Sang Pangerang Semayam di Tanah Cawandatu Batara Guru

| dilihat 1078

N. Syamsuddin Ch. HAESY

Kabar yang disampaikan Amran Razak dan Sawedi Muhammad, guru besar dan dosen di Universitas Hasanuddin (UNHAS), Kamis - 10 Desember 2020, itu mengejutkan.

"Sahabat kita telah berpulang," tulis Amran Razak, guru besar ilmu kesehatan masyarakat UNHAS itu, disertai satu mini flyer ucapan dukacita Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, dan potret diri mendiang.

"Sedih.. kita kehilangan Opu Gondrong, Bang..," tulis Sawedi, sosiolog UNHAS.

Ya.. Kamis, kemarin, Opu Andi Yayath Pangerang, budayawan dan aktivis lingkungan dari Luwu Timur, Sulawesi Selatan, wafat dan dimakamkan di Malili, ibukota Luwu Timur.

Mantan aktivis kampus dari Universitas Hasanuddin yang kembali ke kampung halamannya di Malili dan kemudian menikah dengan Dewi, gadis Kolaka Utara, dan dikaruniai tiga anak itu sangat karib memang punya posisi tersendiri di hati saya.

Dia sahabat laiknya adik yang dalam banyak hal amat paham jalan pikiran dan sikap saya, dan sama berpandangan, melepaskan diri dari berbagai atribut dan status sosial.

Kami sama berpandangan, hidup merupakan proses panjang pembelajaran dan ilmu pengetahuan harus dipelajari seluas-luasnya sebagai bagian integral dari kebudayaan.

Kami sama berkesenian tanpa harus menyandang predikat seniman, sama berpuisi dan tak berani menyebut diri sebagai penyair, karena posisi penyair dan kepenyairan sedemikian khas dalam konstelasi kehidupan manusia. Sampai para pemumpun firman Allah dalam al Qur'an mesti menabalkan salah satu surah dengan tajuk Penyair, As Syu'ara. Bahkan, Rasulullah Muhammad SAW memberikan aksentuasi khas tentang penyair dan kaitannya dengan hikmah di balik puisi. Termasuk kemampuan penyair menempatkan posisi aksara dan kata dalam kisi kefasihan tertentu dalam konteks panduan ilahiyah interaksi antar manusia, 'bil hikmah wal mauidzah hasanah.'

Di kampung halamannya, selain menjadi konsultan corporate social responsibility berbasis community development Inco, perusahaan pertambangan nikel Kanada + Jepang, ia juga aktif menginisiasi lembaga swadaya masyarakat yang concern pada lingkungan hidup (fisik dan sosial). Sekaligus memfasilitasi dan menggerakkan kesadaran kolektif anak-anak muda peminat dan pekerja seni, menggali dan mengembangkan seni dan budaya warisan Kedatuan Luwu. Termasuk menafsir ulang ihwal Batara Guru, Saweri Gading dan Ilagaligo.

Allahyarham dan 'adik-adik' lain: Sawaludin - salah seorang pemangku adat Cere'kang, dan Andi Zulkarnain, berkali-kali mengundang saya ke Malili, Sorowako, dan Nuha untuk menggali dan mengembangkan kecerdasan dan kearifan budaya lokal. Termasuk merumuskan berbagai solusi dalam mengatasi berbagai persoalan, termasuk friksi antara warga masyarakat sekitar situs tambang dengan perusahaan tambang.

Bersama Sawedi Muhammad, Edi Permadi (kini Direktur perusahaan tambang emas di Sulawesi Utara dan Pahang - Malaysia), Rizal Kasli (kini Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia), Abdul Rasyid Idris (penggiat literasi dan penyair yang menggerakkan potensi literasi guru untuk menulis berbagai nilai kearifan lokal dan menerbitkan buku ajar muatan lokal), Batara, Mahendra dan lain-lain merumuskan berbagai aksi penyelarasan orientasi perusahaan tambang, pemerintah kabupaten, dan masyarakat sekitar tambang.

Bersama Ahmad Fauzie - guru besar ekonomi sumberdaya IPB - dan Suzy Anna - guru besar ekonomi kelautan UNPAD (kini juga Direktur Pusat Studi SDG's UNPAD) menginisiasi pemikiran dan gagasan transformasi dari Corporate Social Responsibility menjadi Corporate Resources Respinsibility, tanggungjawab perusahaan terhadap sumberdaya alam dan Corporate Culture Responsibility (CCR), tanggungjawab perusahaan terhadap budaya.

Allahyarham menulis buku bertajuk Daulat Rakyat (2000-an awal) dan meminta saya menulis pengantar, yang disebutnya mula kalam.

Hubungan allahyarham dengan Sawedi dan saya, kemudian berkembang menjadi hubungan emosional, sehingga laiknya saudara dekat. Allahyarham seorang yang kritis, bahkan kepada pamannya sendiri, Opu Andi Hatta ketika menjabat Bupati Luwu Timur.

Saya mengenal Yayath pertama kali, ketika memimpin Nusa Sentra (2000-2003), yang merupakan alih rupa dari ISDT yang sebelumnya didirikan oleh Allahyarham Nurchalis Majid, Rahardjo Tjakraningrat, Taufik Ahmad, Buya Edwin, dan lain-lain.

Bersama Yos Sutan Yusuf, Surachman, Syafruddin Djosan, dan allahyarham kami melakukan sejumlah studi budaya politik. Allahyarham kemudian pamit pulang ke Malili dan menetap di sana sampai akhir hayat. Ia, kemudian mendirikan Nusa Celebes Centre.

