Ida Mengamuk Sejumlah Kota Amerika Serikat Berantakan

| dilihat 748

Jeanny

Rabu, Kamis, Jum'at (1,2,3 September 2021) lalu Amerika Serikat kembali tak berkutik menghadapi 'serangan' topan Ida. Bahkan sampai hari Ahad (5 September 2021) masih menerjang, dan melantakkan sebagian Lousiana, sehingga beberapa bagian kota New Orleans berantakan. Padahal, dua hari sebelumnya (Senin dan Selasa: 30,31 Agustus 2021) sudah memberi isyarat akan menerjang.

New York dan New Jersey yang mengalami serangan amat mendebarkan dan menakutkan, lebih awal, juga tak berkutik. Long Island dan New Jersey, tak mampu menghadapi deru topan Ida yang bergerak dengan pusaran dahsyat Ida.

Di New York banjir melanda. Beberapa stasiun kereta subway yang dibangun sekitar tahun 1904, mengalami kerusakan parah. Terampas keindahannya.

Banjir di atas permukaan kota, mengalirkan air yang deras mengguyur sekaligus 'memandikan' rangkaian kereta yang masih beroperasi.

Jum'at, 3 September, Presiden Joe Biden berkunjung ke Lousiana. Dia mengatakan, pemerintahannya, termasuk para anggota parlemen -- tak memandang partai --, gubernur, dan para petinggi telah bahu membahu  mengatasi masalah.

Namun, karena sejumlah infrastrukur dan utilitas kota berantakan, serta membuat koneksi selular terputus, banyak korban yang tak segera beroleh informasi, untuk memperoleh yang tersedia.

Biden memastikan, akan ada petugas yang datang dari rumah ke rumah, untuk memberitahu bantuan apa yang tersedia untuk mereka yang menjadi korban, sampai semua dapat  terhubung lagi secara online.

Dinyatakannya, dia telah bekerjasama dengan gubernur, walikota, anggota Kongres, pemimpin masyarakat, dan masyarakat lokal, untuk mengirimkan jutaan makanan dan liter air.

Biden menyatakan, pemerintah bekerja 24 jam setiap hari selama sepekan untuk melayani korban, yang dia tahu, sedang dalam keadaan frustrasi selama beberapa waktu. Mulai memulihkan kembali daya listrik yang padam, dan jaringannya terputus.

Tiang-tiang saluran induk utama tenaga tinggi, dan tiang-tiang distribusi listrik kota sampai ke permukiman penduduk, roboh.

"Ini pekerjaan yang berbahaya. Dua puluh lima ribu linemen -- pekerja lini saluran listrik -- dari seluruh negeri telah datang ke Louisiana untuk membantu; kru dari 32 negara bagian yang berbeda untuk membantu. Dan dua dari mereka kehilangan nyawa dalam proses mencoba untuk mendapatkan kembali daya listrik," ungkap Biden.

CDP (Center for Disaster Philantropi) mencatat, lebih dari 1,1 juta pelanggan di Louisiana diperkirakan tak beroleh daya listrik, termasuk seluruh kota New Orleans yang pada malam 7 September, lebih dari 400.000 pelanggan masih tanpa listrik.

Entergy New Orleans, satu-satunya penyedia listrik untuk kota itu, mengabarkan (Kamis, 9.9.21) mereka telah memulihkan listrik ke 73 persen pelanggan, dengan prioritas pada rumah sakit dan infrastruktur penting lainnya.

Bersamaan dengan itu, puluhan ribu pekerja lini saluran listrik dari seluruh AS sedang mengerjakannya, listrik ke seluruh New Orleans diperkirakan tidak akan pulih sepenuhnya hingga akhir September.

Lebih dari 5.000 anggota Garda Nasional telah dikerahkan ke Louisiana bersama ribuan personel penyelamat dan pemulihan lainnya yang bekerja untuk mengaktifkan kembali infrastruktur penting dan berjalan. Termasuk 195 kendaraan air tekanan tinggi, 73 kapal penyelamat dan 34 helikopte,r untuk meningkatkan kemampuan pencarian dan penyelamatan, evakuasi dan pemantauan korban yang sudah ada di daerah tersebut.

Beberapa daerah yang paling parah terkena dampak berada di dalam dan sekitar kota Port Fourchon, yang terkena dampak langsung dari Ida, badai Kategori 4. Banyak penduduk, terutama mereka yang bekerja di industri minyak dan gas yang merupakan sumber penghidupan utama masyarakat Port Fourchon, tidak memiliki rumah dan pendapatan karena badai merusak sebagian besar infrastruktur minyak dan gas di wilayah tersebut.

Tak hanya itu, setelah badai Ida menerjang, setidaknya 350 tumpahan minyak dan bahan kimia mencemari sekitar negara bagian Louisiana.  

Biden juga berjanji, akan seger meminta perusahaan layanan jasa telekomunikasi selular dan internet, sehingga para korban badai Ida, dapat segera menelepon orang yang mereka cintai, meminta atau memberi bantuan mereka, di mana pun korban dan mereka berada. Yang penting, dalam uacapannya, itu saluran seluler dan internet harus diaktifkan, untuk memastikan orang yang dikenal dan dicintai oleh korban badai, dapat mengetahui apakah mereka baik-baik saja.

Biden juga menyatakan, "Kami bergerak cepat untuk menjaga aliran gas ke pompa, termasuk cadangan bahan bakar minyak," dan memberikan fleksibilitas untuk berapa jam pengemudi truk dapat melakukannya mengemudi dan mengangkut gas dan bahan bakar. Karena ada undang-undang di Amerika: Anda tidak bisa mengemudi, untuk alasan keamanan dan seterusnya, berjam-jam dalam sehari. Tapi kita membutuhkan lebih banyak pergerakan bahan bakar ini. Dan kami memperluas pasokan bensin yang dapat dijual di negara bagian Louisiana.

Dalam kunjungannya ke Lousiana, Biden telah masuk ke kilang Cadangan Minyak Strategis — untuk melihat persediaan   minyak mentah yang harus diolah, bagi memenuhi keperluan para korban.

Biden mengaku, banyak hal yang harus dilakukan pemerintahannya, "sampai kami dapat memenuhi setiap kebutuhan yang Anda semua miliki."

Namun, Biden tak menyanggah, fakta dari laporan yang menunjukkan, bahwa beberapa perusahaan asuransi mungkin menolak pertanggungan untuk bantuan hidup kecuali pemilik rumah berada di bawah perintah evakuasi wajib.

"Jadi Anda membayar premi asuransi Anda. Anda seharusnya mendapatkan pembayaran untuk biaya hidup tambahan jika terjadi keadaan darurat," kata Biden. Lalu menirukan kilah perusahaan asuransi setiap menghadapi klaim, "Yah, tetapi perusahaan asuransi berkata, 'Tidak, tidak. Tidak, kami tidak akan membayar Anda apa yang kami berutang.”

Atmosfer yang Terkoyak

Badai Ida yang menerjang beberapa negara bagian Amerika Serikat, akibat depresi Tropis 9 terbentuk lebih jauh ke barat daripada kebanyakan badai besar, barat daya Jamaika, tetapi sangat cepat menjadi badai terburuk tahun 2021 sejauh ini.

Badai Ida  bergerak ke utara, melewati sisi barat Kepulauan Cayman sebelum menghempas sepanjang Cuba’s Isle of Youth, pada sore hari 27 Agustus. Itu menyebabkan beberapa kerusakan di Kuba, sebagian besar atap rusak, kabel jatuh dan pohon tumbang.

Tidak seperti di Amerika Serikat yang dikabarkan badai Ida menewaskan tak kurang dari 36 orang dengan ratusan lain yang luka-luka, di Kuba dikabarkan tak ada kematian atau cedera. Badai terus bergerak ke utara melintasi Kuba sebelum memasuki Teluk Meksiko larut malam itu. Saat bergerak ke utara melalui Teluk Meksiko, ia badai itu menambah daya pusarannya dan mulai melambat saat mendekati benua AS.

Tapi, ketika mendarat di dekat Port Fourchon, Louisiana – di selatan New Orleans sekitar tengah hari pada 29 Agustus, badai Ida seperti 'mengambil jeda,' melambat di selatan Louisiana, menurunkan hujan dalam sangat deras dan membawa angin kencang bersama dengan pasang laut yang sangat tinggi. Lantas menghempas kawasan ladang minyak dan permukiman nelayan,.

Badai Ida tak membawa serta 'kawanannya.' Hingga 8 September, Badai Larry masih berada di tengah Atlantik dan belum menyebabkan kerusakan, kematian, atau cedera. Badai Tropis Kate dan Badai Tropis Julian, bahkan menghilang tanpa menyebabkan kerusakan yang berarti.  

Situs Scientific American, 31 Agustus 2021, merespon gerakan badai Ida yang berembus dan menghempas sejak sepekan akhir bulan itu. Situs itu menurunkan percakapan Robin Lloyd dengan ilmuwan atmosfer, Jennifer Francis dari Woodwell Climate Research Center di Falmouth, Mass.

Pertanyaan awalnya menggelitik, "Bagaimana badai Ida menjadi begitu besar dan begitu cepat." Percakapan, itu juga mengaitkan badai Ida dengan pusaran di Teluk Meksiko dan beberapa uap berat yang memainkan peran kunci dalam bencana, itu.

Tersirat kekuatiran atas badai Ida, adalah seberapa cepat ia berkembang dari status kategori 1 di Teluk Meksiko ke kategori 4 di daratan. Angin badai yang berkelanjutan berputar dari 85 mil per jam pada hari Sabtu menjadi 150 mph pada hari berikutnya,  ketika bergerak sangat kencang ke darat.

Peningkatan kekuatan begitu cepat dan ekstrem sempat dideskripsikan dalam 'prediksi citra' Pusat Badai Nasional (NHC) Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional.

Para peramal cuaca di NHC saat ini mengandalkan satu kriteria untuk mengklasifikasikan badai seperti itu: ketika kecepatan angin berkelanjutan meningkat setidaknya 30 knot (sekitar 35 mph) dalam periode 24 jam.

Di masa lalu, istilah "pendalaman cepat" telah dalam memprediksi badai tropis, jika tekanan pusatnya turun setidaknya 42 milibar (sekitar 0,61 pon per inci persegi, atau psi) dalam 24 jam. Hebatnya, tekanan Ida turun 56 milibar (sekitar 0,81 psi) dalam 24 jam, menjadikannya sesuatu seperti "badai yang sangat cepat," kata ilmuwan atmosfer Jennifer Francis.

Dan Ida mengalami penurunan dalam tekanan lebih jauh ke utara daripada badai lain yang pernah tercatat di Atlantik, kicau Sam Lillo, seorang peneliti meteorologi di NOAA, pada hari Minggu di akun twitter-nya.

Francis memiliki pengalaman luas mempelajari perubahan cepat dalam sistem iklim Arktik—penelitian yang melibatkan pengaruh atmosfer pada es laut dan transfer panas dan kelembaban dari garis lintang yang lebih rendah, yang disebabkan oleh perubahan iklim. Ia menyelidiki pengaruhnya terhadap pola cuaca lebih jauh ke selatan, termasuk peristiwa cuaca ekstrem seperti badai musim dingin dan angin topan.

Menjawab pertanyaan Lloyd ihwal faktor-faktor penyebab badai meningkat dengan cepat, Francis menguraikan dengan rinci.

"Pertama, ia membutuhkan cadangan energi yang cukup besar di lautan dalam bentuk lapisan air ekstra hangat yang dalam. Jika lapisan itu dangkal, itu tidak mengandung energi yang cukup untuk memicu intensifikasi yang cepat," jelas Francis. "Jadi badai akan mengurasnya dengan cepat dan tidak mengalami intensifikasi, terutama yang cepat."

Kebutuhan kedua adalah uap air, yang telah meningkat selama beberapa dekade terakhir karena pemanasan atmosfer dan lautan. Air yang lebih hangat, menguapkan lebih banyak uap ke udara, dan udara yang lebih hangat dapat menampung lebih banyak uap.

"Kita sudah melihat sekitar 4 persen peningkatan rata-rata global secara keseluruhan dalam jumlah uap air di atmosfer sejak pertengahan 1990-an. Uap air itu benar-benar mengandung bahan bakar yang digunakan badai untuk mengintensifkan dirinya sendiri," jelas Francis lagi.

Uap air itu merupakan gas yang tidak bisa dilihat dengan kasad mata, mengembun, menjadi awan seperti saat terjadi badai, lantas melepaskan banyak energi panas. Inilah, yang menurut Francis, meningkatkan gerakan ke atas pada atmosfer yang mengarah ke badai besar badai tropis.

Angin yang bergeser, cenderung merobek aliran udara panas ke atas yang terjadi karena kondensasi uap air. Dan ketika miring lalu terkoyak, kita tidak mendapatkan formasi badai petir besar yang menjadi sumber perkembangan badai tropis. Namun, ahli meteorologi mengatakan bahwa pusaran di Teluk Meksiko berperan dalam intensifikasi Ida yang cepat.

Bersiap Menghadapi Badai Lebih Ekstrem

Di Teluk Meksiko, tempat Badai Katrina dan Ida mengalami intensifikasi yang cepat, ada gumpalan air dalam yang sangat hangat,  terkait dengan arus yang disebut Arus Loop yang berasal dari Karibia. Semacam sungai di lautan yang mengalir ke Teluk dari Karibia yang hangat, lalu ke timur, menuju Florida selatan, lalu ke Pantai Timur, yang disebut Arus Teluk.

Francis menyatakan, terkadang Arus Loop membentuk kekusutan ke utara di Teluk Meksiko, menciptakan pusaran air atau kolam air dalam yang ekstra hangat. Ini bukan kejadian yang tidak biasa, tetapi ketika itu benar-benar terjadi, dan badai tropis datang, melewatinya, seperti memberi badai minuman energi. Energi mengalir ke badai dari genangan air yang sangat hangat itu. Itulah yang terjadi pada Katrina dan Ida.

Apakah badai yang mengintensifkan dengan cepat menjadi lebih umum dengan perubahan iklim? Francis membenarkan.

"Ya, dan itu salah satu sinyal paling jelas yang kita miliki tentang bagaimana perubahan iklim memengaruhi badai tropis. Kita menghangatkan atmosfer dengan pembakaran bahan bakar fosil, dan kami menghangatkan lautan," jelasnya.

Dengan dua faktor tersebut, ada lebih banyak uap air di atmosfer sekarang, karena dapat menguap dari lautan lebih mudah ke atmosfer yang lebih hangat yang dapat menerima lebih banyak uap air. Semua ini, berkontribusi pada bahan bakar yang dibutuhkan badai tropis untuk mengintensifkan," jelas Francis lagi.

Lalu, Francis menjelaskan, "Lautan menyerap sekitar 90 persen panas yang terperangkap oleh gas rumah kaca ekstra yang kita buang ke atmosfer. Jadi, dengan sendirinya, menyediakan sebagian besar bahan yang dibutuhkan untuk intensifikasi cepat — hanya memiliki air laut yang hangat, seperti baterai yang terisi penuh untuk badai, yang diciptakan oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia."

Namun demikian, ketika kita mendapatkan badai yang meningkat dengan cepat dan badai yang sangat kuat, seperti yang kita lihat pada Ida, badai itu juga menciptakan angin yang lebih kuat, sehingga lebih banyak kerusakan angin, seperti yang telah kita lihat.

Gelombang badai yang lebih besar, yang tentu saja naik di atas permukaan laut yang lebih tinggi, merupakan efek langsung lain dari perubahan iklim. Gelombang yang dihasilkan oleh angin yang lebih kuat itu juga naik di atas gelombang badai yang lebih tinggi dan kenaikan permukaan laut.

Semua faktor tersebut, menurut Francis, diperparah oleh perubahan iklim. Dan peningkatan jumlah uap air di atmosfer menyebabkan hujan yang lebih sering dan lebih deras — frekuensi yang meningkat dari peristiwa hujan lebat, baik itu dengan badai tropis atau badai petir atau nor'easter.

Dikatakan oleh ilmuwan atmosfer ini, satelit hanya dapat mengukur suhu permukaan laut. Tidak dapat memberitahu kita seberapa dalam lapisan air hangat itu. Inilah hambatan besar saat ini. "Kami tidak memiliki data yang tersedia secara umum di sebagian besar wilayah lautan. Kami tidak tahu seberapa dalam lapisan itu di sebagian besar tempat,"katanya.

Fokus dari beberapa penelitian saat ini adalah mencari cara untuk mendapatkan informasi yang lebih baik tentang berapa banyak energi yang terkandung, katakanlah, 500 kaki atas lautan, karena di situlah energi disimpan, menjadi sumber badai.

Pendekatan yang dipergunakan saat ini, hanya untuk memperoleh data ini, termasuk 'glider laut otonom' yang berenang di bawah permukaan laut, mengukur suhu, salinitas dan karakteristik lainnya.

Juga satelit yang dapat mengukur ketinggian permukaan laut dapat membantu karena badan air yang lebih hangat membutuhkan lebih banyak ruang.

"Jadi ketika Anda memiliki banyak air hangat di suatu lokasi, umumnya Anda akan melihat punuk di permukaan laut di sana, yang dapat dideteksi dari luar angkasa," kata Francis.

Dikatakannya, kita manusia telah menggunakan atmosfer sebagai tempat sampah selama lebih dari 50 tahun terakhir. "Kami telah menempatkan semua gas limbah ini, sebagian besar dari pembakaran bahan bakar fosil, ke atmosfer. Dan kita telah mengetahui sejak lama bahwa gas-gas ini memerangkap panas yang sebagian besar masuk ke lautan, sehingga memicu badai ini dan juga memanaskan atmosfer," jelas Francis.

Kesemua itu benar-benar penyakit yang perlu kita obati. Caranya adalah berhenti memancarkan gas yang memerangkap panas ini. Ada peran semua lapisan masyarakat dalam hal ini, mulai dari pemerintah nasional hingga perusahaan dan individu. "Kita tahu bahwa matahari dan angin dan energi terbarukan lainnya dapat sepenuhnya menggantikan listrik kita. Kita hanya perlu melakukannya lebih cepat," tegas Francis.

Lloyd bertanya, "Apa yang dapat dilakukan individu?" Francis menjawab, "Kita dapat membuat banyak pilihan dalam hidup kita sendiri, di komunitas kita sendiri dan di tingkat negara bagian, seperti insentif untuk mendukung pembelian mobil dan peralatan yang lebih efisien menggunakan energi atau untuk melindungi rumah Anda dengan lebih baik."

Tak hanya itu. Menurut Francais,  kita juga harus bersiap-siap. Tindakan kita sekarang akan mempengaruhi bagaimana pemanasan [masa depan] terjadi. Kita akan melihat lebih ekstrem; kita akan melihat badai yang semakin intensif; kita akan melihat lebih banyak gelombang panas dan lebih banyak kebakaran. Jadi kita perlu mempersiapkan untuk itu.

Francis menjelaskan, "Ketika sebuah rumah kebanjiran untuk ketiga kalinya dalam satu dekade, apakah masuk akal untuk menghabiskan uang pajak untuk membantu orang itu membangun kembali rumahnya di tempat yang sama?" Tentu tidak, kata Francais.

Menurutnya,  orang tidak menyadari, bahwa banyak uang pajak digunakan untuk hal-hal seperti ini. "Saya pikir mereka tidak menghubungkan titik-titik antara uang yang mereka sumbangkan dan apa yang akan terjadi di beberapa lokasi di mana kita seharusnya tidak membangun kembali infrastruktur." |

Editor : eCatri | Sumber : Science American dan berbagai sumber
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 236
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 459
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 450
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 419
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 938
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1168
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1429
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1577
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya