Tertantang Kala Menghadapi Tantangan

| dilihat 3050

AKARPADINEWS.COM | "SAYA ini cuma anak desa asal Klaten (Jawa Tengah). Tetapi, bersyukur banyak diberi kesempatan dalam hidup,” kata Edi Priyanto merendah, mengawali perbicangan.

Senin sore (26/9), di tengah kesibukannya, Edi menyempatkan waktu untuk diwawancarai via telepon oleh Akarpadinews. Kala itu, Kepala Humas PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) itu kembali ke kantor setelah menunaikan tugasnya di lapangan.

Perbincangan bersama berlangsung hangat. Pria berkacamata, kelahiran 23 Oktober 1976 itu bercerita panjang lebar seputar perjalanan hidupnya yang "terdampar" di Pelindo III.

Di tahun 1998, Edy mengikuti seleksi yang digelar Pelindo III selama lima bulan dalam sistem manajemen keselamatan kerja. Kebetulan, bidang yang ditekuninya itu sesuai dengan disiplin ilmunya saat kuliahnya di Universitas Airlangga, Surabaya. Di kampus itu, Edi menempuh studi jurusan Keselamatan Kerja.

Saat itu, Edi harus bersaing dengan ribuan calon tenaga kerja yang mendaftar di Pelindo III. Dia bersyukur, karena menjadi salah satu dari 84 pendaftar yang diterima sebagai calon pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa Kepelabuhan itu. Edi mengikuti seleksi saat masih bekerja di sebuah perusahaan multinasional Jepang yang memproduksi air mineral.

Karirnya di Pelindo III, dimulai pada Mei 1999. Hingga Juli 2004, dipercaya menjadi personalia senior. Kemudian, sejak Agustus 2004-Agustus 2008, Edi dirotasi ke bagian operasional sebagai Savety, Quality, Enviroment Security Supervisor di Terminal Peti Kemas (anak usaha PT Pelindo III), Semarang, Jawa Tengah.

Selama empat tahun satu bulan menjabat suvervisor operasional, membuat Edi semakin matang di Pelindo III. Dan, di awal tahun 2009, dia dipromosikan menjadi Kepala Pemasaran di kantor Cabang Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Kini, Edi mulai memetik hasil kerja kerasnya dengan ditetapkan sebagai Kepala Humas PT Pelindo III sejak tahun 2011 hingga saat ini.

Sudah hampir 20 tahun, Edy mengabdikan diri di Pelindo III, yang memiliki peran penting bagi pertumbuhan ekonomi negara. Pelabuhan itu sangat vital karena menjadi gerbang keluar masuknya barang untuk menopang aktivitas perdagangan.

Dalam meniti karir, tentu ada tantangannya. Namun, baginya, justru tantangan yang dihadapi membuatnya lebih hidup. Baginya, tantangan adalah kesempatan. Dia pun bekerja tanpa mempertimbangkan keuntungan materi. "Dalam bekerja, materi bukan segalanya." Dia pun tidak begitu tergiur dengan jabatan. Edi sendiri pernah mendapat tawaran yang lebih bagus, baik dari sisi materi maupun jabatan.

Namun, baginya, ada yang lebih utama sejak dirinya berkarir di Pelindo III. Hal yang tidak bisa dilupakanya adalah selama di Pelindo III, dirinya banyak mendapatkan ilmu dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan kesempatan yang luas untuk meningkatkan karirnya. “Saya ditantang bagaimana untuk belajar hal baru,” ujar lulusan S2 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bank BPD Jateng, Semarang itu. 

Dan, tantangan itu yang membuatnya betah di Pelindo III. Dia pun menganggap, jabatan yang kini dipercayakan padanya sebagai pengalaman yang luar biasa. Dia tertantang untuk terus belajar menjadi seorang pemimpin. Baginya, kata kunci untuk menjadi pemimpin adalah kepercayaan (trust).

Seorang pemimpin harus dipercaya dulu oleh karyawan di bawahnya, dengan memberi contoh yang baik, mulai dari sikap dan perilakunya yang diterapkan dengan kerja-kerja yang profesional. Contoh yang baik itu sangat penting bagi Edi. Dengan adanya kepercayaan, maka seorang pemimpin akan mampu membentuk tim yang solid yang bersama-sama mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Dalam mengorganisir urusan di bidang kehumasan, tugas utama yang cukup menantang baginya adalah menjadi penghubung antara manajemen dengan masyarakat, dan media. Misalnya, saat mengkomunikasikan informasi dari perusahaan yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. "Kami tidak jualan produk, kami ini membantu memfasilitasi,” ungkapnya.

Tak bisa dipungkiri, selama menjalani tugas itu, Edi sering dihadapi kendala lantaran sistem mulai dibentuk dan belum ada komunikasi dengan masyarakat sehingga rentan menimbulkan konflik. Misalnya, terkait rencana penggusuran, di mana ada saja pihak-pihak tertentu yang berupaya memanfaatkan situasi untuk kepentingan tertentu. 

Meski dihadapi tantangan, Edi menyakini, “Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan.” Lantas, dia menggarisbawahi, yang terpenting dalam menghadapi tantangan dalam bekerja adalah perlunya strategi dan formulasi yang tepat.

Dalam kesempatan itu, Edi juga berbicara tentang transformasi di Pelindo III yang akan berulang tahun ke-24 pada 1 Desember 2016. Transformasi dilakukan Pelindo III sejak tahun 2010, sejalan dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran.

Transformasi menuntut Pelindo III menerapkan manajemen yang lebih modern guna meningkatkan nilai tambah yang signifikan. Hasilnya, kata Edi, pertumbuhan dari tahun ke tahun terus meningkat signifikan, bahkan Pelinddo III bisa berinvestasi.

Pelindo III juga turut membangun terminal penumpang yang setara dengan bandara internasional, termasuk fasilitas penggunaan garbarata. Tujuannya, agar masyarakat mendapatkan kenyamanan saat menumpangi kapal laut, tanpa harus mengeluarkan biaya besar. “Memberikan kenyamanan pada penumpang itu yang utama."

Harus diakui, perubahan yang menonjol terlihat di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Inovasi sistem polder dan drainase dengan konsep Belanda, mampu mengatasi air limpahan saat laut pasang. Dengan begitu, Pelabuhan Tanjung Emas terbebas dari terjangan banjir rob.

Selain itu, terminal penumpang di pelabuhan bagian Indonesia Timur akan dimodernisasikan, melakukan pembenahan sistem, dengan harapan meningkatkan pelayanan dan kenyamanan penumpang kapal laut. Langkah tersebut dimulai dari Lombok, Kalimantan dan Maumere. “Kita tidak sekadar bicara bisnis, komersil, tetapi memperhatikan fasilitas yang nyaman. Fungsi BUMN tidak komersial, tapi lebih pada public service.

Ikhtiar untuk terus belajar, berkembang, dan bermanfaat bagi banyak orang menjadi tujuan hidup Edi. Karenanya, dia tidak hanya dipercaya sebagai salah satu pimpinan di Pelindo III. Namun, Edi juga dipercaya menjadi Ketua Rukun Tetangga (RT) di lingkungan rumahnya.   

Di saat bercerita perjalanan karirnya yang dipacu oleh tantangan, tiba-tiba Edi diingatkan akan satu hal penting yang tidak bisa dilupakan, yaitu keluarga di masa kini dan masa lalunya.

Karenanya, keberhasilan dalam meniti karir, tidak terlepas dari peran keluarga. Edi pun sejenak terdiam sebelum menjelaskan orang-orang yang menginspirasinya. “Bapak saya guru SD yang pekerja keras. Dia mengajarkan bekerja untuk memberi manfaat.” Edi mengenang sang ayah yang telah memberikan banyak nilai, paham, dan ajaran yang memotivasinya dalam menjalani hidup.

Sedangkan di masa kini, dia mengakui peran besar isterinya, Endah Irmayanti dan dua anaknya. “Keluarga saya memahami, tidak setiap saat saya ada. Komitmen kuncinya,” tutur ayah dari Fella Sifa Ashilah dan Haikal Atha Fahreza.

Edi mengakui jika target kerja yang dibebankannya tidak main-main. Namun, dia selalu dapat menyelesaikannya, sambil merilekskan diri dengan menikmati kehangatan keluarga dan menjalankan hobinya merawat tanaman. Hobi itu dia tekuni sebagai cara melakukan relaksasi. Bahkan, sesekali memunculkan inspirasi.   

Dan, Edi tak lupa untuk selalu mensyukuri nikmat Tuhan kepadanya, termasuk menikmati hidup yang penuh tantangan dan kesempatan. Dengan cara begitu, Edi selalu siap menghadapi tantangan baru. "Tuhan luar biasa bagi kehidupan saya,” tutupnya.

Ratu Selvi Agnesia

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 167
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 338
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 364
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 333
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Energi & Tambang