Bertarung di Jawa

| dilihat 1454

Catatan Lepas Sem Haesy

KEHENDAK menguasai Pulau Jawa sebagai basis pemenangan politik Pemilihan Presiden dan Anggota Legislatif (Pilpres dan Pileg) 2019, agaknya sangat dominan. Masuk diakal. Terutama karena populasi konstituen dan Pulau Jawa memang dominan.

Pameo, “siapa memenangkan suara rakyat di Pulau Jawa, akan memenangkan Pilpres dan Pileg 2019,” memang masih merasuk ke lubuk hati para politisi.

Karenanya, pertarungan dalam Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) serentak 2018 yang akan berlangsung pada 27 Juni 2018, dipandang sangat utama. Bagi PDI Perjuangan, pertarungan di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah pertarungan besar. Boleh jadi dengan embel-embel, “at any cost.”

Setelah kalah di Banten dan DKI Jakarta, harapan menang memang tinggal di tiga provinsi itu.

Di Jawa Barat, PDIP akan terhadang oleh pasangan Ridwan Kamil – Uu Ruhzanul Ulum dan Deddy Mizwar – Dedi Mulyadi. Peristiwa kaos #AsyikMenang2018 - #2018GantiPresiden, yang disodorkan pasangan Ajat Sudrajat – Akhmad Syaikhu di penghujung Debat Kandidat Kedua (yang digelar di Balairung Universitas Indonesia – Depok), memberi angin kuat bagi peluang bagi pasangan Hasanuddin – Anton Charliyan yang didukung PDIP. Akankah kandidat yang didukung PDIP memenangkan Pilkada Jawa Barat? Dari kasad mata dan realitas politik yang berkembang saat ini, peluang itu ada, namun teramat kecil.

Di Jawa Barat, partai-partai pendukung Ridwan Kamil – Uu Ruhzanul Ulum dan pendukung Deddy Mizwar – Dedi Mulyadi boleh berharap lebih besar. Setelah jeda ramadan dan lebaran, sepanjang tim kedua pasangan ini tidak lengah dari aksi yang dilakukan pasangan Ajat – Syaikhu dan Hasanuddin – Anton, satu di antara dua pasangan ini, boleh berharap banyak.

Di Jawa Tengah, pasangan Sudirman Said dan Farida yang terus mencecar pasangan Ganjar Pranowo – Gus Yasin dengan isu e-KTP dan Kartu Tani, berpeluang besar memenangkan pertarungan. Tapi, di lapangan, sampai ke tingkat dusun, posisi Ganjar Pranowo – Gus Yasin sulit digoyahkan. Khasnya, karena orang-orang lapangan pasangan Sudirman – Ida relatif lemah, tak semilitan pendukung pasangan Ganjar – Gus Yasin.

Bolehjadi citra Ganjar terus terdegradasi dan tergerus melalui berbagai forum yang digelar, seperti Debat Kandidat dan forum gunemcatur (talkshow) di berbagai tempat. Tapi, mesin partai pendukung Ganjar – Gus Yasin (PDIP) masih menunjukkan milintasi yang kuat, dan pengaruh ketokohan Mbah Mun (Kyai Ma’mun Zubair) juga masih menguat. Juga pengaruh pemilih tradisional yang masih menghendaki Jokowi tampil sebagai Presiden.

Aksi kampanye, “Lihat Gus Yasin-nya dan jangan lihat Ganjar-nya” sungguh menguat, dan tak bisa digoyahkan oleh terjunnya Rhoma Irama dalam kampanye Sudirman Said – Ida dan penguatan konsolidasi kader PKB di lapisan terdepan. Pun, demikian halnya dengan saling penetrasi aksi para mantan kepala desa yang terpolarisasi kuat ke dalam dua kubu. Termasuk aksi perangkat desa. Apalagi, citra PKS dan PAN tak cukup bagus di lapangan.

Pernyataan Fadli Zon soal tenaga honorer (yang mnasih berharap diangkat sebagai aparatur sipil negara) di jelang ramadan, cukup menambah spirit dukungan kepada pasangan Sudirman Said – Ida. Tapi, lagi-lagi aksi cepat PDIP di lapangan, menahan arus perpindahan dukungan dari Ganjar – Gus Yasin.

Di Jawa Timur, pertarungan Saifullah Yusuf – Puti Guntur Soekarnoputri dengan Khofifah Indar Parawansa – Emil Dardak sangat mirip dengan pertarungan yang terjadi antara Rano Karno vs Wahidin di Banten. Saifullah – Puti diuntungkan oleh gerak mesin partai pendukung yang hidup sampai ke tingkat dusun. Tapi, Khofifah dan Emil, beroleh dukungan jejaring kuat kaum perempuan militan dan mimpi idola pendukung Emil yang meliputi seluruh Jawa Timur, baik di Selatan – Timur – Utara – Barat.

Khofifah dan Emil mampu mengimbangi pengaruh Saifullah – Puti di wilayah sosiobudaya Mataraman, Majapahit dan Tapal Kuda. Saifullah banyak beroleh dukungan dari eks aktivis Ansor, HMI, GMNI, nasionalis sekuler, dan pengagum Bung Karno. Akan halnya Khofifah banyak beroleh dukungan dari kalangan Muallimat, eks aktivis PMII, IPPNU, Pemuda Muhammadiyah, IMM, dan belia millenia. Jawa Timur memberikan gambaran menarik tentang jarak politik praktis kaum nahdhiyin yang kian beragam formasinya.

Di Jawa Tengah, Ganjar – Gus Yasin punya kans untuk menang, karena Sudirman – Ida selama ini relatif hanya dikenal di tingkat nasional, dan belum mengakar di lapisan terdepan dengan konstituen riil. Di Jawa Timur Khofifah – Emil lebih punya kans menang. Terutama, karena para figur prominen dan eminen di lingkungan pondok pesantren besar, tak banyak yang menampakkan sikap dan keberpihakan politiknya.

Belakangan berkembang pemikiran, untuk kepentingan Indonesia ke depan akan sangat menarik dan prospektif bila Jabar dipimpin Deddy – Dedi, Jateng dipimpin Sudirman – Ida, dan Jawa Timur dipimpin Ipul - Puti – karena akan lebih menjamin Jawa sebagai taman demokrasi penuh warna. Tapi, realitas di lapangan akan menentukan lain.

Persoalan di Pulau Jawa (khasnya ketimpangan sosial ekonomi) justru akan banyak teratasi (dilihat dari tema besar visi – misi – program – platform perjuangan kandidat) jika Jabar dipimpin Deddy – Dedi, Sudirman – Ida dan Khofifah – Emil Dardak.

Masih ada waktu untuk para kandidat berkompetisi mendapatkan faktor X (garis tangan, takdir Ilahi) untuk berjuang mencapai puncak: hairunnas anfa’uhum lin naas, sebasik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat luas bagi manusia lainnya. Allah tak pernah salah memilihkan pemimpin bagi suatu kaum, karena Allah tak pernah menghancurkan sesuatu kaum, kecuali kaum itu menghancurkan (yughayru) dirinya sendiri.

Bertarung di Jawa untuk menguasai Indonesia, adalah realitas politik yang dapat dilihat secara langsung dengan kasad mata. Soalnya tinggal, siapa paling jujur memperjuangkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, untuk mewujudkan baldah thayyibah wa rabbun ghafur. Negara yang berjaya dan berada dalam ampunan Ilahi. |

Editor : sem haesy
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 714
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 871
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 823
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 502
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1584
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1373
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya