebutuhan dan dampak megapolitan, dari infrastruktur hingga makanan dan limbah, serta berbagai strategi yang diperlukan. Baik yang baru dalam 'imaginery drawing' atau yang sudah dieksplorasi, untuk menjadikannya sebagai praerkursa untuk dalam menemukan jalan menuju skala efisiensi dan manajemen sumber daya yang inovatif. Termasuk, seberapa jauh para perencana kota dan wilayah ini, menjadi bagian dari jaringan yang saling terhubung secara global,  yang dapat menyebabkan perubahan planet atau ancaman terhadap kehidupan di Bumi. Khasnya, terkait dengan tantangan mendesak abad ke 21 yang sedang mengakhiri fase pertama, dan akan memulai fase berikutnya.

Anies Baswedan dan arus besar transformasi Jakarta, tak akan terbendung. Apalagi hanya oleh riak-riak kecil kaum klangenan yang sibuk membuli dan meracau di balik semak-semak tepian keadaban dan peradaban. Dalam konteks kemaslahatan dan kemanfaatan yang lebih luas dalam mewujudkan sesanti 'Maju Kotanya, Bahagia Warganya,' tentu Anies sebagai Gubernur juga perlu membersihkan Pemerintah Provinsi Jakarta dari beragam 'selilit di sela gigi.' Pengalamannya sebagai aktivis di hari kemarin, dia sangat paham, kapan dan bagaimana beraksi. Transformasi Jakarta akan terus bergerak. |

Baca juga : Jakarta Jantung Ekonomi dan Budaya

Editor : Web Administrator | Sumber : foto-foto instagram_ARB
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 712
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 869
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 820
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1156
Rumput Tetangga
Selanjutnya