Pendukung Brutal Trump Rangsek Capitol Hill

Presiden Bangor Hasut Pendukungnya Melawan Suara Rakyat

| dilihat 685

Amerika Serikat sampai di titik balik demokrasi beradab, ketika akalbudi dijungkirbalikkan oleh Presiden Donald Trump, yang disebut sebagai presiden bangor oleh Tom Nichols, guru besar keamanan nasional di Naval War College, yang juga penasihat senior The Lincoln Project, Rabu (6/01/21).

"Trump berbahaya bagi negaranya sendiri. Dia seharusnya tidak menjadi presiden, bahkan selama satu menit lagi," ungkapnya dalam opini di USA Today. "Dia telah menghasut pendukungnya melawan suara rakyat, menentang demokrasi atas nama demokrasi."

Nichols mengemukakan, "Saatnya Partai Republik membantu Demokrat mendakwa Trump. Dia harus dihukum karena melepaskan massa pendukungnya menyerang anggota parlemen dalam upayanya membalikkan hasil pemilihan umum yang telah mengalahkannya."

Presiden Trump dituding telah menghasut pendukungnya untuk menyerang dan menduduki gedung parlemen, ketika Kongres Amerika Serikat sedang menyelesaikan sidang dan perdebatan untuk mengesahkan hasil Pemilihan Presiden, November 2020 lalu, yang memenangkan Joe Biden dan Kemala Harris sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih Amerika Serikat 2021-2025.

Trump memfasilitasi dan menggerakkan pendukungnya untuk menolak pengesahan hasil Pemilihan Presiden, itu. Unjuk rasa yang dikendalikan "kaukus penghasutan" - Partai Republik yang berusaha keras membatalkan pemilihan demokratis, itu.

Klaim palsu Trump yang menyatakan diri sebagai pemenang dalam Pemilihan Presiden, itu mendorong para pendukungnya yang liar dan anarkis menduduki gedung Capitol secara anarkis dan mengacaukan sidang yang sedang berlangsung, disusul kekacauan di Washington DC.

Sebelumnya, ribuan pendukung Trump berkumpul di luar National Mall gedung Putih. Berbagai orasi berisi protes dan hasutan untuk menguasai gedung Capitol, dilakukan selama beberapa jam, disertai pemutaran berbagai lagu. Mereka mengecam Partai Demokrat, yang ditudingnya memanipulasi jutaan suara yang semestinya diperoleh Trump.

Wakil Presiden Mike Pence yang memimpin sidang Senat diselamatkan ke suatu tempat, kala 'pemberontak' yang terhasut Trump, itu menyerbu gedung yang merupakan simbol demokrasi beradab itu.

Kepala Kepolisian Washington Robert J. Contee III mengatakan para perusuh menuju ke Capitol Hill setelah mendengar pernyataan Trump. Contee menyatakan, “Jelas, kerumunan itu bermaksud untuk membahayakan petugas kami dengan menyebarkan bahan kimia yang mengganggu polisi untuk memaksa masuk ke gedung Capitol. ”

Namun, informasi lain mengabarkan, Trump sempat menyeru para pendukungnya yang liar, itu meninggalkan gedung Capitol. Dalam seruannya, Trump menyatakan, telah menyerahkan perjuangan untuk melakukan perlawanan melalui para anggota parlemen dari Partai Republik. Unjuk rasa itu dilakukan untuk memberikan dukungan keberanian dan kebanggaan bagi para anggota parlemen Partai Republik, "untuk merebut kembali negara kita."

Trump men-tweet di akun twitter-nya, meminta pengunjuk rasa untuk "tetap damai" dan merekam video yang mendesak mereka untuk pulang dan mengadvokasi hukum dan ketertiban sambil tetap mengacu pada klaimnya tentang "pemilihan yang curang" dari "mencuri (suara) dari kami."

N'dea Yancey-Bragg, John Bacon, Ryan W. Miller dan Jorge L. Ortiz dari USA Today melaporkan, seorang perempuan ditembak di dalam gedung Capitol , itu dan dilarikan  ke rmah sakit. Perempuan itu, kemudian dinyatakan tewas.

Petinggi di Markas Pertahanan Nasional Pentagon mengemukakan, telah menggerakkan Pengawal Nasional (National Guard) di Washington, D.C., untuk mendukung penegakan hukum di lokasi. Rabu, menjelang sore, 13 orang - semuanya dari luar Washingtoin DC - ditangkap.

Jam malam diberlakukan mulai pukul 18.00 waktu setempat, gedung Capitol dijaga polisi dengan perlengkapan anti huru dan menahan sejumlah pengunjuk rasa, setelah mengamankan tempat itu.

Pasukan Pengawal Nasional dan polisi, berhasil menguasai kembali gedung Capitol, setelah  beberapa jam, dan mengusir para perusuh yang dikerahkan Trump dan para pendukung fanatiknya.

Polisi menggunakan gas air mata dan granat perkusi untuk mengeluarkan para perusuh, yang masuk ke dalam gedung dengan memecahkan kaca jendela dan naik ke balkon gedung.

Kekacauan yang ditimbulkan para perusuh yang kehilangan akal sehat, dan sempat membuat para anggota parlemen dievakuasi ke luar gedung, tak mampu menekan para anggota parlemen.

Nancy Pelosi, Ketua House of Representative (DPR) bertahan dengan sikap, bahwa penghitungan suara Electoral College terus dilanjutkan di Capitol, pada Rabu malam.

Presiden terpilih Joe Biden telah meminta Trump untuk tampil di TV nasional dan menuntut diakhirinya "pengepungan," itu. Biden menyatakan, "Ini bukan protes, ini pemberontakan." Hal senada mengemuka di ruang sidang dalam perdebatan anggota Senat. Chuck Schumer, demokrat - Senator dari New York menyatakan, "yang sedang terjadi hari ini, bukan unjuk rasa, melainkan tindakan kriminal."

Trump telah gagal mencoba untuk membalikkan hasil pemilihan umum di enam negara bagian yang menjadi 'medan pertempuran' melalui lusinan tuntutan hukum yang gagal. Trump dan teamnya juga telah gagal meyakinkan rakyat ihwal klaim 'palsu' yang disuarakannya, karena tidak ada bukti telah terjadi manipulasi suarea secara meluas.

Para anggota Senat dari Partai Republik pun gagal memperoleh dukungan atas keberatan mereka, yang diajukan Senator Paul Gosar dari Arizona dan Senator Ted Cruz dari Texas.

CNN mengabarkan, Senat sangat menolak upaya menolak hasil pemilihan presiden di Arizona setelah debat dihentikan selama berjam-jam ketika para perusuh yang dihasut oleh Presiden Donald Trump menyerbu Capitol dan memaksa DPR dan Senat untuk dievakuasi.

Senat memberikan suara 93 berbanding 6 untuk menolak keberatan yang diajukan para wakil Partai Republik, dan sidang Kongres melanjutkan penghitungan suara Electoral College pada Rabu malam untuk mengukuhkan Joe Biden dan Kemala Harris sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih, pemenang pemilu 2020.

Kelly Loeffler, Republikan yang menjadi Senator dari Georgia menutup pendapatnya dengan mengatakan, "Hati nurani kita tidak akan menentang suara electoral college, setelah kekerasan terjadi hari ini di Capitol."

Hanya enam anggota Partai Republik yang mempertahankan keberatan tersebut, setelah beberapa anggota Partai Republik lainnya, berubah pikiran setelah kerusuhan terjadi. Wakil Presiden Mike Pence, yang sebelumnya dievakuasi dari Senat Rabu pagi, kembali memimpin sesi Senat.

"Kepada kalian yang membuat kekacauan di Capitol kita hari ini, kalian tidak menang," katanya saat sesi Senat dilanjutkan. "Saat kita berkumpul kembali di ruangan ini, dunia akan kembali menyaksikan ketahanan dan kekuatan demokrasi kita, bahkan setelah kekerasan dan vandalisme yang belum pernah terjadi sebelumnya di Capitol ini."

Keputusan parlemen, terutama Senat, seolah memenuhi aspirasi yang terwakili dalam pandangan Nichols, tentang kebutuhan konstitusional dan pentingnya politik untuk mengamati ritual demokrasi kita ini.

Nichols menyatakan, "Saya mengharapkan beberapa protes di daerah ibu kota, dan saya tahu bahwa anggota 'Kaukus Penghasutan' - Partai Republik yang ingin membatalkan pemilihan demokratis - akan mengajukan keberatan mereka yang tidak masuk akal dan akan hancur, tetapi saya juga berharap Wakil Presiden Mike Pence hanya akan melakukan tugasnya, membaca suara dan kami akan menyaksikannya."

Nichols menuntut Kongres Amerika Serikat mendakwa, menghukum dan mencopot presiden Amerika Serikat. "Kekerasan dan kekacauan yang melanda gedung Capitol pada hari Rabu adalah akibat langsung dari hasutan Presiden Donald Trump, dan dia harus dicopot dari jabatannya karena melanggar sumpahnya kepada Konstitusi dan membahayakan keselamatan republik Amerika," tegasnya. "Trump tidak layak memimpin militer atau melindungi Amerika Serikat."

Dikemukakannya, "Saya telah bersumpah kepada Konstitusi dan melaporkan pekerjaan setiap hari berjalan melewati potret enam presiden, termasuk potret Presiden Trump. Saya tidak memilih Trump, dan saya mendukung pemakzulan Trump di DPR pada Desember 2019. Tetapi saya menerima hasil dari proses konstitusional dan melakukan tugas saya dengan setia. Saya akan terus melakukannya." | jeanny

Editor : Sem Haesy | Sumber : CBS, MNCBS, CNN, PBS, USA TODAY, NBCNews
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 219
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 432
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 431
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 401
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 428
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 998
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 235
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 711
Momentum Cinta
Selanjutnya