Mengiring Jalan Presiden SBY Menjadi Rakyat

Jalan Turun Sang Pendaki

| dilihat 2153

(Bagian Kedua)

SANG PENDAKI. Begitulah jawaban saya atas pertanyaan salah satu anak saya, untuk menyebut Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). “Beliau seorang pendaki gunung dan penempuh rimba sejati.”

Seorang pendaki gunung, selalu tahu bagaimana cara mendaki dan mencapai puncak, ketika tiba di puncak, tahu berapa lama harus berada di sana, kemudian tahu pula jalan turun untuk akhirnya kembali tempat dari mana dia datang. Seorang pendaki juga tahu persis bagaimana harus menghadapi terpaan angin, bahkan kadangkala badai.

Seorang pendaki sejati adalah juga penempuh rimba. Dia tahu, bagaimana harus menempuh rimba, sekaligus tahu bagaimana menempuh jalan agar tidak tersesat, termasuk mengelola diri dan memelihara optimisme. Dia tak akan melakukan sesuatu yang merusak alam dan lingkunga, tak akan pula mematikan flora dan fauna, kecuali dalam kondisi sangat terdesak.

Seorang pendaki gunung dan penempuh rimba, mampu mengelola daya nalar, naluri, rasa, dan indrianya untuk mencapai tujuan tanpa harus mengorbankan siapapun. Meski sering dituduh pandai mengorbankan orang lain, sesungguhnya, orang yang merasa menjadi korban itulah yang telah mengorbankan dirinya sendiri.

Saya sampai pada pemikiran semacam ini, setiap kali mengulang renung perjalanan kiprah politik praktis Pak SBY, paling tidak semenjak menjadi Ketua Fraksi ABRI di MPR RI. Ia mau menerima kekalahan dalam proses pemilihan Wakil Presiden, karena Megawati Soekarnoputri diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia menggantikan KH Abdurrahman Wahid.

Kala itu, sebagian besar anggota MPR lebih memilih Hamzah HAZ sebagai Wakil Presiden, katimbang dirinya. Setelah mengakui kekalahan, yang dilakukannya adalah berfikir, bekerja, dan berjuang. Antara lain dengan mendirikan Partai Demokrat.

Dengan perencanaan masak dan keteguhan sikap, meski hanya diusung oleh partai – partai kecil (Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang, dan Partai Keadilan Persatuan Indonesia), akhirnya Pak SBY berhasil terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia ke 6 (2004-2014). Itupun setelah desakan kepadanya datang bertubi-tubi.

Sampai 9 September 2003, ketika sejumlah kalangan artis dan seniman ‘mendesak’ dirinya untuk maju sebagai Calon Presiden, Pak SBY masih menolak. Saya ingat, saya tulis puisi bertajuk Sang Ksatria, berisi desakan agar malam itu beliau mau menyatakan siap dicalonkan.

Puisi itu dibacakan Sys NS disaksikan Deddy Mizwar, Anwar Fuady, Ebiet G. Ade, dan teman-teman lain di halaman belakang rumahnya di Puri Cikeas, dengan patung Almarhum Jenderal Sarwo Edhie Wibowo.

“Saya masih menjadi Menteri di dalam Kabinet Gotong Royong. Saya tidak akan melangkahi Ibu Mega sebagai atasan saya. Mohon teman-teman memahami hal ini,” cetusnya. Pernyataan ini adalah ekspresi etik seorang pendaki yang tak akan grasa-grusu untuk memulai pendakian.

Karena itu, ketika beberapa bulan kemudian beliau mendeklarasikan kesiapannya bersama Pak Jusuf Kalla sebagai Calon Presiden Wakil Presiden (di Hotel Hilton), saya dan beberapa teman sangat gembira. Semangat untuk menjadi bagian dari ‘pendakian’-nya segera merebak ke berbagai kalangan rakyat. Ada keyakinan yang kuat, bahwa sebagai seorang pendaki dan penempuh rimba sejati, Pak SBY akan mampu menjadikan demokrasi sebagai cara untuk mencapai harmoni kebangsaan.

Artinya, Pak SBY adalah sosok pemimpin yang mau dan mampu memelihara keragaman sebagai realitas ‘Persatuan Indonesia’ berlatar Bhinneka Tunggal Ika. Pemimpin yang mampu mengelola reformasi dan menggerakkannya menjadi aksi transformasi. Sekaligus mencegah reformasi berubah menjadi deformasi.

Alhamdulillah, setelah 10 tahun memimpin bangsa ini, Pak SBY mampu membuktikan kemampuannya. Termasuk mampu memilih jalan turun dan menyiapkan proses alih kepemimpinan dengan baik. Kendati tetap saja ada kalangan (yang karena yuwaswisu) tak pernah henti mencercanya.

Tapi, apapun cerca dan bahkan fitnah dilontarkan kepadanya, saya bangga menyaksikannya telah berhasil mengangkat harkat bangsa ini di mata dunia.. Dan saya mendengar, di banyak tempat di wilayah tanah air ini rakyat berseru: Terima kasih Pak SBY.. Terima kasih, kami akan merindukanmu..|

Editor : Web Administrator | Sumber : [ Catatan Pribadi ]
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 954
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1176
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1443
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1589
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 531
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1625
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1402
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya