Su Mengubah Nasib dengan Durian

| dilihat 1183

HIDUP laksana perjalanan. Dari titik nol ke titik nol. Karena itulah, keberadaan manusia di atas dunia fana ini, sering diibaratkan laksana musafir.

Dalam menjalani kiprah hidup yang amat sementara, itulah manusia harus berbuat sesuatu. Menabung kebajikan dan kesabaran.

Nasihat inilah yang selalu dipegang Sulaiha, 47, yang biasa dipanggil Su, dalam menjalani hidupnya. Ibu tiga puteri yang berasal dari Seremban, Negeri Sembilan, ini konsisten menjalani nasihat itu.

“Alhamdulillah, dengan menjalani kehidupan seperti itu, hidup selalu indah”, tutur penjual durian di kawasan Sepang, Malaysia, ini.

Sebagai pedagang durian kampung -- yang tak pernah henti dilakukannya sepanjang tahun -- Su yang mengaku para datuknya berasal dari Padang Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia, ini menjalani hidup dengan sukacita.

“Enjoy lah. Tak harus berlebihan”, katanya.

Artinya, bagi Su, hidup harus dijalani. Bukan untuk dikeluhkan. Dia bersyukur, dari pendapatannya berdagang durian di pinggir jalan, keperluan hidupnya bisa terpenuhi. Suaminya berdagang durian di tempat lain. Juga di tepi jalan.

Dengan dua buah mini bus yang dibawanya masing-masing, Su dan suaminya mengangkut durian ke tempatnya berjualan, masing-masing.

“Saya bersyukur, karena di sini, durian tak kenal musim. Durian Seremban habis, akan datang durian Johor. Durian Johor habis, durian Kelantan tiba”, ujarnya. Penghasilan suami isteri ini dari berjualan durian, mencapai 400 Ringgit Malaysia (RM), atau setara Rp1.600.000,- per hari, dengan keuntungan rata-rata perhari RM100 atau Rp350.000,-.

Jadi, rata-rata perbulan Su bisa menabung RM3.000 atau setara dengan Rp10,5 juta. Dua kali lebih besar dibandingkan dengan upah bekerja di kilang (pabrik).

“Saya dan suami bisa memiliki rumah dengan sedikit ladang, dua kereta (mobil) niaga, satu kereta (mobil) keluarga, dan membiayai anak-anak”, ungkapnya.

Belakangan hari, ia bersukacita, karena pemerintah Malaysia berulang kali menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik, serta memperluas kemudahan memperoleh modal berdagang. Kebijakan itu memungkinkan Su dan suaminya lebih bisa berhemat dan menabung.

“Insyaallah, anak sulung saya, tahun ini selesai studi di di Universiti Putera Malaysia di Bangi. Dia ingin melanjutkan studi ke London”, ujarnya.

Itulah yang memotivasi Su menambah waktu berjualan, dari semula hanya pada pukul 12.00 sampai pukul 16.00, kini ia berjualan dari pukul 12.00 hingga pukul 18.00 waktu setempat.

Memotivasi dan mendorong anak untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi, dilakukan Su dan suaminya tanpa henti. Dengan jalan memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya, ungkap Su, ia ingin mengubah nasib. Mewujudkan mimpinya membuka industri pengolahan durian menjadi lengko, dan aneka panganan.

Itulah sebabnya, mengapa dia dan suaminya memotivasi anaknya mengambil studi industri pengolahan hasil perkebunan.

Kedua anaknya yang lain masih sekolah di pendidikan dasar menengah pada Sekolah Kebangsaan Malaysia. “Nampaknya, anak tengah dan anak bungsu saya lebih berminat studi manajemen dan teknologi”, ujarnya.

Bagi Su pendidikan anak merupakan faktor yang utama yang menjadi prioritasnya.

“Dengan pendidikan yang baik, saya berharap anak-anak saya dapat menjalani hidup lebih baik. Supaya saya dan suami dapat sukacita melanjutkan perjalanan kelak ke hadapan Allah”, ungkapnya sambil mengekspresikan keceriaan hidup yang optimistis. Dengan durian dan pendidikan anak-anaknya, Su menatap masa depannya.. | N. Syamsuddin Ch. Haesy

Editor : sem haesy
 
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 516
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1602
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1390
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 219
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 312
Cara Iran Menempeleng Israel
Selanjutnya