Sejumput Ihwal Ibu Negara

| dilihat 635

Catatan Cingé Zaidan

Salah satu pertimbangan saya dalam menentukan pilihan dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI 2024-2025 adalah pertanyaan sederhana: siapa yang akan menjadi Ibu Negara? Bagi saya, pertanyaan ini, penting maknanya.

Meski Ibu Negara tidak diatur secara khas dalam konstitusi dan bukan merupakan bagian dari lembaga kepresidenan, namun melekat pada sosok pribadi Presiden dan Wakil Presiden.

Di Amerika Serikat (AS), yang sering menjadi rujukan, peran Ibu Negara sebagai pasangan Presiden diformalkan. Terutama, karena Gedung Putih merupakan tempat tinggal dan kantor Presiden, sehingga pelayanan publik melekat pada peran tersebut. Tanpa kecuali, peran dalam seremoni formal kenegaraan.

Gelar Ibu Negara sendiri mengemuka, ketika George Washington terpilih sebagai Presiden AS pertama - bersama wakilnya John Adams. Kala itu, masyarakat AS yang masih mendalami budaya aristokrasi Inggris, menyebut dengan penghormatan, Martha - istri George Washington sebagai "Lady Washington." Lantas disebut sebagai 'First Lady.'

Yang menarik adalah ketika Thomas Jefferson terpilih sebagai Presiden AS ketiga - dalam status sebagai duda. Kala itu yang memainkan peran sebagai Ibu Negara adalah Dolley Madison - istri Menteri Luar Negeri / Sekretaris Negara. Dolley terus menjalankan fungsinya sebagai Ibu Negara, ketika suaminya, James Madison terpilih sebagai Presiden AS ke 4.

Mrs. President

Dolley sangat terkenal dengan aksi taktisnya dengan 'makan malam' yang terkenal dan mampu menjadi telangkai dalam menciptakan harmoni melalui istri para politisi lawan politik suaminya. Aksi yang dilakukannya tetap dalam wilayah domestik dan seremonial Kepresidenan. Tidak melampaui batas-batas sosial politik.

James dan Dolley Madison dikenal sebagai pasangan suami istri teladan bagi rakyat AS. Presiden AS ke 12 - Zachary Taylor, menyebut Dolley Madison sebagai "ibu negara di negeri kita," pada upacara pemakamannya, 1848.

Inilah yang lantas memantik penggunaan istilah Ibu Negara pertama kali oleh surat kabar Leslie’s Illustrated, kala Harriet Lane - mesti memainkan peran seremonial bagi pamannya, James Buchanan -- yang masih bujangan -- terpilih sebagai Presiden AS ke 15.

Kala John Fitzgerald Kennedy terpilih sebagai Presiden AS ke 35, istrinya Jacqueline (Jacky) Kennedy memberi aksentuasi atas gelar Ibu Negara dengan sebutan "Mrs. President."  

Sebutan itu terus melekat pada istri siapa saja yang terpilih sebagai Presiden, dan yang sohor, antara lain Hillary Clinton - istri Bill Clinton, Presiden AS ke 42 dan Michelle Obama - istri Barack Obama, Presiden AS ke 44.

Kharisma Persona

Hillary dan Michelle memainkan peran sebagai Ibu Negara dengan kapasitas dan kualitas diri yang prima. Hillary, belakangan bahkan memainkan peran sebagai Menteri Luar Negeri / Sekretaris Negara dan kandidat Presiden AS yang bertarung dengan Donald Trump.

Michelle yang sebelumnya dikenal sebagai pengacara dan penulis, menginisiasi aksi "Let's Move" (2010) yang mempertemukan tokoh masyarakat, pendidik, profesional medis, orang tua, dan pihak lain dalam upaya nasional mengatasi tantangan obesitas pada masa kanak-kanak.

Bersama Jill Biden, Michelle menginisiasi program "Joining Forces" (2011), suatu inisiatif nasional yang menyerukan semua orang Amerika, khasnya anggota militer, veteran, dan keluarga mereka untuk bersatu melalui program kesehatan, pendidikan, dan peluang kerja untuk memastikan mereka dan keluarga memiliki perangkat yang mereka butuhkan untuk sukses sepanjang hidup mereka. Jill seorang guru, istri Joe (Joseph Robinette) Biden, Wakil Presiden AS bagi Presiden AS Obama -- kini Presiden AS ke 46.

Michelle juga menginisiasi dan meluncurkan 'Reach Higher Initiative,' (2014) suatu upaya untuk menginspirasi kaum muda di seluruh Amerika mengambil alih masa depan dengan menyelesaikan pendidikan setelah jenjang sekolah menengah atas, baik di program pelatihan profesional, community college, maupun empat tahun studi di Perguruan Tinggi / universitas.

Sebagai Ibu Negara, Michelle memilih jalan membantu program peningkatan kualitas modal insan (human capital dan human investment) yang membantu Presiden - Wakil Presiden memenuhi janji politik dan gagasan-gagasan yang ditawarkan para suami mereka kala kampanye.

Benteng Keluarga

Di Indonesia kita mengenal Ibu Negara Fatmawati Soekarno, Tien Soeharto, Ainun Habibie, Sinta Nuriah Abdurrahman Wahid, dan Ani Bambang Yudhoyono dengan kapasitas dan kualitas (pemikiran dan persona) dengan fungsi sosial yang mengemuka. Mereka memainkan peran sungguh sebagai ibu dengan karisma dan sikap yang menguatkan citra eksistensi ibu. Adanya menggenapkan dan tiadanya mengganjilkan.

Kini, menjelang Pemilihan Presiden - Wakil Presiden 2024 - 2029, kita berpeluang menilai empat perempuan dengan pesona persona ibu, masing-masing Ferry Farhati Ganis (istri Anies Rasyid Baswedan), Siti Atiqoh Suprianti (istri Ganjar Pranowo), Rustini Murtadho (istri Muhaimin Iskandar), dan Zaizatun Nihayati (istri Mahfud MD).

Ferry dan Atiqoh sama-sama lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan menemukan jodohnya di kampus. Akan halnya Muhaimin Iskandar yang lulusan UGM menemukan jodohnya di organisasi ekstra universiter PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Rustini kuliah di IAIN Sunan Kalijaga. Mahfud MD menemukan jodohnya di kampus UII (Universitas Islam Indonesia) dan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Selama ini, keempat perempuan tangguh ini mempunyai pengalaman yang relatif sama sebagai ibu rumah tangga

Ferry yang berlatar ilmu Psikologi dan ambil peduli pada parenting. Ia lulus program pasca jurusan Applied Family and Child Studies di Northern Illinois University - Amerika Serikat. Atiqoh yang berlatar ilmu pertanian, lulus program pasca di Tokyo University jurusan Public Policy, dan sempat menjadi ASN (aparatur Sipil Negara) di Pemprov DKI Jakarta. Keduanya berpengalaman sebagai pemimpin di lingkungan organisasi yang terkait dengan posisi para suaminya sebagai Gubernur. Rustini dan Zaizatun sama menjadi aktivis ketika mahasiswa. Keduanya menjadi pendamping setia para suami yang aktif sebagai politisi, wakil rakyat, dan menteri dengan segala persoalan yang menyertainya.

Keempat perempuan ini, sama berhasil memainkan peran sebagai istri dan ibu. Ferry berhasil mendidik anak-anaknya (Mutiara Annisa Baswedan, Mikail Azizi Baswedan, Kaisar Hakam Baswedan dan Ismail Hakim Baswedan). Atiqoh berhasil mendidik putera tunggalnya (Muhammad Zinedine Alam Ganjar). Rustini berhasil mendidik tiga anak-anaknya (Mega Safira, Egalita Az Zahra, dan Rahma Arifa). Zaizatun berhasil mendidik putera puterinya (Mohammad Ikhwan Zein, Vina Amalia, Royhan Akbar).

Keempat perempuan ini, juga berhasil memainkan peran sebagai al madrasatul ula' - pendidik utama anak-anak mereka yang berkiprah tak hanya di kancah nasional, tetapi juga internasional. Sekaligus berhasil memainkan peran sebagai benteng keluarga. Sekaligus memandu minda anak-anak mereka yang mandiri dan tak menggantungkan diri pada status dan posisi ayah mereka.

Andap Asor

Alhasil, keempat perempuan hebat ini, mempunyai kapasitas dan kualitas sebagai Ibu Negara, dan selama ini dikenal sebagai istri dengan minda dan sikap jelas, 'berjarak' dengan wewenang suaminya masing-masing. Mereka mempunyai integritas yang menguatkan peran, tugas, dan fungsi utama para suami mereka.

Saya membayangkan, Ferry Farhati dan Rustini, serta Atiqoh dan Zaizatun, masing-masing akan memperkuat pencapaian visi - misi yang ditawarkan para suami mereka. Baik dalam penguatan masyarakat adat, pendidikan perempuan - anak dan keluarga, kesehatan lingkungan dan kesehatan keluarga, juga tentang lingkungan hidup (alam dan sosial). Khasnya ketahanan keluarga.

Melihat kiprah para suaminya selama ini, keempatnya terbayangkan mempunyai kepribadian yang kokoh dalam menghadapi berbagai hal yang menjadi sorotan dan sasaran kritik khalayak. Apalagi kini, di tengah arus besar tsunami informasi, singularitas, dan politik 'tabrak lari' media sosial yang sering dilakukan oleh para buzzer bayaran.

Selama masa kampanye Pilpres 2024-2029, mereka -- bersama anak-anaknya -- nampak memainkan peran yang tak kecil, dengan cara masing-masing. Yang menyejukkan adalah hubungan personal keempatnya mengalir dalam silaturahmi yang menyejukkan. Pun demikian halnya dengan anak-anak mereka. Termasuk dengan putera Prabowo Subianto (Didit Hediprasetyo). Didit yang desainer busana Indonesia berkaliber internasional, bahkan merancang salah satu busana ketika Mutiara Baswedan menikah.

Ketika melihat kontestasi dan kompetisi politik para Capres - Cawapres sering berada dalam situasi 'tegangan tinggi,' anak-anak mereka justru menghadirkan interaksi yang dilandasi sikap etik andap asor.

Pada sesi Debat Capres terakhir, nampak para perempuan ini menghadirkan situasi dan suasana yang menyejukkan. Termasuk saat berinteraksi dengan Puan Maharani (puteri Megawati Soekarnoputri) dan Yeni Wahid (puteri Abdurrahman Wahid). Pesona persona mereka, khasnya Ferry, Atiqoh, Rustini, dan Zaizatun, dapat menjadi faktor yang menguatkan pilihan pada saat pemungutan suara 14 Februari 2024. |

Editor : delanova | Sumber : berbagai sumber
 
Energi & Tambang
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1196
Rumput Tetangga
Selanjutnya