JD Vance, pasangan Donald Trump untuk posisi wakil presiden dari Partai Republik dalam pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS), menyebut Inggris sebagai negara Islam pertama yang memiliki senjata nuklir.
Senator yunior untuk negara bagian Ohio, itu membuat pernyataan kontroversialnya, itu kala berbicara di hadapan peserta konferensi Konservatisme Nasional pekan lalu. Konferensi itu sendiri, berlangsung pada tanggal 8 - 10 Juli 2024.
Turut bicara dalam konferensi tersebut, Suella Baverman - anggota partai konservatif Inggris yang sempat menjabat Menteri Dalam Negeri pada kabinet Perdana Menteri Liz Truss dan Rishi Sunak.
Pada kesempatan tersebut, Vance (yang sebelumnya sempat mengkritisi Trump) mengatakan, dirinya harus menghajar Inggris. Dia mengaku, berbincang dengan seorang temannya dan kami membicarakan tentang, profilerasi nuklir yang berbahaya.
Vance mengatakan, dia sedang berbicara tentang negara Islam pertama yang akan memiliki senjata nuklir. Mulanya dia berpikir Iran dan Pakistan. "Tapi akhirnya kami memutuskan mungkin sebenarnya Inggris, karena Partai Buruh baru saja mengambil alih kekuasaa," kata Vance.
Partai Buruh memenangkan pemilihan umum di Inggris, 4 Juli 2024. Kemenangan tersebut dipandang sebagai gempa politik bagi Inggris. Ucapan Vance itu dianggap sebagai cemooh bagi Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, yang berusaha membangun hubungan dengan Vance dalam beberapa bulan terakhir, sambil membandingkan masa kecil mereka yang miskin.
Trump bersimpati pada Neo Nazi
Lammy ingin membina hubungan lebih kuat dengan Vance dan Trump. Karenanya, Lammy tidak menyangka Vance akan bicara semacam itu. Ketika berpidato singkat di Institut Hudson pada bulan Mei 2025, ketika masih menjadi oposisi atas pemerintah Inggris, Lammy menggambarkan Vance sebagai seorang teman. Sebelumnya, pada Februari 2024, keduanya berbagi panel pada konferensi keamanan Munich.
Kala itu, Vance menyebut Lammy sebagai “teman Inggris saya” dan, dalam konteks tekanan Trump terhadap sekutu Eropa untuk meningkatkan kontribusi mereka kepada NATO, Vance mengatakan: “Inggris adalah salah satu dari beberapa pengecualian ketika mereka telah mengerahkan militer yang sangat mumpuni selama generasi terakhir.”
Selama menjadi anggota parlemen backbench, Lammy sering kali sangat kritis terhadap mantan presiden AS, Trump. Kala itu ia menulis, “Trump bukan hanya seorang sosiopat yang membenci perempuan dan bersimpati pada neo-Nazi. Dia juga merupakan ancaman besar terhadap tatanan internasional yang telah menjadi landasan kemajuan Barat selama ini.”
Lammy menyarankan AS dan Inggris harus mencari cara untuk bekerja sama dalam menghadapi potensi kembalinya Trump ke kursi kepresidenan. Tapi, Trump kembali bertarung dalam pilpres untuk merebut kembali posisi presiden AS. Partai Republik lantas memilih Vance sebagai pasangannya untuk berkontestasi.
Oktober 2016, Vance menulis, “Trump membuat orang-orang yang saya sayangi menjadi takut. Imigran, Muslim, dan lain-lain. Karena itu saya menganggapnya tercela. Tuhan menginginkan yang lebih baik dari kita.”
Kini Vance telah menjadi salah satu tokoh muda Konservatif dari Partai Kanan Baru yang paling menonjol dan menjadi pendukung besar Trump, setelah mendapatkan dukungan Trump untuk pemilihan senat baginya di Ohio. Dia adalah pengkritik keras atas dukungan Washington terhadap Ukraina dalam melawan invasi Rusia dan pengangkatannya kemungkinan besar akan menimbulkan kekhawatiran di Brussel.
Kesetaraan Palsu
Vance memainkan peran penting dalam upaya yang gagal untuk memblokir rancangan undang-undang untuk lebih banyak bantuan Ukraina tahun ini di Senat. Dia mengatakan dalam pidatonya saat itu bahwa dia tidak percaya sejauh mana ancaman yang ditimbulkan presiden Rusia terhadap Eropa.
“Selama tiga tahun, negara-negara Eropa telah memberi tahu kami bahwa Vladimir Putin adalah ancaman nyata bagi Eropa. Dan selama tiga tahun, mereka gagal memberikan tanggapan seolah-olah hal tersebut benar adanya,” kata Vance.
Vance menegaskan, kala itu, “Donald Trump pernah mengatakan kepada negara-negara Eropa bahwa mereka harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk pertahanan mereka sendiri. Dia dikecam oleh anggota majelis ini karena berani menyarankan agar Jerman mengambil tindakan dan membiayai pertahanannya sendiri.”
Dan kita menghindari jebakan yang menimpa sebagian besar media AS : kecenderungan, yang lahir dari keinginan untuk menyenangkan semua pihak, untuk melakukan kesetaraan palsu atas nama netralitas. Kami selalu berusaha bersikap adil. Namun terkadang hal ini berarti mengungkap kebohongan orang-orang dan institusi yang berkuasa – dan memperjelas bagaimana misinformasi dan hasutan dapat merusak demokrasi.
Vance diumumkan resmi sebagai calon Wakil Presiden bagi Trump pada Senin (22/7/24). Pernyataannya tersebut dipandang kalangan partai Buruh Inggris sebagai sesuatu yang gegabah.
Wakil PM Inggris Angela Rayner menganggap aneh pernyataan Vance tersebut. Rayner mengatakan, dia tidak mengakui 'karakterisasi' partainya yang 'dibentuk' Vance.
Menyinggung Partai Buruh yang Kini Berkuasa
Menurut Rayner, kepada ITV, Vance telah mengatakan “banyak hal yang bermanfaat di masa lalu.” Karenanya, Rayner mengemukakan, dia berharap berharap untuk bertemu dengannya dan Trump. "Jika mereka memenangkan pemilu AS pada bulan November," cetusnya..
Rayner dan para petinggi Partai Buruh Inggris tak mengenali karakterisasi yang dilontar Vance. Apalagi, dia sedang sangat bangga dengan partainya yang berhasil memenangkan pemilu Inggris. “Kami memenangkan suara di seluruh komunitas yang berbeda, di seluruh negeri, dan kami tertarik untuk memerintah atas nama Inggris dan juga bekerja sama dengan sekutu internasional kami,” ungkap Rayne seperti dilansir beberapa media.
Menteri Keuangan Inggris, James Murray juga bereaksi. “Sejujurnya, saya tidak tahu apa maksud dari komentar tersebut. Maksud saya, di Inggris, kami sangat bangga dengan keberagaman kami,” kata Murray.
Apalagi, Partai Buruh juga menemukan sekutu yang tidak terduga, yaitu Andrew Bowie, menteri veteran bayangan, yang mengatakan bahwa dia “sama sekali” tidak setuju dengan klaim bahwa Partai Buruh akan menciptakan “negara Islam.”
“Pada dasarnya , saya tidak setuju dengan Partai Buruh dalam banyak isu, tapi sejujurnya saya tidak setuju dengan pandangan (Vance) itu. Sejujurnya, saya pikir pernyataan tersebut cukup menyinggung rekan-rekan saya di Partai Buruh,” katanya kepada Times Radio.
Mulai dari ancaman terhadap integritas pemilu, krisis iklim yang meningkat, hingga konflik luar negeri yang kompleks, jurnalis kami mengontekstualisasikan, menyelidiki, dan menerangi kisah-kisah penting di zaman kita. Sebagai organisasi berita global dengan staf pelaporan yang kuat di AS, kami mampu memberikan perspektif baru dan pihak luar – yang sering kali hilang dalam gelembung media Amerika. | Flo, Delanova