idul Fitri Berlangsung Tenang

Tiga Penghalang Keridhaan Allah

| dilihat 2019

USTAD itu nampak masih muda. Usianya sekitar 40 tahunan. Syaiful namanya. 1 Syawal 1437 hijriah (Rabu : 6/7/16) dia khutbah dalam salat Idul Fitri di Lapangan Kompleks Batalyon Perhubungan Angkatan Darat, yang diselenggarakan Masjid Al Mu’awanah, di bilangan Kelapa Dua - Kebon Jeruk.

Dengan logat Jawa yang kental dan retorika a la Cicero, sebagai khatib, Syaiful mengupas hal yang jauh dari politik praktis. Ia hanya mengangkat tema yang sering diungkap dalam banyak acara pengajian - majelis ta’lim, tapi terasa merasuk dan menggetarkan. Tema yang relevan dengan situasi kehidupan personal dan sosial umat Islam. Yakni, tentang 3 (tiga) hal yang menjadi penghalang seorang muslim masuk ke dalam garba ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tiga hal itu: Syirk, Durhaka kepada Orang Tua, dan Lari dari perjuangan di jalan Allah.

Khatib mengungkapkan, setekun dan sebanyak apapun muslim menjalankan ibadah, tetapi ketika masih menjalankan perbuatan yang termasuk dalam kategori syirk, maka seluruh rangkaian ibadah itu menjadi hambar, bahkan sia-sia.

Syirk atau menyekutukan Allah atau dalam bahasa lain mengangkat sesuatu selain Allah dengan tingkat kegandrungan yang berlebih, selain merupakan dosa besar, sekaligus menafikan komitmen yang telah dinyatakan dalam syahadat.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering tak terasa, seseorang berlaku syirk. Tak hanya yang syirk yang nyata, seperti menyembah berhala dan sejenisnya, melainkan juga syirk hati, termasuk menggantungkan diri kepada selain Allah. Karena komitmen keislaman adalah tidak melakukan perbuatan syirk. Hanya menempatkan Allah sebagai sesuatu yang absolut dan tempat manusia berlindung.

Pun demikian halnya dalam memperoleh rezeki yang halal lagi baik. Allahlah sumber rezeki dan hanya kepada Allah saja, setiap muslim mengharapkan rezeki melalui kerja kreatif dan inovatif. Alhasil, untuk membebaskan diri dari syirk, setiap muslim harus terus menerus mengasah dirinya sebagai insan yang tak pernah 'berselingkuh' dan 'bermaksiat' kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Hal kedua yang dapat menghalang setiap muslim dari ridha Allah SWT adalah durhaka kepada kedua orang tua, terutama ibu. Dalam khutbahnya, khatib menegaskan, ridha orang tua adalah ridha Allah. Untuk memperoleh keridhaan Allah, mesti diperoleh dulu keridhaan kedua orang tua.

Bersikap baik kepada kedua orang tua sesuai dengan ajaran agama yang dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW, berkaitan dengan akhlak, perilaku yang bermuara pada kualifikasi diri sebagai insan kamil.

Khatib mengangkat kasih klasih Al Qamah yang sering diungkap untuk menjelaskan bagaimana seharusnya berbuat baik kepada orang tua, khasnya kepada ibu.

Al Qamah, sahabat Rasulullah yang terkenal sebagai suami dan ayah yang baik, terkenal juga sebagai seorang yang sangat baik dalam pergaulan sosial, sekaligus ahli ibadah, mengalami masalah ketika menjelang wafat.

Penghalang Al Qamah melewati syakaratul maut adalah karena ibu kandungnya pernah sakit hati dengan sikapnya. Karena sakit hati, sang ibu tidak merasa mempunyai anak Al Qamah. Bahkan di hadapan Rasulullah Muhammad SAW, sang ibu menyatakan Al Qamah bukan seorang anak yang baik terhadap orang tua.

Mulanya sang ibu enggan memaafkan, sampai Rasulullah hendak memutuskan untuk membakar Al Qamah. Barulah sang ibu memaafkan dan ridha terhadap anaknya. Seketika Al Qamah melewati syakaratul maut.

Pendidikan akhlak yang terekam dalam kisah Al Qamah adalah bagaimana semestinya anak memperlakukan orang tua agar tidak durhaka. Karena kedurhakaan terhadap orang tua menghalangi terbukanya pintu keridhaan Allah.

Khatib memberi ilustrasi betapa pentingnya pendidikan akhlak, khususnya dalam pergaulan insaniah. Banyak anak yang begitu santun kepada para sahabatnya, tetapi tidak kepada ibunya. Tak sedikit mereka yang memperlakukan ibunya secara tidak wajar, bahkan memusuhi orang tuanya, terutama ibunya.

Tahta, harta, dan wanita telah sering menyeret seseorang menjadi sosok yang mengabaikan ibunya, dan tak pernah sadar, bagaimana ibu telah mengandungnya selama sembilan bulan, menyusuinya, dan mendidik –mengasuhnya.

Posisi ibu dalam islam sedemikian tinggi, karena ibu merupakan al madrasatul ula’ – ibu merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.  Muslim yang baik, adalah muslim yang selalu memperlakukan baik kedua orang tuanya, terutama ibunya.

Semakin baik seseorang memperlakukan ibunya, semakin baik akhlaknya. Termasuk hanya memberi nafkah kepada orang tua, terutama ibu hanya dengan rezeki yang halal lagi baik, sebagaimana rezeki sedemikian itu juga diberikan kepada anak dan isteri.

Penghalang ketiga bagi seorang muslim dalam meraih keridhaan Allah adalah lari dari perjuangan di jalan Allah. Antara lain membiarkan terjadi dan berlangsungnya kezaliman di lingkungan sosial masing-masing.

Kepekaan dan tanggungjawab sosial seorang muslim di lingkungan sosialnya masing-masing, merupakan bagian dari perjuangan di jalan Allah. Tidak terkecuali di dalamnya menegakkan amar ma’ruf nahyi mungkar dengan cara yang dipandu Allah, yaitu bil hikmah wal mauidzatul hasanah: dengan kearifan dan komunikasi yang baik.

Ketika khutbah berlangsung, seorang jamaah sempat terhuyung dan nyaris pingsan, dan segera ditangani panitia.

Suasana Idul Fitri di Jakarta, relatif berlangsung aman dan tenang. | JM Fadhillah

Editor : sem haesy
 
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 432
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1503
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1322
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 634
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 784
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 751
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya