Yousouf bin Trad Al-Saadon tanggapi Gagasan 'Sakit' Trump dan Netanjahu

Silakan Trump Gondol Warga Israel ke Alaska

| dilihat 366

Gagasan 'sakit' Presiden AS Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina dari jalur Gaza dan gagasan 'sakit' Netanjahu agar Palestina mendirikan negara di Arab Saudi daripada di tanah airnya sendiri, akhirnya mendapat reaksi dari anggota Dewan Syura Saudi Arabia, Yousouf bin Trad Al-Saadon (Sabtu, 09.02.25).

Saadon mempersilakan Trump membawa warga Israel kesayangannya ke Greenland, Alaska.

‘Dia (Trump) harus merelokasi warga Israel yang disayanginya ke negara bagian Alaska dan kemudian ke Greenland – setelah mencaploknya,’ kata Al-Saadoun

Pernyataan Al-Saadon itu, sekaligus merupakan kritik balik atas gagasan 'sakit' Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan warga Palestina dari Jalur Gaza. Menurut Al Saadon, merelokasi warga Israel ke Alaska dan Greenland akan menjadi solusi yang lebih baik untuk stabilitas Timur Tengah.

Pernyataan tersebut juga merupakan pernyataan lugas Al Saadon atas pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang hari Kamis (7/2/25) yang secara ironis menyarankan Palestina harus mendirikan negara mereka di Arab Saudi daripada di tanah air Palestina sendiri.

Baik pernyataan gagasan Trump maupun Netanjahu, dipandang berbagai kalangan di Timur Tengah dan dunia, sebagai gagasan 'sakit' dan tidak pada tempatnya. Karena gagasan kedua sekutu itu, menepis dan meniadakan hakekat  kedaulatan dan eksistensi Palestina sebagai suatu negara - bangsa merdeka di tanah airnya sendiri.

Zionis Israel telah lebih tujuh dekade merompak tanah air dan wilayah kedaulatan Palestina, dan semakin menggila dengan penghancuran gaza dan genosida tak berperikemanusiaan, sejak Netanjahu kembali memerintah di negara zionis Isarel tersebut.

Relokasilah Warga Israel

Amerika Serikat, baik dipimpin oleh Joe Biden maupun Trump memberi dukungan kuat kepada Israel, sambil mengabaikan protes masyarakat dunia. Belakangan, setelah dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat untuk kedua kalinya (20/1/25) telah melontarkan gagasan untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza pada beberapa kesempatan, dengan alasan, bahwa dia akan melaksanakan rencana pembangunan kembali yang luar biasa untuk mengubah daerah kantong itu menjadi "Riviera Timur Tengah."

Menyusul pernyataan Trump, yang dikecam secara luas oleh beberapa negara Arab, Eropa, dan negara-negara besar lainnya, Netanjahu merespon Trump menyartakan, “Saudi dapat mendirikan negara Palestina di Arab Saudi; mereka memiliki banyak tanah di sana.”

Al Saadon sebagaimana dikutip surat kabar Saudi, Okaz (Jum'at, 8/2/25) menyatakan, “Jika dia (Trump) benar-benar ingin menjadi pahlawan perdamaian dan mencapai stabilitas dan kemakmuran bagi Timur Tengah, dia harus merelokasi orang-orang Israel yang dicintainya ke negara bagian Alaska dan kemudian ke Greenland—setelah mencaploknya.”

Anggota Dewan Syura yang diangkat oleh Raja Saudi Arabia tersebut mendesak warga Palestina untuk tetap bersatu dan memelihara soliditas, karena "yang terburuk belum datang" Meski tidak memiliki kekuatan legislatif, Dewan Syura Saudi Arabia menjalankan fungsi berkaitan dengan undang-undang, rencana ekonomi, dan kebijakan sosial. Dewan ini juga memberi nasihat tentang kebijakan negara.

Pilihan yang Buruk

Gagasan 'sakit' Trump dan Netanjahu mendapat kecaman keras dari warga Palestina, negara-negara Arab, Prancis, Inggris, Jerman, dan Kanada, serta berbagai negara lain, tanpa kecuali Turki.

Gagasan kedua pemimpin zionis itu mengisyaratkan, Amerika Serikat dan zionis Israel terkesan tak tulus dan tak sepenuh hati menghendaki genjatan senjata yang terjadi di Gaza sebagai bagian dari langkah perdamaian permanen.

“Kaum Zionis dan sekutunya harus menyadari bahwa mereka tidak akan berhasil menyeret para pemimpin Saudi ke dalam perangkap media dan tekanan politik palsu,” kata Al Saadon.

Pejabat Saudi tersebut lebih lanjut mengkritik pengambilan keputusan Trump, dengan menyatakan bahwa pilihan yang buruk dibuat oleh mereka yang "mengabaikan pengetahuan dan keahlian yang terkumpul," dan menolak berkonsultasi dengan para spesialis.

Al Saadon juga menuduh Washington secara membabi buta mengadopsi metode Israel. “Kebijakan luar negeri resmi Amerika Serikat akan mengupayakan pendudukan ilegal atas tanah kedaulatan dan pembersihan etnis terhadap penduduknya—keduanya merupakan metode Israel dan merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.”

Selaras dengan itu, Kerajaan Arab Saudi pada Ahad (9/2/25) mengecam keras komentar Netanyahu tentang kenegaraan Palestina di Arab Saudi dan menekankan hak rakyat Palestina atas tanah mereka.

HAMAS dan PLO Menolak

Di Palestina sendiri, gagasan 'sakit' Trump menuai tanggapan kritis yang tajam, baik dari Hamas maupun organisasi pembebasan Palestina (PLO). Gagasan 'sakit' tersebut dianggaop sebagai kekonyolan yang tidak perlu.

Sami Abu Zuhri, salah seorang pemimpin HAMAS menyatakan, bahwa gagasan tersebut merupakan bentuk lain dari rencana pengusiran warga Palestina dari tanah airnya sendiri.

"Konyol dan tidak masuk akal! Pernyataan Trump menunjukkan nafsunya menguasai Gaza. Ide-ide semacam ini dapat memicu kerusuhan di wilayah tersebut," kata Abu Zuhri.

Ia menganggap rencana yang berada di balik pernyataan Trump tersebut "sebagai muslihat untuk menimbulkan kekacauan dan ketegangan baru di wilayah tersebut, karena warga Gaza tidak akan membiarkan rencana tersebut disahkan. "Gagasan tersebut hanya akan menambah masalah," ungkap Izzat al-Risheq kepada Al Jazeera.

"Pernyataan-pernyataan ini mencerminkan kebingungan dan ketidaktahuan yang mendalam tentang Palestina dan wilayah tersebut. Gaza jelas bukan tanah milik bersama dan bukan properti yang dapat diperjualbelikan. Kecenderungan Amerika yang tidak adil dalam memperlakukan Palestina dan Israel, terus berlanjut," kata Risheq.

Akan halnya Husein al Sheikh, Sekretaris Jendral PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) menyatakan,  PLO menolak semua seruan untuk mengusir rakyat Palestina dari tanah airnya. | mudhriq

 

Editor : delanova | Sumber : aljazeera, okaz, dan berbagai sumber
 
Humaniora
06 Mar 25, 02:43 WIB | Dilihat : 653
Buka Puasa Bersejarah di Istana Windsor Inggris
04 Mar 25, 03:55 WIB | Dilihat : 456
Shaum di Zaman Sungsang
31 Jan 25, 05:17 WIB | Dilihat : 900
Keserakahan
Selanjutnya
Energi & Tambang