Pasang Naik Kala Bulan Purnama Kasmaran

| dilihat 2721

Malam Bulan purnama, Sabtu (22/12/18). Pantai Anyer - Cinangka - Carita dan Ujung Kulon mengalami fenomena alam khas, laut pasang naik dengan ombak besar dan tinggi.

Sejumlah pengunjung yang sedang menikmati liburan akhir tahun, di beberapa hotel kawasan itu dikejutkan oleh air laut dan ombak yang masuk ke dalam hotel. Antara lain Hotel Salsa Beach di Karangbolong dan beberapa hotel lainnya.

Portal berita Kumparan mengabarkan, peristiwa yang terjadi Pukul 21.45 waktu Indonesia Barat, itu tak hanya membuat hotel dimasuki air laut, bahkan sejumlah bangunan hotel roboh. Padahal, jarak permukaan tanah hotel dengan permukaan laut, sekitar 2 meter.

Kumparan sempat memberitakan dugaan 'tsunami tanpa gempa,' kendati anak Krakatau sudah batuk-batuk sejak pagi. Hempasan air laut juga disertai dengan suara gemuruh.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, lekas meluruskan informasi, lewat akun twitter, dan menyatakan fenomena alam di Pantai Anyer dan kawasan lainnya di Banten itu, bukan tsunami.

Dia meminta masyarakat tenang. Tak perlu panik. Tak perlu juga naik ke bukit, seperti dilakukan sejumlah orang. Sutopo mengemukakan, "Ini bukan tsunami. Juga bukan letusan Anak Krakatau. Tapi, gelombang pasang karena Bulan purnama."  

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Balawista yang memantau langsung lokasi. Ketua Balawista Ade Ervin dan Humas Balawista Lulu Jamaluddin menyatakan, telah terjadi gelombang pasang hingga 5 meter di kawasan Pantai Carita - Pandeglang, sebagaimana terjadi di Anyer, Panimbang, dan Ujungkulon.

Penjelasan itu cukup membuat tenang. Sedangkan Titi, warga desa Banjarmasin - Carita - Pandeglang dalam pembicaraan telepon dengan akarpadinews mengemukakan, "Eta mah biasa. Ngkin ge surut deui. Carèkan baelah Bulan purnama, mun keur kasmaran jeung laut tong kitu-kitu amatlah."  (Itu sih biasa. Nanti juga surut lagi. Omelin saja Bulan purnama, bila sedang kasmaran dengan laut jangan begitu-begitu amatlah.).

Di daerah sepanjang pantai Anyer sampai Ujungkulon, sejak lama memang beredar cerita lisan, mitos orang pantai. Konon, ketika Bulan purnama penuh, penguasa pantai sepanjang jalur Anyer ke Ujungkulon sedang kasmaran. Belakangan, mitos ini perlahan tenggelam ditelan zaman.

Lepas dari itu, mengapa pasang naik terjadi ketika Bulan purnama? Sungguhkan Bulan purnama menjadi musabab utama gelombang pasang naik yang sekali sekala menampakkan hempasan ombak yang dahsyat?

Secara teori, fenomena pasang surut disebabkan oleh gaya gravitasi antara bumi dengan Bulan. Gaya ini, cenderung mendekatkan kedua planet, tetapi dikompensasi oleh gaya rotasi sentrifugal. Tetapi jika hasilnya nol di pusat planet-planet, itu tidak lagi berlaku di permukaan mereka.

Sisi bumi yang menghadap Bulan lebih tertarik daripada sisi yang berlawanan. Daya tarik inilah yang menaikkan sedikit level lautan sedikit. Di sisi yang berlawanan dengan Bulan, lautan sedikit lebih jauh dari Bulan daripada pusat Bumi, karenanya gaya sentrifugal akan mengesampingkan gaya gravitasi. Akibatnya, laut juga akan pasang naik.

Bumi berputar dan berbelok dengan sendirinya dalam 24 jam, Bulan bergerak maju dalam orbitnya (13 ° dalam 24 jam). Untuk mengejar ketinggalan dengan Bulan pada titik tertentu, terjadi belokan lebih dari tiga belas derajat, yaitu 50 menit tambahan. Dalam satu hari, setiap titik memiliki dua titik pasang tinggi. Dua pasang tinggi dipisahkan oleh 12 jam dan 25 menit.

Karena orbit Bulan sebenarnya elips dan bukan lingkaran, maka jarak Bumi-Bulan bervariasi antara 356.475 dan 406.720 km. Inilah yang mempengaruhi air pasang, walaupun bukan merupakan (satu-satunya) faktor utama.

Matahari juga berperan sebagai faktor utama, karena 27 juta kali lebih masih dari Bulan, dan mempengaruhi 46 persen aksi gravitasi bumi.

Bulan bukan satu-satunya yang bertanggung jawab atas gaya tarik gravitasi: ada massa lain di daerah itu: Matahari. 27 juta kali lebih masif dari Bulan, namun jauh lebih jauh dan pengaruhnya lebih kecil. Faktanya tetap bahwa itu mewakili 46 persen dari aksi gravitasi Bulan. Demikian pula halnya dengan inersia massa air, bentuk pantai, arus, kedalaman laut, dan tentu, pusaran angin.

A. de St Exupéry berpendapat, pasang surut adalah fenomena alam yang paling menarik dengan fenomena badai. Tenang, teratur, kuat, dan kompleks. Ombaknya laksana nafas Bumi. Datang dari arah yang tak diketahui siapapun. Gelombang laten tampaknya datang dari mana saja dan entah dari mana mengisi teluk, anak sungai, menghangatkan dirinya di hamparan pasir yang luas.

 Banyak ilmuwan telah tertarik pada fenomena pasang surut. Penemuan pengaruh Bulan pada fenomena itu dipertanyakan, beberapa berpikir seperti Pytheas (IVem SM), astronom, matematikawan dan navigator Marseille. Pun, Euthymene yang cenderung ke pencarian lain Marseille. Teori ini diambil oleh banyak ahli geografi dan astronom pada abad-abad berikutnya.

Pliny the Elder (23-79 M) berpandangan, bahwa penjelasan yang lebih tepat dibuat adalah menghubungkan penyebab pasang surut ke Bulan dan Matahari. Lantas, teori yang berbeda muncul: Kepler (1571-1630) tidak percaya pada pengaruh Bulan; Galileo (1564-1642) berpikir, bahwa gelombang disebabkan oleh rotasi Bumi.

Adalah Newton (1642-1727) yang, pada tahun 1687, meletakkan dasar besar teori pasang surut berdasarkan hukum gravitasi universal: ini adalah teori statis.

Teori ini memungkinkan untuk menjelaskan bahwa permukaan air bereaksi secara instan terhadap aksi bintang-bintang dengan mendeformasi sesuai dengan ellipsoid.

Sayangnya, teori statis, dengan asumsi bahwa permukaan laut adalah permukaan ekuipotensial tidak menjelaskan semua fenomena. Bernouilli (1700-1782) mendorong refleksi sedikit lebih jauh tetapi hanya menjelaskan fenomena lokal.

Laplace (1749-1827) memberikan penjelasan paling keras tentang fenomena pasang surut pada 1799 dengan mempertimbangkan masalah dalam aspek dinamisnya. Teori baru ini didasarkan pada dua prinsip: osilasi paksa dan superposisi gerakan kecil.

Setelah Laplace, Whewell mempertimbangkan gelombang dalam bentuk gelombang yang melintasi lautan, Airy mengambil desain ini dan mempelajari perbanyakan gelombang pasang pada arus dan sungai dengan mempertimbangkan gesekan.

Teori Laplace dan penemuan pasang surut Chazallan pada tahun 1831 memungkinkan Kelvin (1824-1907) untuk menguraikan potensi gaya pembangkit pasut menjadi sejumlah istilah periodik. Teori harmonik Kelvin adalah yang paling universal, beradaptasi dengan semua jenis pasang surut dan singularitas geografisnya.

Karya Poincare (1854-1912) di kemudian hari, yang mengambil teori dinamis, menunjukkan metode perhitungan yang dapat memperoleh solusi dari masalah pasang surut pada bola dunia di mana lautan dipisahkan oleh benua. Harris (1863-1918) menunjukkan, pada tahun 1897, pentingnya fenomena resonansi dalam pembentukan pasang surut dan berhasil dengan memuaskan menjelaskan kekhasan fenomena di berbagai titik di dunia.

Sejak 1972 dan kemunculan komputer, prediktor pasang surut telah diturunkan ke status pameran museum. Prediksi sekarang dibuat oleh S.H.O.M. (Services Hydrographiques et Océanogrphique de la Marine - Layanan Hidrografi dan Oseanografi Angkatan Laut).

Meskipun mencakup 70,8 persen dari permukaan planet (361 juta km²), total massa lautan hanya mewakili 0,4 persen dari Bumi! Memang, kedalaman rata-rata laut sekitar 3500 m (dapat mencapai lebih dari 11000 m di lubang abyssal Pasifik) dapat diabaikan di depan 6370 km dari jari-jari terestrial. Namun ini adalah lapisan air tipis (1380 Juta km3) Lagi pula, siapa yang akan bergerak di bawah efek bersama Matahari dan Bulan.

Namun, lapisan tipis air ini (1.380 juta km3) akan bergerak di bawah efek bersama Matahari dan Bulan.

Jadi? Bila ketika terjadi purnama penuh pada Sabtu (22/12/18) malam itu. gravitas aktif Bumi dan Bulan, menyebabkan fenomena yang menghentak, seperti yang terjadi di sepanjang pantai Banten itu.

Di dalam fenomena alam semacam itu, selalu ada isyarat Tuhan, agar manusia selalu berfikir, bahwa dirinya teramat kecil, dan tak berdaya. Terutama, karena ada daya di luar empirisma yang sedang terjadi. | Tique

Editor : Web Administrator | Sumber : kerignard, jeunes, kumparan, BNPB
 
Ekonomi & Bisnis
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 278
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 140
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 823
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1089
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1342
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1483
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya