Serangan Berdarah di Klub Gay

| dilihat 2305

ORLANDO, AKARPADINEWS.COM | SUASANA menikmati akhir pekan di Pulse Club, Orlando, Florida, Amerika Serikat (AS), Minggu (12/6) dini hari, berubah mencekam. Para pengunjung klub itu berhamburan ke luar.

Mereka ketakutan tatkala seorang pria bersenjata merengsek masuk dan menebar tembakan di klub yang biasa ramai didatangi kaum gay itu. Pelaku sempat melakukan penyanderaan. Serangan bersenjata itu menewaskan sekitar 50 orang dan melukai 53 orang.

"Ada begitu banyak (tembakan), setidaknya 40 (kali tembakan)," kata seorang saksi, Javer Antonetti, 53 tahun, seperti dikutip Orlando Sentinel. Kala kejadian, Antonetti bersembunyi di sebuah ruangan di bagian belakang.

Pengunjung lainnya, Christopher Hansen melihat tubuh-tubuh tergeletak di lantai, dengan darah berceceran. "Ada mayat di mana-mana," katanya. Ricardo Negron Almodovar, saksi lainnya mengatakan, tidak bisa melihat pelaku penembakan dan orang-orang yang terluka. Dia hanya berpikir bagaimana keluar secepatnya dari klub tersebut. "Pada saat tertentu, ada jeda (tembakan) singkat, dan kami pergi ke pintu yang mengarah ke luar. Kami menemukan jalan keluar. Setelah itu, saya hanya berlari."

Pihak pengelola klub telah menghimbau para pengunjung segera keluar, menjauhi klub. Namun, ada banyak pengunjung yang terjebak di dalam dan disandera pelaku. Aparat keamanan pun bergerak. Regu penembak dikerahkan, merengsek masuk untuk menghentikan ulah brutal pelaku. Aparat lalu mendobrok pintu dengan dengan menggunakan kendaraan lapis baja, membebaskan puluhan pengunjung yang terjebak di dalam klub. Anjing pelacak pun dikerahkan.

Setelah polisi menembak mati pelaku, beberapa korban tewas dan terluka di evakuasi. Mobil polisi, ambulans dan kendaraan darurat lainnya dikerahkan untuk mengangkut korban ke rumah sakit.

Pulse Club merupakan tempat hiburan malam yang bernuansa Latin. Klub itu dikenal sebagai tempat mangkalnya para gay. Salah satu pendiri dan pemiliknya, Barbara Poma, telah membuka klub itu selama lebih dari satu dekade. Kakaknya diketahui meninggal dunia setelah berjuang melawan HIV/AIDS.

Dalam sebuah pernyataan, kelompok pejuang kesetaraan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) Florida, mengecem penyerangan tersebut. Di Florida, klub itu memiliki sejarah penting dalam perjuangan kesetaraan, menjadi tempat satu-satunya bagi kaum gay berkumpul dengan aman.

Dari identifikasi yang dilakukan polisi, pelaku penyerangan di Pulse Club bernama Omar S Mateen. Pejabat senior FBI menduga, serangan itu terkait aksi terorisme. Namun, belum diketahui apakah ada kaitannya dengan terorisme internasional.

"Apakah ini adalah aksi terorisme? Benar, kami sedang menyelidikinya dari perspektif semua pihak sebagai aksi terorisme," kata Danny Banks, agen FBI yang bertanggung jawab di wilayah Florida.

Ronald Hopper, agen FBI lainnya mengatakan, pihaknya menduga pelaku terkait kelompok ideologi tertentu. "Tapi, sekarang kita tidak bisa menyimpulkannya secara definitif," imbuhnya. Polisi juga masih mencari motif penembakan massal yang diarahkan kepada komunitas lelaki pencinta sesama jenis itu.

Sebelum peristiwa penyerangan, Mateen, yang merupakan warga Florida, dilaporkan prnah menelepon 911 dan bersumpah setia kepada pimpinan ISIS, Abu Bakr al-Baghdad.

Namun, Seddique, ayah Mateen memastikan insiden itu tidak ada kaitannya dengan agama. "Ini (serangan) tidak ada hubungannya dengan agama." Seddique mengungkap, anaknya pernah marah ketika melihat dua pria berciuman di Miami beberapa bulan lalu. Hal itu diduga memicu Mateen melakukan penembakan.

Atas serangan brutal yang dilakukan Mateen, Seddique meminta maaf. "Kami meminta maaf. Kami tidak mengetahui adanya tindakan Mateen. Kami shock." ujarnya. Koordinator regional American-Islamic Relation Orlando, Rasha Mubarak juga mengutuk serangan itu. "Kami mengutuk serangan mengerikan itu dan berbelasungkawa atas keluarga korban dan orang yang dicintai oleh korban tewas dan terluka," tegasnya dalam pernyataan. Mubarak pun menambahkan, komunitas Muslim Amerika menolak klaim-klaim yang disampaikan individu atau kelompok yang membenarkan tindakan kekerasan atas nama Islam.

Mateen lahir di New York tahun 1986 dan tinggal di Port St Lucie, sekitar 125 mil bagian selatan Orlando. Dia menikah pada tahun 2009, dan memiliki seorang putra berusia 3 tahun.

Mateen diketahui memiliki lisensi kepemilikan senjata karena menurut keluarganya, Mateen bekerja di jasa keamanan. Menurut Sheriff Orange County, Jerry Demings, pelaku penyerangan menggunakan senapan serbu dan pistol. Mateen juga membawa "perangkat" yang belum diketahui tujuannya. Sementara seorang penyidik FBI menyebut, pihaknya sudah mencari Mateen tiga tahun lalu karena pernyataannya yang menebar propaganda Islam radikal.

Dalam pernyataannya, ISIS mengaku bertanggungjawab atas penembakan di Orlando. Dalam pesan yang diterbitkan sebuah media yang kerap menyuarakan klaim-klaim ISIS, Amaq Agency, disebutkan Mateen adalah "tentara kekhalifahan". Meskipun pernyataan itu tidak menjelaskan hubungan Mateen untuk ISIS, tetapi pesan itu menyebut Mateen adalah serigala penyerang tunggal.

Walikota Orlando, Buddy Dyer tak kuasa menahan sedih dengan banyaknya jumlah korban. "Hari ini kita sedang berhadapan dengan sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan," katanya. "Ada lagi 53 orang yang dirawat di rumah sakit," imbuhnya.

Gubernur Florida, Rick Scott pun menentapkan Orlando dalam keadaan darurat. Dia juga berduka atas korban dan keluarga. "Doa kami untuk para korban, keluarga dan semua mereka yang terkena dampak tragedi mengerikan ini. Kami adalah negara kuat dan tangguh, dan kami akan menggunakan setiap sumber daya yang tersedia untuk mengungkap penembakan di Orlando," kata Scott dalam pernyataannya.

Presiden AS Barack Obama telah memerintahkan Pemerintah Federal memberikan bantuan kepada para korban dan mendukung pihak kepolisian Florida untuk menyelidiki penembakan itu.

Sekitar pukul 05.00, polisi menembak Mateen yang melakukan perlawanan bersenjata. Mateen terpaksa ditembak demi menyelamatkan para sandera. "Petugas kami terlibat baku tembak dengan tersangka. Tersangka sudah mati," ucap Kepala Kepolisian Orlando, John Mina.

Seorang polisi dilaporkan terluka akibat baku tembak. Polisi itu beruntung karena dilindungi helm kevlar dari peluru yang menyasar ke arah kepalanya. "Helm itu menyelamatkan nyawa polisi," kata Banks.

Orlando memiliki populasi 270.930 jiwa dan menjadi salah kawasan objek wisata di AS. Di sana, terdapat Disney World, taman hiburan yang mampu 62 juta wisatawan di tahun 2014. Warga kota kini dihantui teror lantaran serangan itu.

Apalagi, serangan di Pulse Club itu merupakan serangan kedua di Orlando setelah sehari sebelumnya, terjadi penyerangan bersenjata yang menewaskan penyanyi yang tengah naik daun, Christina Grimmie.