Dari Nusa Sentra ini, terbit beberapa buku saya: Sangkakala Padjadjaran (bersama allahyarham Setia Hidayat - Aki Beunteur), Memancing Kebajikan, Yojana, dan buku kumpulan puisi Bulan Selesma. Beberapa buku, juga saya tulis pada masa ini, dan kemudian (setelah melalui berbagai revisi) diterbitkan pada tahun 2010 (Cawandatu - yang terkait langsung dengan Luwu, Platinum Track, dan Indigostar) oleh poenerbit Salam Madani - Bandung, dengan editor Bambang Trim.

Allahyarham, sebagaimana Sawedi, Surachman, dan Djosan selalu ada dalam keadaan susah dan senang. Allahyarham yang tak pernah henti memantik semangat, setiap kali kami mulai lelah.

"Di setiap langkah harus ada tujuan. Di setiap nafas, ada kehidupan. Di setiap harapan ada kepastian. Di setiap do'a ada jawaban. Jangan berhenti bergerak," ungkap allahyarham berulang kali.

Allahyarham, pada sekitar tahun 2012 sudah memprediksi akan terjadinya penguasaan tambang nikel dan pasir besi di wilayah Kabupaten Morowali yang berbatasan dengan Luwuk Timur akan dikuasai penambang dari China.

Terakhir bertemu fisik dengan Allahyaram, sambil menyantap ikan bakar di Lampia - tepian Laut Bone, Allahyarham bicara tentang berbagai kemungkinan persoalan yang akan muncul dengan masuknya investasi China di Morowali.

Dia juga memprediksi perubahan yang akan terjadi pada Inco. Ketika saham mayoritas Inco dibeli Vale Tbk dan terjadi berbagai perubahan dalam perusahaan yang menguasai pertambangan nikel, itu dia menelepon saya..

"Teman-teman dan saya akan berjuang, ada ada kepemilikan rakyat Luwu Timur di Vale. Ini penting untuk menyelamatkan budaya lokal, termasuk formasi keberadaan karyawan lokal dan nasional di perusahaan penambangan ini," ungkapnya. "Tolong abang buatkan dasar pemikirannya," sambungnya.

Lalu dia merekam percakapan kami dan mengirimkan transkripnya.

Ketika berjumpa di Jakarta bersama bung Amran Razak, beberapa bulan kemudian, (2014) kami diskusikan lagi. Lantas tak berlanjut.

Juli 2020 allahyarham menelepon saya, dan mengabarkan lagi sikapnya tentang divestasi saham Vale. Dia mengungkapkan, siapapun yang menjadi Bupati di Luwu Timur, harus gigih memperjuangkan aspirasi rakyat tentang kepemilikan saham rakyat di Vale, melalui BUMD (Badan Usaha Milik Daerah).

Allahyarham mengatakan, dia konsisten mendesak hal itu, dan BUMD harus memainkan peran langsung, karena proses divestasi saham, murni urusan bussines to bussines (B to B). Terutama, karena Kabupaten Luwu Timur mempunyai dua BUMD yang terkait, yakni PT Bumi Timur Mining dan PT Timur Investama. Menurutnya, Pemerintah Kabupten Luwu Timur wajib menghidupkan BUMD, terkait dengan reinventing government.

Oktober 2020 lalu, tetiba allahyarham menelepon saya. Dari suaranya, terkesan, dia menelepon dalam sukacita. Dia cerita tentang seorang novelis, Idwar Anwar, yang menulis kisah perjuangan Opu Daéng Risaju, pejuang perempuan dari Luwu -- yang bersama Andi Djemma' dianugerahkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah.

"Tuturannya keren, kita terbawa ke jagad ruang waktu ketika Opu Daéng Risaju berjuang, termasuk bagaimana beliau melepas seluruh atributnya sebagai bangsawan dari Kedatuan Luwu," ceritanya.

Ketika Nopember 2020, pas hari kelahiran saya, dia menelepon dinihari, mengucapkan selamat. dan do'a. "Abang yang sehat.. Saya, Dewi, dan anak-anak rindu.. Kapan kita berpuisi dan berdiskusi panjang di antara pohon déngén lagi di tepian Matano," ujarnya. Tawanya lepas seperti biasa. "Kita bercerita lagi tentang Sawerigading yang canggung ketika pulang kampung," lanjutnya.

Allahyarham juga mengomentari dialog saya denga Sawedi di Salam Radio. "Abang dan Sawedi itu selalu mengganggu. Memantik saya selalu menjadi aktivis, lupa kalau sudah tua..," cetusnya.

Dia tertawa, ketika saya singgung gagasannya tentang Provinsi Luwu Raya yang tak pernah bisa meyakinkan saya.

Allahyarham memang konsisten memperjuangkan gagasan - gagasannya, meski terkesan persisten. Putera Andi Hamzah Pangerang - salah seorang pejuang Luwu dan Hj. Andi Nurmy, ini menikah dengan Ratu Dewi Lukman Wahab dan dikaruniai putra-putri: Deraya Meuthia Toja, Panduaji Warani Paoladeceng, dan Bebi.

Selamat jalan adinda. InsyaAllah husnul khatimah. Kebaikan yang banyak kau tebar, kelak akan tersemai menjadi kebajikan yang abadi.. Do'a anak-anak saleh dan amalmu dari Tanah Cawandatu Batara Guru akan terus tersambungkan denganmu.  |

Editor : Web Administrator
 
Energi & Tambang
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 937
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1168
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1429
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1577
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya