Ormas Islam Jabar Tuntut Ahok Ditahan

Deddy Mizwar : Penista Agama Tak Boleh Lolos dari Hukum

| dilihat 1591

BANDUNG, AKARPADINEWS.COM |  BASUKI Tjahaja Purnama alias Ahok, Gubernur DKI Jakarta non aktif, yang kini berstatus tersangka kasus penistaan agama, mesti ditahan. Terutama karena pernyataan Ahok masih terus menyakiti umat Islam. Status tersangka belum menjerakan Ahok.

Seruan agar polisi menahan Ahok, mengemuka dalam unjuk rasa yang digelar berbagai organisasi kemasyarakatan Islam Jawa Barat di Jalan Diponegoro 21 – depan Gedung Sate – Bandung, Jawa Barat, Jum’at (18/11/16).

Wakil Gubernur Jawa Barat, H. Deddy Mizwar menjumpai para pengunjuk rasa yang dipimpin KH Athian Ali Muhammad Dai – Ketua Forum Ulama Islam – Jawa Barat. Bahkan Deddy sempat berorasi di atas mobil bak terbuka yang diubah menjadi ‘panggung’ orasi.

Deddy yang selama ini dikenal sebagai produser, sutradara dan aktor sinetron dan film dakwah Islam, seperti Para Pencari Tuhan, Lorong Waktu, Kiamat Sudah Dekat, Alangkah Lucunya Negeri Ini, dan lainnya, itu menunjukkan empatinya, dan dapat memahami ungkapan perasaan para pengunjuk rasa.

Dalam orasinya, Deddy memberi apresiasi dan menghormati keputusan Kepolisian RI yang telah menyatakan status tersangka kepada Ahok (Rabu, 16/11/2016).  Namun, karena ulah Ahok sendiri yang tak berhenti melontarkan tudingan terhadap umat Islam, penetapan status itu belum cukup, karena belum menjerakan (memberikan efek jera).

Pernyataan tersebut dinilai Deddy Mizwar justru menimbulkan masalah baru. “Untuk keselamatan dirinya, Ahok harus ditahan. Karena Ahok tidak bisa menahan mulutnya,”ungkap Deddy.

Nampak dia geram dengan ocehan Ahok yang diberitakan media asing.

Seperti diketahui secara luas, tak lama berselang dari penetapan atas dirinya sebagai tersangka kasus penistaan agama oleh Kepolisian RI, Ahok masih mengumbar pernyataan kepada media asing, yang justru memancing masalah baru.

Dalam wawancara eksklusif dengan wartawan ABC – Australia, Samantha Hawley, di hari yang sama, Ahok menuduh, para pengeritiknya adalah koruptor, dan pengunjuk rasa pada aksi Jum’at, 4 November 2016, itu merupakan massa muslim garis keras, dan para pemrotes menerima Rp500 ribu untuk melakukan aksinya.

“In an exclusive interview with the ABC's 7.30, Ahok accused his critics of corruption and said the mass protest of hardline Muslims on November 4 was politically motivated, with protestors receiving 500,000 Rupiah to attend,”tulis ABC.

Dalam pemberitaannya, ABC menulis berdasarkan wawancara Samantha itu, dan mengutip pernyataan Ahok, bahwa dia percaya (aksi massa 411), itu adalah (kalangan) status quo, koruptor yang menyerang kembali dirinya, karena dia terlalu banyak memotong korupsi di kota (Jakarta) ini.

"I believe this is the status quo, the corrupters strike back at me because I cut too much corruption in this city," tulis ABC mengutip pernyataan Ahok menjawab pertanyaan wartawatinya.

Di bagian lain beritanya, ABC mengutip ucapan ulang Ahok, "It is not easy, you send more than 100,000 people, most of them, if you look at the news, they said they got the money, 500,000 Rupiah."

Sebelumnya (Jum’at, 11/11/16), Kompas.com menurunkan berita bertajuk, “Ahok: Kenapa Mesti Pakai Cara Barbar?”.  Berita itu menurunkan pernyataan Ahok menyikapi penolakan masyarakat kepada dirinya. Di dalam berita itu, Ahok mengemukakan, kini semakin banyak isu tidak benar yang berkembang di masyarakat.

Cara-cara seperti ini disebut Ahok sebagai cara barbar untuk membatalkan pencalonannya sebagai gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Kompas.com mengutip pernyataan Ahok: "Kenapa mesti pakai cara barbar, pakai cara turun? Apalagi sekarang ada hoax di mana-mana. Katanya tanggal 18 (November) bakal turun 5-25 juta orang. Kalau mau turun kayak begitu, ini negara bakalan pecah," kata Ahok, di Kompleks Pantai Mutiara, Jakarta Utara, Kamis (10/11/2016).

Atas pernyataan Ahok dalam wawancara dengan wartawati ABC ini, sejumlah alumni Institut Pertanian Bogor (IPB), melaporkan lagi Ahok kepada Kepolisian RI dan menuntut Gubernur DKI Jakarta non aktif itu ditahan.

Aksi Damai 411 Panggilan Iman

DEDDY Mizwar mengatakan, umat Islam yang datang ke Jakarta bergabung dalam aksi damai Bela Islam yang berlangsung di Jakarta, Jum’at 4 November 2016 dimotivasi oleh dorongan kesadaran imannya. “Koq difitnah karena dibayar lima ratus ribu,”ungkap Deddy.

Tentang istilah barbar dalam konteks berita yang ditulis Kompas.com, Deddy menegaskan, “Umat islam dihormati karena adabnya koq dibilang barbar?”

Deddy mengungkapkan, NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) masih tegak karena mayoritas Islam di Indonesia. “Indonesia merdeka karena Islam mayoritas di nusantara,”tegas Deddy.

Ia melanjutkan, dirinya merenung, ketika dilantik sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat, disumpah di bawah al Qur’an. Penggunaan al Qur’an ketika menyampaikan sumpah jabatan itu bukan sekadar ketentuan protokoler. Melainkan memiliki nilai yang sangat dalam dan berarti.

“Berapa banyak pejabat publik disumpah dibawah al Qur’an. Jika negara tidak bisa melindungi kemuliaan al Qur’an, maka para pejabat itu bekerja untuk negara yang mana?”

Dikatakannya, bila negara tak bisa melindungi kemuliaan al Qur’an, "Lebih baik saya kehilangan jabatan dari pada kehilangan iman," tegasnya.

Deddy menentang tudingan Ahok atau siapa saja, yang menyatakan Aksi Bela Islam 411 - sesuai fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) --, itu sebagai cara barbar.

Aksi Bela Islam 411 itu sendiri, dinilai berbagai kalangan sebagai aksi damai dan berakhlak, termasuk oleh Presiden Jokowi, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan berbagai kalangan intelektual. Bahkan oleh intelektual dunia, Herbert W. Hefner dari Amerika Serikat.

Kepada wartawan Republika, Nashih Nashrullah, Direktur Institute on Culture, Religion, and World Affairs in the Pardee School of Global Studies Boston University, USA itu mengatakan, bangsa Indonesia telah memberikan contoh yang baik kepada dunia bagaimana Islam bisa bersinergi dengan demokrasi. (Baca: Unjuk Rasa Paling Terorganisasi Baik)

“Indonesia sebagai contoh, tidak ada clash antara Islam dan demokrasi,” kata penulis buku Geger Tengger itu. (Republika.co.id, Ahad : 13/11/16).  

Pada Aksi Bela Islam 411 itu, banyak intelektual dan ulama berada di tengah massa pengunjuk rasa, termasuk Tuan Guru H M Zainul Majdi – Gubernur Nusa Tenggara Barat. Ia hadir sebagai pribadi muslim yang terpanggil untuk membela Islam dan al Qur’an (Antaranews.com, Jum’at 4/11/16).

Sangat Berbahaya

KETIKA berorasi di hadapan pengunjuk rasa di halaman Gedung Sate, itu mulanya Deddy bicara semangat dengan suara khasnya. Ia kemudian terbawa oleh suasana hatinya, sampai terlihat dia menitikkan air mata. Suaranya kemudian tersendat. Terlihat dia mengusap air matanya.

Dalam orasinya, Deddy menilai, sangat berbahaya, jika ada seorang yang menghina pedoman hidup banyak orang, dibiarkan dan lolos dari hukum. Karena hal itu akan memicu penista-penista agama lainnya melakukan hal yang sama.

Dia menyatakan, ajaran Islam merupakan pegangan utama hidupnya. Sebagai umat Islam, dia selalu akan terus membela umat Islam yang tengah berjuang membela agamanya.

Deddy mengulang kembali pernyataan yang pernah dia sampaikan, ketika menentang kegiatan Reklamasi di Pantai Utara Jakarta yang menyebabkan kerusakan lingkungan di Jawa Barat (Baca: Nagabonar Melawan Sembilan Naga).

Deddy menilai, Aksi Bela Islam 411 telah menunjukkan umat Islam beradab. Datang dengan tulus, menunjukkan kebersamaan dan panggilan iman. Deddy meyakini, umat islam yang datang dari Jawa Barat, seperti ketika melakukan aksi di depan Gedung Sate, tertib dan menunjukkan sikap toleran.

“Saya yakin pada kalian,” seru Deddy, seraya mengingatkan, agar semua umat Islam Jawa Barat mengawal proses hukum yang sudah dilakukan oleh Kepolisian, lalu nanti ke Kejaksaan dan akhirnya ke Pengadilan.

Menurut Deddy, proses dan tindakan hukum kepada Ahok harus memberikan efek jera kepada semua penista agama, sehingga kita mampu mencegah tidak berulangnya kasus yang sama di kemudian hari.

“Tidak boleh ada penistaan agama apapun, oleh siapapun, dan di manapun di Indonesia, ini,”ungkapnya.

Untuk itu, Deddy meminta kepada pimpinan Polri untuk meninjau ulang keputusan tidak menahan Ahok setelah ditetapkan sebagai tersangka.

“Kitabnya dihinakan, (sekarang) umatnya dihinakan juga. Ya harus (ditahan). (Bila tidak) makin menyakiti umat Islam,” tegas Wagub yang populer dijuluki Nagabonar, itu.

Usai menyimak orasi Deddy Mizwar, tak kurang dari seribu massa pengunjuk rasa itu meninggalkan halaman Gedung Sate, kembali ke tempat mereka masing-masing. Sebelum itu, mereka sempat salat Ashar berjama’ah di situ.

Pernyataan Deddy Mizwar yang tegas di hadapan pengunjuk rasa itu, spontan mendapatkan cercaan dari akun-akun bodong yang selama ini terkesan sudah direkayasa untuk mem-bully siapa saja penentang Ahok di media sosial.

Deddy tidak gentar menghadapi hal itu. | Danny, JM Fadhillah.

Editor : sem haesy | Sumber : sumber lain: ABC, Kompas.com, Republika.co.id
 
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 522
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1612
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1393
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya
Ekonomi & Bisnis
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 238
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 408
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 256
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya