Tun Dr.M, Hakikat Usia, dan Azimuth Malaysia

| dilihat 1264

N. Syamsuddin Ch. Haesy

Ketika Tun Dr. Mahathir Mohammad (Dr.M) terpilih memimpin Pakatan Harapan dan kemudian memenangkan Pilihan Raya Umum (PRU) ke 14, Malaysia, saya tertegun.

Kemenangan Tun Dr.M pada Rabu 9 Mei 2018, itu tercatat sebagai rekor dunia, tak hanya karena ia kembali ke Putrajaya sebagai Perdana Menteri (PM). Lebih dari itu, karena ia terpilih sebagai pemimpin tertua di dunia. Kala itu, usianya 93 tahun.

Di London, Ahad (30/9/18) Tun berkelakar di hadapan 500 warganegara Malaysia yang bermukim di Inggris, akan memangku jabatannya sebagai PM hingga dua tahun ke depan, ketika usianya 95 tahun. Bolehjadi hal itu akan mengubah batas usia pensiun di Malaysia.

Negarawan Malaysia, itu untuk pertama kalinya, menjabat PM sejak 1981 sampai 2013. Tun Dr.M mengubah Malaysia dari negara yang biasa-biasa saja, menjadi negara termaju dan terdepan di Asia. Ketika meletakkan jabatan dan menyerahkan kepada Tun Abdullah Badawi, Tun Dr.M meninggalkan legacy yang tak pernah terjadi sebelumnya: Wawasan 2020 Malaysia.

Dengan sesanti, "Kepemimpinan sebagai teladan," ia memberi contoh nilai, kerja keras dan kerja cerdas.

Apa sungguh hakikat Allah memberikan usia panjang kepadanya dan kepada Dr. Siti Hasmah Mohd Ali, isterinya, adalah memberikan contoh, keteladanan untuk tak pernah ditaklukan oleh usia. Tun, seperti dikutip media menyatakan, "Penyakit akan membunuhmu, bekerja tidak akan membunuhmu. Kamu tidak hanya harus melatih otot-otot tubuh tetapi juga melatih otakmu" Selain itu, tentu memberikan contoh tentang, bagaimana memelihara makan dan minum.

Dalam usia 93 tahun, Tun Dr. M memperoleh amanah untuk menyelesaikan banyak masalah yang melanda Malaysia, sekaligus melihat platform perubahan yang terkait dengan Wawasan 2020. Seakan-akan, Tuhan menyatakan, "Kau yang memulai, kau yang mengakhiri." Seperti syair lagu.

Bila Tun Dr. M sudah merencanakan akan pensiun pada usia 95 tahun, dalam waktu sangat singkat, dia mesti menggerakkan Malaysia kembali ke garis azimuth perjalanan kebangsaannya. Meluruskan kembali penyelenggaraan negara dan pemerintahan ke garis akselerasi visi, yang lencong karena laku yang lancung.

Tun Dr. M mengemban amanah 'rahasia Ilahi' melalui amanat rakyat memperkuat landasan bagi pembentukan Satu Negara Bangsa Malaysia, sekaligus Malaysia bersatu yang sungguh berjaya di dunia. Malaysia yang sungguh berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan terdepan dalam peradaban dan keadaban.

Hal itu, harus dilakukan Tun Dr. M di tengah arus pusaran besar minda berbilang kaum, tentu dengan teguh pada amanat konstitusi, yang bertumpu pada perkauman Melayu. Amanat konstitusi ini penting dan Visi 2020 Malaysia memberikan cara: mendahulukan persatuan dan bukan perbilangan kaum, karena di dalam persatuan eksistensi setiap kaum dihargai dan diberikan hak serta kewajibannya secara proporsional dan fungsional.

Secara politik memang tidak mudah bagi Tun Dr.M mewujudkan secara nyata esensi integralitas yang sekaligus pluralis dan multikulturalis. Tetapi, itulah amanat yang harus dijalaninya. Menegaskan hakikat demokrasi sebagai cara mencapai harmoni kebangsaan dan bukan hanya siasat memperebutkan kekuasaan.

Tun Dr.M mesti mengingatkan seluruh anasir dalam Pakatan Harapan tentang hakikat demokrasi proporsional secara demografis, sosiologis, dan antropografis. Tak perlu ada lagi yang bersoal tentang toleransi, karena sejak Kemerdekaan Malaysia dipekikkan, toleransi itu sudah subur dalam spirit kebangsaan Malaysia, yang melahirkan prinsip musyawarah untuk mufakat.

Tun Dr.M juga mesti mempertegas jalan perubahan transformatif Malaysia dari negara agraris - niaga - industri - informasi, menjadi negara konseptual berbasis sains, teknologi, dan visioneering. Menjelmakan imajinasi kebangsaan Malaysia sebagai negara maju, makmur, adil, dan kuat di tengah pergaulan bangsa-bangsa di dunia. kata kuncinya adalah transformasi dengan focal concern yang jelas, dengan melihat driving forces yang kokoh, termasuk nilai-nilai budaya dan moralitas sebagai ruh peradaban.

Kata kuncinya adalah transformasi, bukan reformasi. Karena reformasi mudah berubah menjadi deformasi, seperti dialami banyak negara lain sekawasan, khasnya negara-negara serantau.

Dalam konteks transformasi, itulah esensi keadilan sosial dan ekonomi menjadi utama dan penting. Terutama karena pada realitas pertama kehidupan sosial dan ekonomi rakyat Malaysia, masih terjadi disparitas dan ketimpangan sosial. Dalam konteks ini, saya percaya Tun Dr. M akan menggerakkan pertumbuhan ekonomi berdimensi keadilan, terutama karena kuatnya sistem perkerabatan di lapisan akarpadi atau akarumbi. Tun Dr.M akan harus menggerakkan seluruh ikhtiar membalik kemiskinan, seraya menghidupkan gaya hidup lestari dengan menyempurnakan berbagai hal terkait dengan sustainable development goals (SDG's).

Seirama dengan itu, penerapan nilai-nilai murni yang menjadi pilar penyangga peradaban Malaysia menjadi penting, khasnya dalam membekali generasi milenial kekuatan baru dalam menghadapi singularitas dan transhumanisma yang bergerak bersamaan dengan pergerakan teknologi nano. Terutama nilai-nilai Islam yang bersifat

kontemporer.

Tun Dr. M benar dengan pernyataannya, "penyakit membunuhmu, bekerja menghidupkanmu. Majalah Focus di Jerman mengungkapkan hasil penelitian, bahwa harapan hidup berkaitan erat dengan lamanya waktu yang dihabiskan manusia untuk berfikir (belajar dan bekerja). Orang-orang dengan pendidikan tinggi menikmati kehidupan yang lebih lama daripada mereka yang menghabiskan waktu singkat di sekolah.

Meningkatnya standar taraf hidup dan umur panjang dalam kemanfaatan yang luas, merupakan cabaran (tantangan) tak terelakkan. Islam memberikan perhatian khas terhadap sains dan teknologi, bahkan di ayat pertama surah pertama: "Iqra."

Pakatan Harapan, mesti sungguh memberikan harapan di bawah kendali Tun Dr.M. Renungkanlah optimisme Rasulullah Muhammad SAW di jelang wafatnya yang masih memikirkan rakyatnya. Bahkan, beliau 'menghela' kesedihan di momen yang ditunggu oleh kesedihan itu sendiri. Di situlah kata "harapan" sungguh berarti.

Harapan mendatangkan kebahagiaan sejati, dan akan memandu do'a kebahagiaan (Rabbanaa aatina fid dunia hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qiina adzb an naar). Dan Tun Dr.M di usianya yang 93 tahun melangkah, menjemput taraf darajah sebagai diisyaratkan Allah: "Khairun naas anfa'uhum lin naas," sebaik-baiknya manusia adalah yang paling luas manfaat dan perkhidmatannya kepada seluas-luasnya manusia.

Jangan pernah putus asa dengan rahmat Allah. Jangan pernah lelah merawat spirit membuat Malaysia berjaya.|

(Johor Bahru, 14/2/19)

Editor : Web Administrator
 
Humaniora
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 100
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 516
Momentum Cinta
12 Mar 24, 01:26 WIB | Dilihat : 525
Shaum Ramadan Kita
09 Mar 24, 04:38 WIB | Dilihat : 445
Pilot dan Co Pilot Tertidur dalam Penerbangan
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 168
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 339
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 365
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 334
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya