Aspirasi Kalimantan Selatan

Pangeran Noor Layak Sebagai Pahlawan Nasional

| dilihat 3200

JAKARTA, AKARPADINEWS.COM. Masyarakat Kalimantan Selatan bersepakat mengusulkan kepada pemerintah Republik Indonesia untuk menetapkan Allahyarham Ir. Pangeran H. Mohammad Noor sebagai Pahlawan Nasional. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kalimantan Selatan, sudah sejak pertengahan Februari 2014 lalu mengusulkan hal itu melalui surat resmi kepada Dewan Harian Daerah (DHD) Angkatan 45 Kalsel untuk diteruskan kepada Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta.

Usulan itu merupakan aspirasi sebagian warga Banua sesuai berdasarkan fakta dan data yang valid, bahwa  HM Noor (allahyarham) merupakan pejuang dalam merebut kemerdekaan di tanah Borneo. Semasa hidupnya, Pangeran Noor telah menjabat sebagai Gubernur Borneo pertama berkedudukan di Yogyakarta, yang . Ia menugaskan Hassan Basry dan Tjilik Riwut, berjuang di Kalimantan merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau adalah tokoh pejuang yang berhasil mempersatukan pasukan pejuang kemerdekaan di Kalimantan ke dalam basis perjuangan yang diberi nama Divisi IV ALRI Pertahanan Kalimantan di bawah pimpinan Hassan Basry (1945-1949).

Ia juga merupakan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Menurut Prof. Helius Sjamsudin, Pangeran Noor diperkenalkan sebagai anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia) oleh Dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat, pada 10 Juli 145 dalam sidang BPUPKI sebelum membahas mengenai bentuk negara yang akan didirikan. Pada sidang itu, Radjiman membentuk panitia yang akan merancang pembelaan tanah air beranggota 22 orang, termasuk Pangeran Noor.

Selepas masa kemerdekaan, Pangeran Noor yang pernah menjadi anggota volksraad – menggantikan Mohammad Ali, ayahnya -- itu menggagas beberapa proyek monumental, seperti Proyek Sungai Barito (Barito River Project), pembangunan Bendungan Riam Kanan (1967) di Aranio, Banjar, Kalsel yang menyebabkannya dianugerahi Bintang Mahaputra Utama III (1973). Proyek ini mirip dengan Proyek Mekhong, Vietnam. Proyek Sungai barito meliputi pembangunan PLTA Riam Kanan, pembukaan persawahan pasang surut, pembukaan kanal Banjarmasin – Sampit, pengerukan ambang Barito, dan penyempurnaan folder Alabio.

Di bidang militer, beliau pernah mengirim rombongan ekspedisi Rahadi Usman ke Kalbar (1945), ekspedisi Firmansyah, Kapten Mulyono, dan Mustafa Ideham ke Kalsel, serta Tjilik Riwut ke Kalteng (1946), yang kemudian membentuk pasukan M (ohammad) N (oor) 1001 oleh Tjilik Riwut di Kalimantan (1946).

Di pemerintahan, Pangeran Noor tercatat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sementara Republik Indonesia (DPRS RI) pada 1950-1956, Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Kabinet Ali Sastroamidjojo II (24 Maret 1956-14 Maret 1957) dan Kabinet Karya (9 April 1957-10 Juli 1959). Selain itu, beliau juga anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPA RI) pada orde baru (1968-1973). Kemudian, diangkat oleh Gubernur Kepala Daerah Provinsi Kalsel sebagai Penasihat Khusus Bidang Pembangunan (1973). Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode (1971-1977). Usulan agar Pangeran Noor yang bersahaja itu dianugerahkan gelar Pahlawan Nasional, sedang berproses melalui usulan dari pemerintah daerah Kalimantan Selatan.

Menurut Ketua MUI Kalsel, Pangeran Noor, sebagaimana halnya KH Idham Chalid dan KH Hasan Basri, adalah putra terbaik bangsa yang pantas dianugerahi gelar pahlawan nasional.

Ir. Pangeran Muhammad Noor dilahirkan di Martapura, 24 Juni 1901.  Gelar pangeran diperoleh karena beliau merupakan keturunan Raja Banjar dari garis dari Ratu Anom Mangkubumi Kentjana bin Sultan Adam Al Watsiq Billah. Beliau merupakan keturunan terakhir bergelar Pangeran. Setelah itu baru tahun 2010, melalui Musyawarah Adat Banjar, gelar Pangeran diberikan lagi kepada Gusti Khairul Saleh sebagai Raja Muda Banjar.

Pangeran Noor yang bernama kecil Gusti Muhammad Noor, memang sosok cerdas. Beliau lulus HIS tahun 1917, kemudian lulus MULO tahun 1921, lulus HBS tahun 1923. Lalu melanjutkan pendidikan teknik di Technise Hooge School (THS) Bandung (yang kemudian menjadi ITB) dan lulus meraih gelar Insinyur tahun 1927. Beliau merupakan orang Kalimantan pertama yang bergelar Insiyur, setahun setelah Ir. Soekarno.

Pada saat pertempuran Surabaya tanggal 10 November 1945, beliau berada langsung di lokasi pertempuran bersama-sama pejuang lainnya menghadapi Pasukan Sekutu yang dipimpin Mallaby.

Sampai akhir hayatnya di RS. Pelni Jakarta, beliau tak pernah henti memberikan sumbangsih pemikiran bagi pembangunan Indonesia dan Kalimantan Selatan. Bagi beliau pembangunan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat adalah manifestasi perjuangan yang tak boleh berhenti di tengah jalan. “Teruskan . . . Gawi kita balum tuntung,“ begitu selalu ungkapnya. Kerja kita belum selesai.

15 Januari 1979 beliau wafat dalam usia 78 tahun, dan dimakamkan di sisi makam istri tercinta Gusti Aminah yang sudah mendahuluinya di TPU Karet Jakarta. Atas permintaan keluarga, kerangka beliau dan isteri kemudian dipindahkan ke Pemakaman Sultan Adam, Martapura, Kalimantan Selatan pada tanggal 18 Juni 2010. Untuk menghormati jasa beliau,  nama PLTA di Waduk Riam Kanan dan nama jalan di Banjarmasin, diberi nama Ir. Pangeran M. Noor.  Beliau layak sebagai pahlawan nasional. | Bang Sem

 

Editor : Web Administrator | Sumber : Berbagai Sumber
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 219
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 432
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 431
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 401
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 72
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 239
Cara Iran Menempeleng Israel
14 Apr 24, 21:23 WIB | Dilihat : 270
Serangan Balasan Iran Cemaskan Warga Israel
Selanjutnya