Sadaf Taherian Sang Pemberontak

| dilihat 1953

SADAF Taherian bukan gadis biasa. Gadis kelahiran 21 Juli 1988, itu seorang bintang di Republik Islam Iran. Tinggi ramping, tapi tak gemulai. Matanya tajam, mengekspresikan jiwa dan kepribadiannya yang teguh. Tiga tahun lalu (2015) bintang yang sedang berkilau di jagad dunia film Iran, itu membuat heboh.

Taheri memposting dirinya tak berhijab alias tak berkerudung lewat akun Facebook dan Instagram-nya. Media lokal merespon dan gencar membuli gadis berambut coklat ini dengan bola mata light brown.

Dia telah melanggar undang-undang yang mewajibkan setiap perempuan Iran, khasnya yang muslimah mesti mengenakan kerudung atau hijab, menutupi auratnya.

Khalayak dan politisi Iran marah besar. Semua terpancing oleh ulah Sadaf yang sengaja memposting fotonya yang tak berhijab, itu sebagai aksi protes atas undang-undang berhijab yang memang ketat.

Taheri bergeming menghadapi beragam serangan dan hujatan. Dia keukeuh dengan sikapnya dan terus melakukan aksi memposting foto tak berhijabnya di akun media sosialnya. Dia mengatakan, dirinya tetap muslimah, dan dia tak bersetuju dengan undang-undang yang terlalu kuat itu. Terutama, karena soal hijab atau kerudung dalam konteks aurat, berjuta pandangan bisa terjadi.

“Saya tetap muslimah, meskipun saya tak berkerudung,” cetusnya.

Pemerintah bertahan dengan penegakkan undang-undang untuk menjamin pemberlakuan hukum yang adil kepada saja, tak peduli pada figur prominen. Tak seperti yang berlaku di Kerajaan Saudi Arabia, hukum hanya berlaku bagi masyarakat awam, namun perempuan di lingkungan kerajaan bebas tak berhijab ketika mereka berada di luar negeri atau nampak di akun media sosial mereka.

Para politik Iran mendesak pemerintah memberikan sanksi hukum kepada Taheri, yang mereka anggap ‘tak bermoral,’ itu. Dan, Kementerian Kebudayaan Iran mengambil tindakan, mencabut lisensi Taheri dalam siaran televisi dan merutuk foto-foto Taheri di akun media sosialnya itu. 

Undang-undang yang diundangkan tahun 1979, itu sudah berlaku, hampir sedasawarsa sebelum Taheri lahir. Dan Taheri akhirnya tersentak, ketika hukuman ditimpakan kepadanya, karena dia tak bisa berkarir di dunia model dan entertainment yang menjadi dunianya.

“Saya kuatir dan (sempat) gugup ketika tahu bagaimana orang-orang dan politisi bereaksi atas foto-foto saya. Saya tak sanggup menerima cemooh dari masyarakat sendiri, dari saudara-saudara saya sendiri, orang-orang Iran,” keluhnya pada Voice of Amerika, siaran khas bahasa Persia.

Taheri tak habis fikir. Mengapa mesti mereka yang merasa prihatin terhadap aksi yang dia lakukan, karena yang sesungguhnya, apa yang dia lakukan mewakili keprihatinan banyak perepuan (terutama gadis-gadis) terhadap pemberlakuan undang-undang tentang hijab yang keras itu.

“Mereka menista saya hanya karena foto-foto itu,” keluhnya. Taheri mengatakan selama ini dia berkerudung dalam kehidupan sehari-hari di luar rumah. Dia mengenakan hijab dan kerudung di seluruh progrrama siaran televisi dan film yang menuntut saya mengenakannya, karena saya cinta karir saya, dan saya cinta tanah air saya,” ungkapnya.

Dia tak bereaksi, ketika dikatakan kepadanya, hukum yang ketat tentang kerudung, itu untuk mencegah agar para gadis dan perempuan Iran pada umumnya, tak menjadi korban pelecehan seksual, akibat mempertontonkan sensualita.

Situasi ini mengusik Taheri. “Saya ingin tinggal di suatu tempat dan hidup dengan cara yang membuat saya bahagia.”

Berkarir sebagai aktris, rawan menghadapi situasi dan keadaan perempuan menjadi obyek pelecehan seksual. Tapi, soal itu sempat mengganggu fikirannya.

“Itu mengganggu saya, ketika saya berakting dan sutradara mengarahkan saya berakting sesuai dengan permintaan cerita,” ujarnya.

Gadis berambut coklat ini memang tak mengabaikan fakta, ada seorang sutradara yang membisikkan rayuannya, setelah menyaksikan dia berakting. Lantas menggantung lima sampai enam kontrak, sampai dia mau memenuhi permintaan,  hidup bersamanya selama enam bulan.

Taheri tak melawan. Dia meninggalkan Iran, tanah airnya sendiri, karena Kementerian Kebudayaan membatalkan izin kerjanya. Dia hijrah ke Dubai, gerbang dunia di jazirah Arabia, yang tak memberlakukan ketat hukum tentang hijab.

Di Uni Emirat Arab yang nampak berambisi menjadi pusat ‘peradaban baru’ setara Barat di jazirah Arabia. Ia berjuang menunjukkan kepada pengecamnya dan para penggemarnya, lewat Dubai dia kan menembus jalan baru menapaki panggung glamoritas dunia.

Bintang yang menciptakan cahaya popularitasnya lewat film Chekame Chaman-Mah, sehingga sering dipanggil Miss Chaman Mah – karakter yang diperaninya, itu memang menolak ‘bertobat,’ untuk memperoleh pengampunan dan memperoleh kembali izin kerjanya.

Pemerintah, memerintahkan stasiun penyelenggara siaran televisi, menghentikan beberapa film Taheri yang sedang populer dan naik peringatnya, antara lain serial bertajuk Amin.

“Dia bukan lagi aktris dan tidak mempunyai hak untuk menunjukkan kemampuan akting-nya di kancah perfilman Iran,” ujar Hossein Noushabadi, juru bicara Kementerian Kebudayaan Iran.

"Dia akan memperoleh kembali izin kerjanya, setelah meminta maaf kepada rakyat Iran dan mengumumkan secara terbuka, bahwa alasan di balik penerbitan foto mereka di media sosial adalah karena mereka menderita, kurang mendapat apresiasi, dan memiliki kompleksitas psikologis secara pribadi."

Kepada Kantor Berita Fars, Noushabandi mengatakan, "Kami tidak bertindak sebagaimana jaksa penuntut umum bertindak. Kami tidak tahu bagaimana instansi pemerintah lain mungkin berurusan dengannya, tetapi yang pasti, mereka akan dipandang sebagai pelanggar hukum, saat nanti kembali ke negara ini."

Taheri, agaknya tak peduli lagi soal itu. Kini dia terus melenggang di karir dunianya. Dia menikmati gemerlap yang diimpikannya dengan menjadi model. Dia bebas berpose dan berakting sesuka hatinya, sambil menikmati kemewahan di Paris, Nice, Milan, dan di belahan dunia lain, tempat mimpi dunia menemukan tempatnya.

Taheri gencar memposting foto-foto dan videonya kini, kala dia telah menjadi supermodel yang dikagumi para fansnya di berbagai belahan dunia. Kesengajaan itu, diikuti banyak gadis Iran melakukan hal yang sama.

Pemerintah tak tinggal diam. Media Barat mengabarkan, pemerintah tak tinggal diam, mereka melakukan razia kepada para gadis Iran yang sengaja memposting foto-foto mereka melalui media sosial yang melanggar undang-undang negara ini.

Tak kurang dari 170 gadis diidentifikasi dan diberi peringatan, termasuk 59 fotografer dan penata rias, 58 model, dan 51 salon manajer fashion dan desainer. Tak kurang dari 29 gadis di antara mereka, dipanggil dan diperiksa polisi. Lantas bertobat dan kembali mengikuti cara hidup sesuai undang-undang yang berlaku.

Tindakan polisi dilakukan, juga untuk "mensterilkan" cyberspace dan menghadang dampak media sosial terhadap perubahan buruk bagi perempuan Iran. “Kita tak akan kembali ke jaman lampau yang banyak dipengaruhi oleh budaya Barat,” ungkap jurubicara Pusat Survei dan Memerangi Kejahatan Maya Terorganisir di Iran.

Javad Babae, Jaksa di Teheran, pernah mengemukakan, agen model telah "membuat dan menyebarkan budaya dan pergaulan bebas dan tidak Islami" secara online, dan sengaja mengontaminasi kebudayaan dan peradaban Iran, dan hendak menyeretnya ke jaman silam. Kebudayaan yang memberikan "ancaman terhadap moralitas dan fondasi keluarga" melalui media sosial.

Sejumlah gadis yang diperiksa polisi, mengaku mengikuti perangai aktris Sadaf Taheri. Tidak jelas apakah Taheri akan kembali ke Iran, tetapi posting terbaru ihwal dirinya di halaman Facebook-nya mengisyaratkan dia tetap berada di luar negeri. Untuk menawar rindunya pada keluarga, dia mendatangkan ibu yang sangat disayanginya, mengunjungi dirinya di suatu tempat di Uni Emirat Arab.

Bagi kebanyakan gadis dan perempuan Iran, Taheri adalah sang pemberontak. | Aghni

Editor : Web Administrator
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 219
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 431
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 430
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 400
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 712
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 869
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 820
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya