Ambisi Kembangkan Nuklir

Jong-un Menggali Kubur Sendiri

| dilihat 1796

AKARPADINEWS.COM | KECAMAN dan sanksi internasional tak menciutkan nyali Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un. Orang nomor satu di negara komunis dengan sistem kekuasaan totaliter itu, tetap dengan ambisinya: mengembangkan nuklir. Jong-un tak peduli dengan propaganda yang dilancarkan internasional, yang membuat negaranya makin terisolasi dalam percaturan internasional. Dia juga tak sungkan, melenyapkan orang-orang di sekitarnya yang diketahui berkhianat dan menghalanginya dalam mematenkan peluncur nuklir di luar angkasa.

Bahkan, demi mewujudkan ambisinya, Jong-un tak mengubris keterpurukan ekonomi yang menjerat rakyatnya. Dia tetap fokus mengelola keuangan negara untuk pembangunan senjata nuklir dan rudal. Cukup ironis mengingat perekonomian Korut hanya mengandalkan pasokan pangan serta bahan bakar dari sekutu tuanya, Tiongkok. Perekonomian Korut pun semakin terhimpiat lantaran memilih jalur isolasi. Belum lagi sanksi internasional akibat pengabaian rezim Jong-un yang mengabaikan desakan internasional agar menghentikan uji coba rudal balistik yang memicu ketegangan di Semanjung Korea.

Internasional pun makin ketar-ketir lantaran diduga persenjataan nuklir dan rudal balistik Korut makin mengkhawatirkan. Internasional menyoroti pengembangan program nuklir luar angkasa Korut. Teknologi persenjataan itu dikhawatirkan bisa digunakan Korut untuk mengarahkan ke negara-negara yang dianggap berseteru dengan Jong-un. Di tahun 2012 lalu, PBB telah memperingatkan Korut untuk menghentikan pengembangan program nuklir luar. Namun, tak digubris Jong-un. Korut justru berhasil meluncurkan satelitnya ke orbit yang diklaimnya sebagai sebuah proyek ilmiah murni untuk tujuan damai. Sementara PBB mengutuk tindakan itu sebagai uji coba rudal balistik terselubung.

Namun, sejumlah kalangan menganggap peluncuran satelit pada 2012 itu bagian dari propaganda Korut untuk memamerkan kekuatan militer yang dipunyanya. Dan, Jong-un pun bersumpah untuk mengembangkan dan menanamkan lebih banyak lagi peluncur nuklir di orbit luar angkasa. "Peluncur satelit tidak akan berubah meskipun kekuatan musuh menyangkalnya. Pengembangan kekuatan di luar angkasa tidak ditinggalkan, tidak peduli apa yang akan terjadi," kata Jong-un seperti dikutip KCNA, Kantor Berita Resmi Korea Utara.

Seperti dilansir The Telegraph pada awal pekan ini, Jong Un mendesak para ilmuwan untuk bekerja lebih keras dalam memuliakan nama Korut di luar angkasa. Pusat komando satelit Korut yang baru tersebut dibangun di atas sebidang lahan seluas 13.770 meter persegi. Diklaim, lahan itu akan menjadi landasan pelontar roket yang kokoh. Rangkaian satelit yang akan diluncurkan nanti, jumlahnya akan ditentukan oleh Partai Pekerja yang berkuasa dan sah menurut undang-undang negara itu.

Korut telah lama menjadi daftar hitam PBB. Negara itu masih di bawah sanksi berat Amerika Serikat (AS) dan PBB karena melakukan uji coba nuklir serta rudal balistik yang memicu keresahan dunia. Korut pun terancam akan diseret ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) jika terus melakukan Uji Rudal Balistik di Semenanjung Korea. Namun, akankah Jong-un melunak atas ancaman internasional tersebut? Dia tak peduli. Bahkan, menebar ancaman kepada AS dan sekutunya, Korea Selatan. Dia menyatakan, jika perang meletup di Semenanjung Korea, maka kehancuran akibat nuklir tak dapat terhindarkan."Akan terjadi kehancuran masif akibat senjata nuklir dan AS tak akan selamat," ancamnya, seperti dikutip Daily Mail.

Sejak tahun 2012, rezim Jong-un menjadikan Korut sebagai "bangsa bersenjata nuklir." Anehnya, bagaimana mungkin sebuah negara yang sebenarnya miskin, mampu memiliki anggaran yang besar untuk mengembangkan program tersebut?

Ekonomi Korut memang terpuruk. Namun, negara itu mampu mengembangkan nuklir lantaran transformasi ideologi pemerintahan sebelum Jong Un. Menurut Young Chung Chul, dalam bukunya “North Korean Reform and Opening: Dual Strategy and Silli (Practical) Socialism, ayahnya, Kim Jong Il telah menanamkan sistem politik yang disebut powerful great state. Menurut Jong Il, jika kekuatan politik dan militer Korut telah maju, maka akan berdampak bagi kekuatan ekonomi.

Karenanya, rezim Jong Il cenderung mengoptimalkan pembangunan militer daripada ekonomi. Akibatnya, sektor perekonomian Korup bergerak stagnan, bahkan cenderung mengkhawatirkan. Dan, Jong-un pun melanjut orientasi Jong Il. Bahkan, dia makin menjadi-jadi. Dia memimpikan status negaranya menjadi lebih tinggi dan “menakutkan” di hadapan negara-negara lain.

Korut percaya jika apa yang dikembangkan itu akan kelak membawa kemakmuran bagi rakyatnya. Cara itu juga menjadi strategi jika suatu saat menghadapi ancaman Jepang dan Korea Selatan, termasuk AS yang membangun pangkalan militer di Jepang.

Lantas, bagaimana menaklukan Korut? Sejauh ini, AS bersama Tiongkok sedang mendiskusikan sanksi baru terhadap Korut. AS mengisyaratkan, Beijing akan mendukung referendum PBB untuk menyeret Jong-un ke Mahkamah Kejahatan Internasional dengan tuduhan melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Sanksi itu diharapkan memaksa Pyongyang mengubah kebijakannya.

Dalam lawatan ke Beijing dan Seoul pekan ini, Menteri Luar Negeri AS John Kerry memahami kekhawatiran Tiongkok dan Korsel atas kegiatan nuklir Korut. Dia mengecam keras Pyongyang karena menebar ketakutan. Dia juga menyoroti penerapan kebijakan Korut yang melabrak HAM. Jong-un sering menerapkan cara-cara kejam dalam melenyapkan lawan politiknya.

Ancaman dan propganda yang dilancarkan AS itu, dinilai  para analis politik internasional, justru makin menjadikan Korut terisolasi dan meningkatkan sanksi ekonomi. Muaranya, agar Pyongyang mengambil tindakan untuk menghentikan atau melucuti program nuklirnya, sebagai syarat untuk melanjutkan perundingan internasional guna menormalkan hubungan.

Namun, cara-cara itu cenderung lemah dan diperkirakan akan mengulang kegagalan upaya diplomatis yang pernah dilakukan PBB sebelumnya. Pendekatan diplomatis, diperkirakan akan menemui jalan terjal ketika berhadapan dengan rezim otoriter dan lebih nyaman dengan keterasingannya dari intervensi asing.

Karenanya, apa faktor yang dapat melunakkan Korut agar menghentikan ambisi nuklir di bawah rezim otoriter Jong Un? Nampaknya, semua tergantung pada Jong-un. Karakter kepemimpinan otoriternya tak akan mengubah haluan Korut. Negara itu seperti menggali lubang kuburnya sendiri. Anggaran negara justru terkuras untuk pengembangan nuklir. Korut pun tak mampu bergerak melakukan ekspansi lantaran mendeklarasikan diri sebagai bangsa yang tertutup. Karena, Korut menerapkan sistem ekonomi mikro, yang sangat bergantung pada level mikro atau partial, bukan dari ekonomi makro yang menjadi acuan pertumbuhan ekonomi negara-negara lain.

Dampaknya, warga Korut hanya sanggup menghidupi kebutuhan ekonomi dengan berjualan warung kelontong. Sedangkan pemudanya, banyak dari mereka sudah pasti menjadi militer. Di luar itu, pemuda-pemuda yang tidak beruntung menjadi militer hanya sebatas menjadi buruh dan pengangguran. Wajar, jika Jong-un tidak peduli dengan sanksi internasional.

Awalnya, kehadiran Jong-un sebagai pemimpin yang menggantikan ayahnya, Jong Il, akan membuat negara itu menjadi lebih terbuka. Pasalnya, saat remaja, Jong Un sekolah di Swiss. Dia diharapkan bisa lebih demokratis dan liberal. Namun, latar belakang pendidikannya tak mampu mengubah keyakinannya. Dia lebih yakin dengan sistem otoriter dan militeristik, menciptakan stabilitas keamanan, yang diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran. Agaknya, sulit untuk merealisasikan keyakinan itu. Pasalnya, di era global saat ini, sulit bagi suatu negara melepaskan ketergantungan dengan negara lain. Model kepemimpinan Jong-un akan makin membuat suram masa depan Korut.

Seorang pejabat tertinggi Korut yang hanya mau disebut Park, menilai banyak pejabat Korut tidak tahu ke mana arah kepemimpinan Jong-un. “Dia tidak tahu menjadi seorang pemimpin. Dia tidak tahu politik, ekonomi, budaya, atau urusan diplomasi,” ungkapnya seperti dikutip CNN. Menurut Park, awalnya Jong-un ingin menerapkan ekonomi pasar yang lebih terbuka seperti Tiongkok. Namun, begitu diketahui ada indikasi jika keterbukaan akan membahayakan kekuasaannya, Jong-un mengubah kebijakannya.

Masa depan suram akan semakin membayangi Korut lantaran hubungannya dengan China mulai regang. Saat ini, Korut masih tergantung pada pasokan bahan pangan dan bahan bakar dari Tiongkok. Namun, hubungan dengan satu-satunya sekutu tua Korut itu nampaknya akan berakhir. Romatisme kedua negara itu mengikis ketika Tiongkok mendukung resolusi 2087 dari Dewan Keamanan PBB yang memperketat sanksi akibat uji coba roket. Korut meradang dan kini hubungan mereka makin tidak harmonis lagi karena Jong-un terang-terangan menjauhi Tiongkok.

Park memperkirakan, kepemimpinan Kim akan runtuh dalam tiga tahun dan tidak tahu siapa yang akan menggantikannya. Park bukan pembelot Korut pertama yang memperkirakan kekuasaan Kim akan berakhir. Ia lebih beruntung ketimbang nasib Menteri Pertahanan Hyon Yong Chol, yang divonis mati lantaran berseberangan dengan Jong-un.  

Park juga mengklaim jika para pejabat senior khawatir dengan langkah Jong-un menjauhi Tiongkok yang merupakan sekutu utama dan pendukung negara itu. Menurut Park, ketika Jong-un mengetahui Presiden Tiongkok Xi Jingping berkunjung ke Korea Selatan Juli tahun lalu, dia memerintahkan agar hubungan tingkat pemerintah dengan Tiongkok segera diberhentikan. “Tiongkok memilih Korea Selatan sebagai mitra strategisnya. Korut kini semakin menjadi masalah bagi Tiongkok. Itulah cara Jong-un yang membuat negaranya semakin terisolasi,” ujar Park.

Rezim Jong-un diperkirakan akan runtuh dengan sendirinya akibat ambisinya menjadikan Korut sebagai negara adidaya nuklir. Dia bisa seperti yang dialami Adolf Hitler, Saddam Husein, dan Muammar Gaddafi. Kekuasaan mereka runtuh lantaran menerapkan cara otoriter dan diktator, tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.

Adhimas Faisal

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Ekonomi & Bisnis
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 253
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 425
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 271
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1194
Rumput Tetangga
Selanjutnya