Sambut Hari Kebangsaan Malaysia 2019

Mengenang Ucapan Tun Mahathir Ihwal Kemerdekaan Kedua Malaysia

| dilihat 1525

SABTU, 31 Agustus 2019, Malaysia merayakan hari kemerdekaannya, Malaysia Natiional Day ke 62 tahun.

Pada tanggal yang sama di tahun 1957, Tunku Abdul Rahman Putra ibni Almarhum Sultan Abdul Hamid Halim Shah, Perdana Menteri Persekutuan Tanah Melayu, memekikkan kemerdekaan Malaysia di Stadium Merdeka, atas persetujuan dan perkenan para Raja Negeri-Negeri Melayu, meliputi Negeri Johor, Pahang, Negeri Sembilan, Selangor, Kedah, Perlis, Kelantan, Terengganu, Perak, dan dua negara bagian khas: Melaka dan Pulau Pinang.

Ketika itu, Tunku Abdul Rahman menyatakan, Malaya ".. dengan limpah rahmat Allah subhanahu wa ta'ala akan kekal menjadi sebuah negara yang merdeka dan berdaulat serta berdasarkan kebebasan dan keadilan dan sentiasa menjaga dan mengutamakan kesejahteraan dan kesentosaan rakyatnya dan mengekalkan keamanan antara segala bangsa."

Itulah kata kunci kemerdekaan Malaya, yang kemudian bernama Malaysia.

31 Agustus 2018, empat bulan setelah kembali ke kursi Perdana Menteri Malaysia, di Putrajaya, Tun Dr. Mahathir Mohamad menyatakan, Federasi Malaya, dan kemudian Malaysia, telah menjadi saksi banyak peristiwa sejak mencapai kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Inggris dan menjadi negara berdaulat yang bebas untuk memetakan jalannya sendiri dalam bentuknya sendiri.

Sejak tanggal itu, ungkap Tun Mahathir, pemerintah dan rakyat telah berjuang untuk mewujudkan kemerdekaan itu. Tantangannya tidak sedikit.

"Sebagai negara yang baru merdeka, semuanya harus dilakukan mulai dari nol," katanya.

Sebagai negara merdeka, situasi dan kondisi awal perjalanan Malaysia, bukan sesuatu yang mudah - hampir semua bidang, pengalaman dan keahlian adalah milik para administrator dan intelektual kolonial dan sangat sedikit di antara kita memiliki kemampuan untuk sepenuhnya mengambil alih tanggung jawab ini.

Bahkan, kata Tun, sulit untuk mengimplementasikan bagian-bagian tertentu dari sistem administrasi dan hukum yang tertinggal karena ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan penjajah. Penduduk setempat (rakyat Malaysia) menemukan, bahwa tidak pantas untuk sepenuhnya menerima ini.

" Tapi kami lebih baik daripada beberapa negara lain yang harus menghadapi situasi yang jauh lebih buruk karena penjajah meninggalkan mereka dalam kekacauan, tanpa administrator terlatih dan undang-undang yang tepat untuk diterapkan," tegas Tun Mahathir.

Tun mengungkapkan pula, "Negara kita beruntung karena kebijaksanaan kepemimpinan nasional pada waktu itu yang memperoleh kemerdekaan melalui negosiasi dan bukan pemberontakan dan pertumpahan darah. Dengan demikian, para mantan penjajah dapat membantu dalam hal keamanan, administrasi dan rencana negara."

Bantuan mereka, lanjut Tun Mahathir, bukan semata-mata karena perasaan tanggung jawab. Itu karena kebutuhan akan stabilitas dan perdamaian untuk memastikan bahwa investasi mereka di perkebunan dan pertambangan aman.

Federasi Malaya, yang menggantikan Uni Malaya, kaya akan sumber daya alam. Kekayaan ini memberikan kontribusi besar bagi kemajuan kolonialis.

Dalam konteks ini, menurut Tun Mahathir, kemerdekaan yang diperoleh hanya akan bermakna ketika kita dapat menahan neo-kolonialisme atau kolonisasi ekonomi dari kemerdekaan kita yang ternoda. "Dengan upaya gigih kami, kami telah mampu mengembangkan negara kami untuk menebus kekayaan kami. Salah satu upaya ini adalah 'Serangan Fajar' untuk membeli Perkebunan Guthrie kami secara legal. Tapi kami dituduh melakukan penyitaan atau nasionalisasi," ungkapnya.

Namun demikian, menurut Tun Mahathir, kami masih bersedia menerima investasi asing langsung (FDI), termasuk dari negara tuan kolonial kami. "Tetapi mereka tidak diizinkan ikut campur dalam politik dan administrasi negara. Kami menjaga independensi kami," tegasnya.

Kemudian, Federasi Malaya berkembang ke Malaysia. Tidak ada yang bisa membantah atau menyamai kesediaan orang Melayu untuk berkompromi.

" Meskipun Malaysia memiliki ras dan kelompok etnis yang adil, Malaysia tetap damai dan stabil dan berkembang pesat untuk dikenal sebagai Harimau Asia. Memang, Malaysia tetap mampu menjadi negara maju pada tahun 2020," ungkapnya.

Sayangnya, ungkap Tun Mahathir, perubahan dalam administrasi (pemerintahan) telah membawa perubahan kebijakan dan pendekatan. Sistem demokrasi dan administrasi yang sah dibuang dan diganti dengan cara lain. "Akibatnya, Visi 2020 menjadi mimpi kosong," ujarnya.

Tun juga mengemukakan, "Kerusakan dan tekanan yang dialami rakyat, sedemikian rupa sehingga mereka merasa telah mencapai kemerdekaan sekali lagi ketika Pemilihan Umum ke-14 membawa perubahan pemerintahan."

"Ya, rakyat mencapai kesuksesan karena pendirian mereka yang teguh. Namun manfaatnya tidak datang terburu-buru hanya karena kemenangan telah diraih. Tindakan terhadap para penjahat juga tidak bisa dipenuhi dengan segera," ungkap Tun Mahathir kemudian.

Dalam konteks itu, Tun mengemukakan, pemerintahan yang dipimpinnya sekarang tidak dapat mempraktikan metode yang telah kita benci, seperti cara-cara pemerintahan sebelumnya.

Ungkapan ini seolah ingin menjawab kekecewaan banyak kalangan, karena Pakatan Harapan yang memegang kekuasaan memerintah, tidak sepenuhnya melaksanakan Manifesto Pakatan Harapan, sebagai janji kampanye.

Sampai kini, bahkan, apa yang disangkakan dan dituduhkan Pakatan Harapan kepada Perdana Menteri Muhammad Najib Tun razak dan Barisan Nasional, belum lagi terbukti dan dinyatakan bersalah secara tetap di mahkamah.

Tapi, Tun mengatakan, "Diperlukan waktu untuk mewujudkan suatu administrasi berdasarkan aturan hukum. Tapi, percayalah, para penjahat pada akhirnya akan dihukum sesuai dengan pelanggaran yang telah mereka lakukan."

Tun Mahathir juga mengemukakan, rakyat dan pemerintah harus bekerja sama untuk menghidupkan kembali negara. "Tugas kita adalah berat. Tetapi tidak ada kekuatan yang bisa datang antara rakyat dan pemerintah yang bekerja bersama."

"Kita telah melihat bagaimana negara-negara yang dikalahkan dan dihancurkan dalam perang bangkit kembali dalam waktu singkat dan berkembang karena semangat dan upaya rakyat dan pemerintah," ungkapnya. "Kami juga mampu melakukannya. Kami juga dapat menghidupkan kembali negara kami, Malaysia."

Pada masa empat bulan menjalankan pemerintahan pada peringatan Kemerdekaan Malaysia ke 61 tahun, itu menurut Tun Mahathir, "Pemerintah dapat mengelola dengan baik, melakukan penghematan, disiplin dan mengendalikan keserakahan. Ini sedang dilakukan."

Tun menyebut ihwal keberhasilan dalam mengurangi hutang (yang sudah) terlihat, meskipun masih sedikit. Mesin administrasi pemerintahan yang rusak telah dipulihkan. "Insya-Allah (Insya Allah), tindakan yang diambil dan diambil akan merawat bangsa ini kembali sehat," janjinya.

"Tetapi," katanya, harus harus memainkan peran mereka juga. Jika pemerintah tidak dapat menyediakan uang seperti di masa lalu, yang disebabkan oleh pemborosan sebelumnya, itu akan membahayakan proses pemulihan. Lagi pula, ungkapnya, pemerintah ini tidak mencuri dana publik untuk memberikan sebagian dari jarahan kepada rakyat.

"Itu bukan cara terbaik," tegasnya. "Pemerintah ini akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan peluang bisnis. Dengan cara ini, pendapatan yang diperoleh memberi lebih banyak kepuasan. Ini kembali dari keringat sendiri dan, tentu saja, halal," janji Tun.

Dalam konteks ini, lagi, Tun Mahathir berjanji, pemerintah akan memberikan pendidikan dan pelatihan serta beasiswa. Keahlian pekerja akan ditingkatkan sehingga pendapatan mereka dapat tumbuh.

"Kami akan menaikkan upah sesuai kemampuan. Tetapi harus diingat bahwa kenaikan upah tidak akan ada artinya jika biaya hidup naik juga," ujarnya.

Untuk memastikan bahwa kenaikan upah meningkatkan daya beli, menurutnya, produktivitas harus ditingkatkan melalui manajemen yang lebih efisien, peningkatan efisiensi pekerja, penggunaan mesin, robot dan otomatisasi, dan investasi tambahan oleh pengusaha. Pemerintah akan memberikan insentif dan penghargaan kepada mereka yang meningkatkan produktivitas dengan biaya terendah. Naiknya harga produk industri harus dikendalikan.

Tun Mahathir, seperti biasanya, 'menohok' pemerintahan Najib, sebelumnya. Dia berjanji, "Pemerintah akan selalu membantu orang-orang yang benar-benar miskin atau cacat. Mereka akan diberi bantuan lebih baik daripada BR1M, misalnya."

Menurut Perdana Menteri dari Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) yang terkecil dalam koalisi Pakatan Harapan, ini, "Memberikan RM500 atau RM1.200 setiap tahun tidak cukup untuk memungkinkan seseorang menjalani kehidupan yang nyaman." Maknanya BR1M -- program Najib, Bantuan Rakyat 1Malaysia -- akan dikurangi secara bertahap, tetapi orang miskin dan pengangguran dan mereka yang tidak dapat bekerja akan diberi bantuan yang lebih bermakna.

Ketika itu, Tun Mahathir pun menyatakan, "Kami merayakan Hari Nasional kali ini dengan rasa lega dan kenyamanan. Memang, ini adalah kemerdekaan kedua kami. Kami bebas dari belenggu rezim yang kejam. Hidup kita lebih nyaman. Pemerintah PH (Pakatan Harapan) ini menjamin keadilan bagi semua orang, terlepas dari ras atau agama."

Tun Mahathir pun menyeru, tema Hari Nasional 2018, "Sayangi Malaysiaku." Diharapkan bahwa perasaan ini akan tetap bersama seluruh rakyat Malaysia. "Saya yakin bahwa selama perasaan ini tetap bersama kita semua, Malaysia akan tetap kuat dan progresif apa pun perbedaan, kontradiksi dan kecurigaan yang mungkin timbul," pungkas Tun Mahathir.

Tahun 2019, peringatan 62 Tahun Kemerdekaan Malaysia bertema, "Sayangi Malaysiaku : Malaysia Bersih."

Saling silang kata mengemuka, tak hanya antara kalangan pemerintah dengan keluarga Kesultanan dan kalangan muda Johor yang tak pernah surut menyuarakan Ketuanan Melayu, diikuti Kesultanan Kelantan.

Pemerintahan Malaysia juga menghadapi isu penolakan pengajaran khat - tulisan (Arab) Jawi di sekolah, oleh Dong Zong - organisasi pengelola sekolah-sekolah China. Bahkan saling sindir antar pemuka koalisi, seperti yang memercik dari anggota parlemen Klang - Charles Santiago yang juga pimpinan DAP (Democratic Action Party) yang berada di bawah kendali Lim Kit Siang - musuh lama (yang kini jadi sekutu baru) politik Tun Mahathir di Pakatan Harapan. | karim labai.

Editor : Web Administrator | Sumber : berbagai sumber
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1095
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Polhukam
05 Mar 24, 04:23 WIB | Dilihat : 242
Tak Perlu Risau dengan Penggunaan Hak Angket DPR
05 Mar 24, 08:18 WIB | Dilihat : 421
Anak Anak Abah Menghalau AI Generatif
22 Feb 24, 11:50 WIB | Dilihat : 316
Jalan Terjal Perubahan
18 Feb 24, 05:52 WIB | Dilihat : 271
Melayari Dinamika Kebangsaan dan Demokrasi
Selanjutnya