Pemilihan Presiden AS 2024

Joe Biden Mundur Kamala Harris Maju

| dilihat 308

Meski belum setua Tun Dr. Mahathir Mohammad (95) saat dilantik sebagai Perdana Menteri (kedua kalinya) VII Malaysia (2018-2020), Presiden Joe Biden (81) mengambil keputusan untuk mengurungkan niatnya maju kembali dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2024-2028.

Lelaki kelahiran Scranton, Pensylvania, AS - 20 November 1942 itu mengakhiri reli kampanyenya. Ahad (21/7/24) lalu, lewat akun X (twitter)-nya, dia mengumumkan kepada publik tak akan melanjutkan kontestasi dalam pemilihan presiden (Pilpres) saat dalam isolasi diri akibat  gangguan Covid.

Seperti dikutip berbagai media, Biden menyatakan, kendati dirinya berniat maju bertarung 'menghadapi' Donald Trump dalam pilpres 2024, sebagai kepentingan terbaik partainya (Partai Demokrat) dan negaranya, ia memilih  fokus memungkas tugasnya sebagai presiden selama sisa masa jabatannya.

Ia juga yakin, bisa menaklukan Donald Trump, mantan Presiden dari Partai Republik yang dikalahkannya pada pilpres 2020. Biden yakin. akan mendapatkan masa jabatan kedua sebagai presiden AS.

Ia tak menafikan, ada tekanan selama berminggu-minggu dan terus menerus dari banuak tokoh Demokrat yang kuatir dengan tanda-tanda penuaan yang merambah dirinya. Sekaligus kuatir, ia tak akan sanggup menghadapi Donal Trump yang tiga tahun lebih muda darinya.

Rabu, 24 Juli 2024, di ruang Oval Gedung Putih, Joe Biden menyampaikan pernyataan dalam pidato tentang pengunduran dirinya dari pemilihan presiden AS tahun 2024.

“Ambisi pribadi tidak bisa menghalangi penyelamatan demokrasi," ungkapnya. Ia menyatakan, pertahanan demokrasi menjadi alasan utama dia menghentikan langkahnya. Pertahanan demokrasi, kata Biden dalam pidatonya selama 11 menit, "lebih penting daripada gelar apa pun."

Jadi, ungkap Biden, "saya memutuskan bahwa cara terbaik untuk maju adalah dengan meneruskan kepemimpinan ini kepada generasi baru. Itu adalah cara terbaik untuk mempersatukan bangsa kita." Joe Biden mundur dan mendorong Kamala Harris, wakilnya maju menggantikannya.

Diktator Tidak Memerintah

Pernyataan yang terkesan bijak, itu meningkah pernyataannya, bahwa dia yakin, rekam jejaknya sebagai presiden, kepemimpinannya di dunia, visinya untuk masa depan Amerika, semuanya layak baginya untuk dicalonkan untuk kedua kalinya. Tapi, semua itu ambisi pribadi.

Biden menyatakan, ada masa dan tempat untuk pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupan publik. "Ada juga waktu dan tempat untuk suara-suara baru, suara-suara segar dan, ya, suara-suara yang lebih muda. Dan waktu dan tempatnya adalah sekarang," ungkapnya.

Dikatakannya, “Saya diberkati sejuta kali lipat atas cinta dan dukungan rakyat Amerika. Saya harap Anda tahu betapa bersyukurnya saya kepada Anda semua."

Lantas Biden menyatakan, "Hal hebat tentang Amerika ada di sini, raja dan diktator tidak memerintah. Rakyatlah yang berkuasa. Sejarah ada di tangan Anda. Kekuasaan ada di tangan Anda. Ide tentang Amerika, ada di tangan Anda."

Biden mempromosikan Kamala Harris, Wakil Presiden yang bersamanya berkontestasi dalam pilpres AS 2020 dan memenangkan kontestasi - kompetisi tersebut.  

Joe biden menunjukkan sikap tahu diri dan bijak menghantarkan Kamala Harris yang dia yakini, punya daya memenangkan kontestasi dalam pilpres AS 2024.

Tak menunggu waktu lama, pernyataan tersebut langsung diputar balik oleh Donald Trump yang sedang gencar berkampanye, walaupun pada Sabtu (13/7/24) lalu, diserang seorang pemuda yang menembaknya saat melakukan kampanye di Butler, Pensylvania. (baca: Donald Trump Ditembak Saat Kampanye)

Serangan Donald Trump

Trump memanfaatkan situasi pengunduran diri Biden -- yang mengajukan Kamala Harris sebagai penggantinya untuk maju berkontestasi dan berkompetisi dalam pilpres 2024. Dengan gayanya yang dirancang oleh tim kampanyenya, Trump gencar menyerang Biden dan Harris.

Biden memiliki "sedikit kerendahan hati, dia akan mengerti bahwa dia memang tidak layak untuk menjabat. Sekarang, Kamala Harris siap untuk melanjutkan jalur kehancurannya."

Trump menyebut Biden sebagai "orang gila sayap kiri radikal yang akan menghancurkan negara kita, jika ia mendapat kesempatan untuk menjabat," dalam pidato kampanyenya di North Carolina.

Trump juga 'menerjang' Harris, yang disebutnya, selama tiga setengah tahun, berbohong telah menjadi kekuatan pendorong ultra-liberal di balik setiap bencana Biden.

Bagi Biden, Harris -- yang didukungnya setengah jam setelah mengumumkan pengunduran dirinya -- adalah calon yang tepat menggantikannya. Apalagi, Harris lantas mendapat dukungan dari sebagian besar tokoh penting Partai Demokrat. Tanpa kecuali, mereka yang selama ini menjadi kompetitor potensial di lingkungan internal Demokrat.

Harris yang sedang berada di Houston, Texas juga mengemukakan, dirinya telah mendapatkan suara dari jumlah delegasi yang diperlukan untuk mengunci nominasi. Beryl, seorang pejabat di Gedung Putih mengemukakan kepada mdia, Harris sudah mendapat pengarahan dari Biden.

Rabu (24/7/24), Harris berpidato di hadapan ribuan perempuan kulit hitam di sebuah acara di Indianapolis. Harris mengemukakan, “Bangsa kita, seperti biasanya, mengandalkan Anda untuk memberi energi, mengorganisir, dan memobilisasi.”

Serangan Balik Kamala Harris

Perempuan multi ras beribu asal India bernama Kamala Devi Harris kelahiran Oakland - California 20 Oktober 1964, itu kini sudah mendapat dukungan penuh dari mayoritas delegasi Partai Demokrat. Karenanya, menurut Ketua Komite Nasional Demokrat Jaime Harrison, saat wawancara di program NBC "Today," mengatakan partainya harus bergerak cepat untuk mendapatkan tiket di seluruh 50 negara bagian untuk pemilihan calon wakil presiden bagi Harris, yang harus dilakukan pada 7 Agustus.

Sejumlah nama disebut sebagai kandidat bakal cawapres Harris, antara lain, Gubernur Kentucky Andy Beshear, Menteri Transportasi AS Pete Buttigieg, Gubernur Carolina Utara Roy Cooper, Senator Arizona Mark Kelly, Gubernur Illinois JB Pritzker, Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro dan Gubernur Michigan Gretchen Whitmer.

Ketika bicara di Milwaukee selama 17 menit, Harris mampu dan berhasil membangkitkan gairah kampanye  yang sempat lesu ketika Biden turun gelanggang. Suara-suara gempita menyebut "Ka-Ma-La" menggema. Suasana bergairah terasa.

Harris membalas serangan Trump dengan agrtesif. Di awal kampanyenya itu, Harris menyatakan, Trump tengah menghadapi 'kebencian' dan 'ketakutan.' Dia membandingkan dirinya yang mantan jaksa dengan Trump yang disebutnya mantan penjahat.

Dalam pidatonya yang berdurasi 17 menit, Harris secara agresif mengkritisi kelemahan Trump, membandingkan latar belakangnya sebagai mantan jaksa dengan catatan Trump sebagai penjahat.

Harris mencentang daftar prioritas liberal, dengan mengatakan bahwa jika terpilih ia akan bertindak untuk memudahkan pekerja bergabung dengan serikat pekerja dan mengatasi kekerasan bersenjata. Harris menyebut, Donald Trump ingin membawa negara kita mundur,” katanya kepada ribuan orang di West Allis Central High School di pinggiran Milwaukee di Wisconsin, sebuah negara bagian yang menjadi medan pertempuran dengan peran penting dalam menentukan hasil pemilu.

Selasa (23/7/24) di West Allis Central High School di pinggiran Milwaukee - Wisconsin, Milwaukee, saat berpidato dalam kampanye pertamanya, Kamala Harris menyerang balik Donald Trump. Dalam pidatonya yang berdurasi 17 menit, agresif Harris menguliti kelemahan Trump. Ia membandingkan latar belakangnya sebagai mantan jaksa dengan catatan Trump sebagai penjahat.

Ka Ma La.. Ka Ma La

Harris menyatakan, jika terpilih ia akan bertindak untuk memperluas akses aborsi, memudahkan pekerja untuk bergabung dengan serikat pekerja dan mengatasi kekerasan bersenjata, yang sangat kontras dengan rencana Trump.

Harris bertanya kerpada massa pendukungnya, “Apakah kita ingin hidup di negara yang penuh kebebasan, kasih sayang, dan supremasi hukum, atau negara yang penuh kekacauan, ketakutan, dan kebencian?”

Suasana kampanye pun yang riuh dan gembira. Massa mengelu-elukan Harris sambil serempak menyebut namanya: "Ka Ma La, Ka Ma La, Ka Ma La...' berulang kali. Lantas menekankan komitmennya terhadap hak-hak reproduksi, salah satu masalah yang telah menjangkiti Partai Republik.

Harris mengimbangi gaya kampanye Trump yang menyerang lawannya dengan membuncahkan nada rasisme dan seksisme, Harris menggunakan retorika yang lebih rasional dan realistis.

Performa Harris dalam kampanye pertamanya, memikat khalayak AS. Hal ini yang menyebabkan dia unggul tipis dalam jajak pendapat yang dilakukan Reuter selama dua hari, Senin dan Selasa. Harris memperoleh dukungan 44 persen berbanding perolehan Trump, sebesar 42 persen.

Jajak pendapat dilakukan di antara pemilih terdaftar,  setelah Biden mundur dari ajang pilpres AS 2024. Dalam konteks ini, pernyataan Joe Biden mendukung Kamala Harris mulai menunjukkan pertanda baik. Tapi, Kamala masih harus berjuang keras, sebagaimana Hillary Clinton berjuang menghadapi Trump pada pilpres AS 2015 | Jeanny, Delanova

Editor : delanova | Sumber : berbagai sumber
 
Ekonomi & Bisnis
27 Okt 24, 17:53 WIB | Dilihat : 665
Pencapaian Industri Halal Malaysia
12 Okt 24, 12:51 WIB | Dilihat : 1015
Dialog dengan Karyawan di Penghujung Operasi Perusahaan
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 1934
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 2126
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
Selanjutnya
Sporta