Seorang pria diduga menjadi penggemar gila Grimmie, menembak penyanyi yang pernah menjadi kontestan "The Voice" tahun 2014 itu. Grimmie ditembak saat membubuhkan tanda tangan kepada para pengemarnya setelah konser berlangsung di the Plaza Live Music.

Grimmie, 22 tahun, menggelar konser di Orlando bersama band "Before You Exit". Polisi hingga kini belum mengungkap identitas dan motif pelaku. Polisi masih melakukan investigasi kasus tersebut.  

Grimmie sempat dilarikan ke rumah sakit. Namun, nyawanya tidak tertolong. Sabtu (11/6) pagi, dia menghembuskan nafas terakhir. Grimmie berasal dari New Jersey berhasil menarik perhatian khalayak lantaran sering mengaploud video-video saat dirinya menyanyikan lagu-lagu pop.

Serangan di Pulse Club dianggap paling tragis di AS, setelah serangan di kampus Virginia Tech yang menewaskan 32 orang. Serangan itu juga terjadi hanya selang dua pekan sejak serangan di Universitas California (UCLA), Los Angeles.

Pelaku penyerangan yang kemudian menembak dirinya sendiri, membunuh Wiliam Klug, 39 tahun, profesor teknik mesin yang ahli di bidang kedirgantaraan. Penyerangan di UCLA merupakan salah satu dari sekian banyak serangan yang terjadi di kampus atau sekolah-sekolah di AS. 

Di tahun 2013, penyerangan bersenjata terjadi di Sekolah Menangah Atas (SMA) Marysvulle-Pilchuck, Washington, di SMU Taft Union di California, di Stevens Institute of Business & Art di St Louis, Missouri, di SMP Price di Atlanta, Georgia, Santa Monica College di Santa Monica, California, di SMP Sparks di Sparks, Nevada, dan SMU Arapahoe di Centennial, Colorado.

Di tahun 2014, aksi sporadis serupa juga terjadi di SMU Liberty Technology Magnet di Jackson, Tennessee, di SMP Berrendo di Roswell, New Mexico, di Universitas Purdue, West Lafayette, Indiana, di Universitas California, Santa Barbara, California, dan di Universitas Seattle Pacific di Seattle, Washington. Selain di kampus, penyerangan bersenjata juga terjadi di ruang-ruang publik.

Serangkaian penyerangan bersenjata itu tidak terlepas mudahnya izin kepemilikan senjata dan lemahnya kontrol penggunaan senjata. Obama telah menyerukan agar peraturan perundangan-undangan yang mengatur kepemilikan dan penggunaan senjata di AS diperketat. Seruan itu disampaikannya setelah terjadinya pembunuhan brutal di Umpqua Community College di Roseburg, Oregon, Portland. Insiden penyerangan bersenjata itu menewaskan 13 orang dan melukai sekitar 20 orang.

Pemerintah juga sulit mengontrol penjualan senjata yang menggunakan internet yang agen penjualan jumlahnya ribuan. Akibatnya, terjadi penyalahgunaan. Dalam insiden penyerangan di Aurora, Colorado tahun 2012 yang menewaskan 12 orang itu, pelaku diketahui membeli senjata lewat internet. James Eagan Holmes diketahui memborong lebih dari 6.000 amunisi dari internet. Dia juga membeli senapan serbu AR-15 dari toko senjata setempat.

Namun, para penentang pembatasan kepemilikan senjata menganggap, larangan penggunaan senjata tidak akan mengurangi kejahatan bersenjata, meski meningkatkan ketaatan para pemiliknya terhadap hukum yang berlaku. Namun, pemerintah tidak bisa membiarkan insiden tersebut terus berlanjut. Pengawasan perlu diperketat, disertai tindakan hukum kepada para penjual senjata yang nakal dan pemilik senjata yang menyalahgunakan senjatanya.

M. Yamin Panca Setia

Editor : M. Yamin Panca Setia | Sumber : NBC News/Reuters/CNN/BBC/The Telegraph
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1156
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 917
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1153
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1410
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1555
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya