Nota Memoria Bang Sèm
Pagi masih menggeliat, ketika bersama Hasan, sahabat lama saya meninggalkan Masjid Jamek Kampong, lantas sarapan di Jalan Daud. Saya berbisik kepadanya, "Aku nak mengintip dinamika bandaraya Kuala Lumpur."
Selepas itu, dengan sedan Proton-nya, Hasan mengajak saya melintasi beberapa 'jalan kenangan.' Melintasi Jalan Raja Abdullah, Jalan Sultan Ismail, Jalan Ampang, lalu keliling kota tua, Jalan Tun Perak, dan Bukit Nanas, tempat Menara Kuala Lumpur tegak berdiri.
Sambil sembang-sembang (ngobrol) berbagai ihwal kenangan yang masih tersimpan di benak, kami bergerak ke Panggung Bandaraya. Melihat dari dekat bangunan istana Sultan Abdul Samad, yang kubah dan jamnya menjadi salah satu ikon kota.
Sesaat saya memandang Dataran Merdeka dan bangunan lama Sultan Selangor Royal Club di seberang. Gedung Parlemen dan Markas Polisi Diraja Malaysia - Bukit Aman, nampak di kejauhan.
Sambil sekali-sekala berfoto di titian yang menghubungkan istana Sultan Samad dan Masjid Jamek yang legendaris itu. Kami meniti teras di tepian Sungai Klang dan duduk di bawah rimbun pepohonan. Menatap ke arah 'kolam biru' di laman Masjid Jamek, titik temu Sungai Gombak dengan Sungai Klang.
Hasan mengungkapkan kekecewaannya, karena mendengar dari beberapa kolega, saya sering ke Kuala Lumpur, namun tak pernah menghubunginya.
Saya balik ngomeli dia, karena masih kukuh dengan pendirian 'berjarak dengan bimbit.' Menggunakan handphone seperlunya saja, dengan prioritas untuk keperluan keluarga.
Dia mengaku, sejak pensiun, lebih banyak menghabiskan waktu di Temerloh - Pahang, Kampung halamannya. Khasnya, sejak istrinya wafat, lima tahun terakhir.
Lalu, dia mengajak saya ke tempat dulu sering berfoto dengan tustel yang populer disebut 'kodak.' Lingkungan di situ sudah berubah lingkungannya. Kini lebih indah.
Kami kembali sembang-sembang pasal Kuala Lumpur. "Kuala Lumpur, masih ibu negara (baca: ibu kota) Malaysia hingga entah bila, walaupun Putrajaya menjadi pusat pemerintahan," ujarnya.
Di Kuala Lumpur yang pasang sesanti 'the unique city,' geliat transformasi negara jiran Malaysia sangat terasa dan dapat dilihat secara kasad mata.
Proses transformasi kota yang bentuk geografisnya laksana periuk, ini bergerak sangat cepat dengan berbagai perubahan radikal. Tak hanya dalam struktur fisik kota, juga dalam struktur sosial daerah.
Sebagian besar wilayah kota ini, sudah dikepung gedung pencakar langit. Terutama di sekitaran Kuala Lumpur City Centre (KLCC). Pada beberapa zona, bahkan sudah laiknya New York City, kendati tata ruangnya sangat berbeda.
Penelitian Norsidah Ujang dari Institut Sultan Iskandar - Universitas Teknologi Malaysia (2010) menyebut, wilayah terbangun kota ini terbesar keempat di Asia Timur. Sedangkan wilayah kota (urban area) Kuala Lumpur lebih besar dibandingkan Jakarta, Manila, dan Seoul.
Kuala Lumpur kota terpadat di Malaysia, dengan jumlah penduduk kota ini juga terpadat di Malaysia. Populasinya -- per 11 Mei 2023, diperkirakan Kantor Statistik Kementerian Ekonomi Malaysia -- sebanyak 1.953.900 jiwa, dengan kelahiran hidup sebanyak 5.953 jiwa, kematian sebanyak 2.581 jiwa, dan 5 jiwa kematian akibat Covid 19.
Johor Bahru ( Negeri Johor) yang juga pesat pembangunannya menjadi kota kedua terpadat, dengan jumlah penduduk sebanyak 1.086.000, Ipoh - Perak (857.000), Kuching - Serawak (642.000), Kota Kinabalu - Sabah (589.000), Seremban - Negeri Sembilan (504.000), Kuala Terengganu - Pahang (405.000), Sandakan - Sabah (391.000), Alor Star - Kedah (367.000), dan Kota Bharu - Kelantan (363.000).
Hasan tersenyum mendengar saya mengucapkan angka-angka statistik, ini. "Kamu masih seperti dahulu," ujarnya. Lantas dia menyimak, kala saya kemukakan, angka-angka itu penting untuk melihat dinamika perubahan di kota yang masih menjadi tumpuan migrasi berbagai kaum dari berbagai negeri dan negara ini.
Angka-angka statistik, juga peru untuk memahami perubahan lanskap kota berbasis pemanfaatan lahan, penguasaan lahan kosong, terutama di jantung kota, yang yang selalu menjadi incaran kaum beruang (pemilik modal besar). Seperti Kampong Bharu yang letaknya spelemparan baru dari atas menara kembar Petronas.
Kampong Bharu adalah kawasan khas kaum Melayu, ruh kota Kuala Lumpur yang sejak dua dekade terakhir selalu menjadi isu menarik. Selalu dibicarakan dari masa ke masa antara pemerintah yang berganti-ganti rezim, tuan tanah, rakyat, dan pengembang.
Pasal Kampong Bharu, kisahnya saya tuliskan tersendiri. Terutama karena isu dan dinamikanya sangat khas dan istimewa. Tak hanya sebagai salah satu sentra destinasi pelancong ke Kuala Lumpur atau sekadar menjadi penanda bagaimana rumitnya mengelola 'tanah warisan' yang menjadi heritage kota.
Kami bergerak lagi. Menelusuri jalan-jalan yang kian padat, mesti moda transportasi kota sudah beragam dan terintegrasi antara bis, taksi - termasuk taksi tambang lama, LRT (light rapid transit), MRT (mass rapid transit) monorel, kereta komuter, kereta khas Kuala Lumpur - Kuala Lumpur International Airport, dan kereta antar negeri.
Pembangunan infrastruktur jalan tol, jembatan layang, smart tunnel, jalan reguler, dan jalur LRT - Monorel - MRT memang gencar dilakukan.
Hasan tertawa mendengar cerita saya tersasar kala mengendari mobil di kota ini, dari kawasan Ampang ke Kampong Bharu, saat rindu menikmati nasi lemak dan aneka penganan Melayu.
Kami melintas ke berbagai jalur jalan, menyaksikan tegaknya Menara Warisan Merdeka (Menara KL118) dengan 118 lantai berketinggian 679 meter yang dibangun di atas area Stadium Merdeka - Kuala Lumpur. Gedung ini mulai dibangun Agustus 2017 dan akan dibuka pada Juli 2023 mendatang.
Di stadium itu saya pernah menyajikan pertama kalinya pergelaran padu padan baca puisi dengan musik dangdut, bersama Camelia Malik, Iis Dahlia, dan Mara Karma awal dekade 1990-an. Hasan masih ingat peristiwa itu.
Menara Warisan Merdeka yang menjadi salah satu gedung pencakar langit tertinggi di dunia, melampaui ketinggian Menara Kembar Petronas yang menjadi penanda KLCC (Kuala Lumpur City Centre) yang dibangun mulai 1 Maret 1993 dan dibuka 31 Agustus 1999, dengan ketinggian 378,6 meter. Menara Kembar sempat menjadi gedung tertinggi di dunia, sebelum dikalahkan oleh Burj Khalifa (Dubai) dan Taipei 101.
Ketika melintasi kawasan ini, lalu masuk menuju Jalan Binjai melewati Masjid As Shakirin, Hasan mengusik kenangan masa silam, ketika menyaksikan kuda pacu di Selangor Turf Club, lintasan pacuan kuda di Jalan Ampang, tempat Menara Kembar Petronas - KLCC berdiri.
Tahun 1992, sebelum Menara Kembar Petronas dibangun, lintasan pacuan kuda ini dipindahkan ke Serdang, Selangor, setelah sebelumnya pada Agustus 1992 menggelar pacuan kuda terakhir.
Kuala Lumpur banyak menyimpan lokasi bersejarah dengan beragam kisah, dan kini terus mengalami proses transformasi sebagai perubahan dramatik dari berbagai perspektif.
Pembangunan Menara Kembar Petronas seiring dengan 'ledakan ekonomi' di penghujung dekade 80-an yang disusul dengan gagasan, narasi, dan aksi Tun Mahathir menghadirkan Malaysia sebagai negara Islam modern yang dianggap ideal.
Kendati demikian di penghujung dekade tersebut, ketika terjadi krisis ekonomi dunia, terikut serta juga konflik politik di kalangan para petinggi partai UMNO (United Malay Nation Organization) antara Gafar Baba, Anwar Ibrahim, dan Tun Mahathir (1987).
Ambisi Anwar menjadi Perdana Menteri, akhirnya kesampaian tahun 2022, setelah melalui proses peubahan politik yang juga dramatis dan penuh ragam kisah.
Kawasan Dataran Merdeka dan Kawasan Masjid Jamek, bahkan sampai Kampong Bharu dan kota tua, termasuk area Masjid India, pernah dipadati oleh aksi perhimpunan haram (demonstrasi) besar Bersih1,2, dan 3 yang mengekspresiakan laungan 'reformasi' yang disuarakan Anwar Ibrahim dan pengikutnya. Perhimpunan haram itu, sempat menjadi titik temu para politisi gaek (Tun Mahathir, Lim Kit Siang, Anwar Ibrahim cum suis) dalam satu barisan.
Mereka bersama menggalang kekuatan kolektif massa yang menjadi bagian dari arus besar gerakan menumbangkan dominasi politik Barisan Nasional yang dimotori UMNO (United Malay Nation Organization), MCA (Malaysia China Association) dan MIC (Malaysia Indian Congress).
Persekutuan mereka yang tergabung dalam Pakatan Harapan yang dimotori Partai Keadilan Rakyat - PKR, Partai Aksi Demokratik - DAP, Partai Amanah Negara - Amanah melanjutkan aksi Pakatan Rakyat - setelah Partai Al-Islam Se-Malaysia (PAS) keluar dari Barisan.
Hasilnya? Oposan mengalami penguatan sejak Pilihan Raya Umum (PRU) 12 dan berhasil menumbangkan Barisan Nasional pada PRU 14 (2018). Mereka yang tergabung dalam Pakatan Harapan, memang menguasai basis pemilih di kota, seperti yang nampak menonjol pada PRU13 dan PRU14. Kuala Lumpur selepas PRU14 nyaris sepenuhnya berada dalam kendali Pakatan Harapan.
Hasan membawa saya berkeliling ke kawasan Bandar Sri Damansara, hendak mengunjungi sahabat lama, Ella. Meski tinggal di Damansara, Ella masih mengurusi rumah dan tanah warisan orang tuanya di Kampong Bharu yang beberapa di antaranya disewakan untuk tempat tinggal, rumah kedai.
Kami tak jumpa Ella. Lewat sambungan bimbit (handphone) -- setelah berulang kali menghubungi -- kami dapat informasi, Ella sedang ke Kampong Bharu. Hasan memandu kendaraan ke arah Kepong, Sentul, Wangsa Maju, Titi Wangsa, lalu menuju ke Kampong Bharu.
Terasa dinamika Kuala Lumpur yang terus bergerak menjadi kota global sesuai dengan strategi menjadi kota berkelas dunia. Tapi Hasan memandangnya dengan perspektif 'anak kampong Bharu' yang melihat transformasi bandaraya terus memelihara ruh budaya dan keadaban Melayu sebagai identitas kota.
Hasan dan kebanyakan 'anak Kampong Bharu' dapat menerima dan beradaptasi dengan visi 'Kuala Lumpur - Kota Kelas Dunia.' Suatu pernyataan capaian yang merangkum ambisi menjadikan Kuala Lumpur sebagai kota pemeran utama global dan sub-global. Peran baru untuk kepentingan semua komunitas, pekerja, pengunjung, dan investor yang terbilang futuristik.
Dewan Bandaraya Kuala Lumpur (DBKL) yang merencanakan pembangunan kota ini pernah memastikan, perencanaan pembangunan dan tata kelola Kuala Lumpur konsisten dengan spirit menyeimbangkan antara pembangunan fisik, ekonomi, sosial dan lingkungan. Proyeksinya 12 tahun ke depan, meski perencanaan pembangunan zona dengan masalah pelik -- seperti Kampong Bharu -- belum juga selesai setelah dua dekade.Hasan masih memandu Proton-nya. Saya mengambil gambarnya beberapa kali. Dia menoleh, "Haa. kamu petik gambar aku.. tak boleh dipublis.." Hasan tak hendak wajahnya muncul di media. Ia mengalihkan pandangan matanya ke jalan.
Sebagai pensiunan di lingkungan Kementerian Wilayah Persekutuan (yang kini ditiadakan Anwar Ibrahim), Hasan tahu banyak ihwal perencanaan pembangunan kota ini. Ia banyak menjelaskan berbagai perubahan pada lingkungan fisik kota, yang dibangun tanpa mengorbankan lingkungan lokal dan ekologinya.
Ia berharap pemerintah konsisten dengan prinsip kontiniti dan transformasi, karena kini tak ada lagi Kementerian Wilayah Persekutuan.
Kontiniti dan transformasi itu amat diperlukan, menurut Hasan, untuk menciptakan struktur kota yang efisien dan adil, lingkungan hidup kota (ekologi dan ekosistem yang lebih manusiawi), menciptakan identitas dan citra kota yang khas, memadu-padan modernisma dan kemajuan mutakhir tanpa meninggalkan nilai adat, resam budaya.
Kuala Lumpur sebagai kota dunia, menurutnya, mesti berpijak pada kesadaran membangun lingkungan alam, sosial dan ekonomi secara bersamaan dan berkeadilan, tanpa merugikan. Tentu mesti dipahami oleh siapa saja yang paham, Kuala Lumpur adalah kota unik yang di dalamnya tumbuh serta sejarah peradaban manusia Melayu.. |
Baca Juga : Bincang Keseimbangan Semesta di Tepian Tasik Putrajaya