Anies Baswedan Tiada Banding Tiada Tanding

| dilihat 2640

Bang Sém

Menjadi Gubernur cendekia dan berprestasi internasional itu ternyata gak enak. Gak percaya? Tanya deh Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta yang gudbener itu.

Kunjungannya yang amat bermanfaat bagi kemajuan Jakarta, tentu tidak membuat senang hati mereka yang punya tidak punya prestasi seperti dia. Begitulah memang realitas hidup di tengah masyarakat, yang sebagian masih "duduk canggung berdiri lajak."

Maklum sajalah, Anies Baswedan sebagai Gubernur sekaligus pemimpin kota, saat ini, memang tiada banding, tiada tanding.

Karena cendekia dan sangat menonjol prestasinya, keberadaan Anies mengundang minat kalangan pemerintahan di berbagai negara, mengundangnya ke luar negeri. Berbicara, menyampaikan gagasannya, menyerap informasinya, dan bertukar pengalaman dengannya. Termasuk menyerap ilmunya.

Belum lama ini saja, dia diundang dalam pertemuan U-20 sebagai rangkaian konferensi tingkat tinggi G20. Lantas, Anies juga diundang menghadiri pertemuan para Gubernur (kota) dan Walikota se dunia di Medelin, Kolombia, Amerika Selatan. selepas itu, terbang ke NewYork dalam rangka negosiasi untuk menggelar Formula E - mobil listrik di Jakarta.

Di luar negeri, Anies tampil sebagai pembicara di berbagai forum internasional, sembari berkunjung ke berbagai kantor lembaga internasional yang punya dampak baik terhadap Indonesia dan Asean. Umpamanya ke kantor USINDO yang merupakan lembaga internasional persahabatan USA (Amerika Serikat) - Indonesia.

Di forum-forum internasional, itu tentu saja Anies berbicara tentang perkembangan kemajuan Jakarta sebagai bagian dari kemajuan bangsa Indonesia keseluruhan.

Pada pertemuan Gubernur - Walikota se Dunia di Medelin, Anies bukan peserta yang cuma senyam-senyum, ketawa, atau planga-plongo. Dia duduk di meja pimpinan, bersama sejumlah pemimpin KTT World Cities Summit (WCS) kota ternama, dengan tuan rumah Walikota Medelin, Federico Gutiérrez Zuluaga.

WCS alias konperensi tingkat tinggi para pemimpin kota se dunia itu merupakan ajang olah gagasan dan inovasi, sekaligus unjuk kepemimpinan dunia urban. Ini merupakan konperensi tingkat tinggi dua tahunan yang sekaligus mengabarkan kepada dunia perkembangan kemajuan kota sebagai habitat manusia.

Kata Direktur Eksekutif Kota layak Hidup Singapura, Khoo Teng Chye, WCS merupakan forum walikota yang paling sukses dan bergengsi. Dia mengatakan, hari-hari selama KTT berlangsung merupakan tiga hari yang luar biasa.

Medelin menjadi tuan rumah, lantaran pada tahun 2018, memenangkan Penghargaan Lee Kuan Yew.  Kota ini telah menunjukkan kepada dunia wajah aslinya, yang ditandai dengan partisipasi warga dan investasi sosial. Tak kurang dari 300 pemimpin dari 80 kota yang menghadiri pertemuan, itu telah menghidupkan aliansi sekaligus komitmen. Dan, tentu menghadirkan Jakarta sebagai kota maju di dunia.

Selama tiga hari itu juga, seluruh peserta melihat bagaimana dinamika masyarakat kota Medelin yang dipimpin sosok kreatid dan inovatif, Walikota Federico Gutiérrez Zuluaga.

Sejumlah spot budaya dikunjungi, dilihat dan dirasakan sebagai pengalaman oleh seluruh peserta. Khasnya, bagaimana warga kota berekspresi kreatif dan berlomba mewujudkan kebahagiaan. Sekaligus, membangun kepercayaan pada lembaga-lembaga dari berbagai program perkotaan dan transformasi sosial.

Walikota Federico Gutiérrez Zuluaga pun mengadakan pertemuan khas dengan Anies (Jakarta), Juan Mara Aburto (Bilbao - Spanyol), Park Won-sson (Seoul - Korea Selatan, juga Theo Ho Pin dari Singapura, serta peserta KTT lainnya.

Mereka pun membahas tentang perubahan iklim, transportasi, infrastruktur publik, pengelolaan limbah, kelestarian lingkungan, layanan publik, kerja sama dengan warga dan bagaimana membangun kepercayaan warga. Lantas berkomitmen untuk bekerja membangun kotanya sebagai kota-kota yang layak huni dan berkelanjutan untuk mencapai kepercayaan publik. Tak terkecuali, membangun sistem transportasi publik dan swasta dengan nol emisi dan memasukkan bahan bakar bersih.

Dengan trem Ayacucho, dan Metrocable La Sierra, para peserta KTT, juga menyaksikan urbanisme lingkungan yang diterapkan di kota dan apa yang telah memungkinkan penurunan suhu di kota, serta pengurangan emisi ke lingkungan, berkat sistem transportasi yang bersih.

Di sisi lain, World Cities Summit merupakan platform global eksklusif. Pesertanya diundang khusus untuk membahas tantangan perkotaan yang mendesak dan berbagi praktik terbaik. Para Gubernur dan Walikota mempresentasikan studi kasus dan aksi kreatif - iniovatif yang mereka lakukan sebagai pemimpin kota, yang semuanya mengacu pada tajuk besar, "Kota Layak Huni dan Berkelanjutan: Membangun Kota Kepercayaan Tinggi."

Sebelumnya, pada 20-22 Mei di Tokyo, Anies menghadiri edisi kedua KTT Urban 20 (U20), yang merupakan inisiatif untuk menyatukan kota-kota global dari negara-negara anggota G20. Pada KTT 20, itu berlangsung enam sesi diskusi meliputi iklim, lingkar ekonomi, inklusi dan integrasi sosial; pertumbuhan ekonomi berkelanjutan; kesetaraan gender; dan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Pertemuan itu mempertemukan 20 kota yang berpartisipasi dan 8 kota pengamat. Diselenggarakan sebulan sebelum berlangsung KTT G20 di Osaka (28-29 Juni 2019. Komunike peserta disampaikan kepada Perdana Menteri Jepang, selaku Ketua KTT G20 sebagai bagian dari bahasan para pemimpin pemerintahan dan kepala negara pesertanya.

Anies selalu mengabarkan kepergiannya dan aktivitasnya di luar negeri, sebagai bagian dari transparansi data kepergian kepala daerah ke luar negeri, sekaligus untuk mengurangi pertanyaan publik.

Apa manfaatnya? Salah satunya adalah menunjukkan partisipasi Indonesia di mata dunia. Anies ke luar negeri itu untuk menunjukkan, Jakarta juga berprestasi, untuk membuat Indonesia bangga di  (dunia) Internasional. Apalagi, menurut Anies, Pemimpin-pemimpin kita sejak dulu itu pemimpin global.

Lantas, bagaimana dengan agenda kerja rutinnya di Jakarta? Tentu lancar-lancar saja. Selain kunjungannya tak pernah berlama-lama, tak sampai sebulan seperti yang digosipkan itu, sebagai pemimpin yang paham manajemen dan mengelola organisasi pemerintahan, tentu Anies mafhum benar ihwal delegation of authority.

Kepergian Anies disoal dan digunjingkan, lantaran dia memang hebat. Bila tak hebat, dia tak kan digunjingkan dan dicerca. Anies itu besar pamornya, karenanya ada saja pecundang yang berusaha mengecilkannya. Pastinya sih dia tinggi prestasi, karenanya akan selalu ada saja pihak yang tanpa prestasi berusaha merendahkannya.

Anies mampu berkata pada dirinya sendiri, "Who am I?" (Siapé gue?) - ketika banyak orang lebih senang berteriak, "Why you, not me !" - (Kenapé elo).

Sikapnya yang senang melihat rakyat senang dan susah hati melihat rakyat susah, tentu bikin kesal mereka yang hanya pura-pura membela rakyat dan senang menyaksikan rakyat menderita.|

Editor : Web Administrator | Sumber : World Cities Summit, Instagram Anies Baswedan
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 218
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 430
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 429
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 399
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 423
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 995
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 231
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 707
Momentum Cinta
Selanjutnya