Berikhtiar dengan Cinta

Rusto dari Kyoto Menebar Tempe ke Seluruh Dunia

| dilihat 2499

 

LELAKI itu bernama Rustono. Mantan bell boy di hotel Sahid Yogyakarta, yang kini menjadi ‘Raja Tempe’ di Jepang. Ia mentransformasi profesionalitasnya sebagai produsen tempe ke produsen-produsen tempe baru di Mexico, Kanada, Perancis, dan Korea.

Dalam perbincangan malam, di sudut sebuah bar, salah satu hotel ternama di Osaka, pekan lalu, dia merasakan dahsyatnya imajinasi yang disertai aksi. Hingga larut malam kami berbincang tentang imagineering mindset, alias tata fikir rekacita.

Mulanya hanyalah mimpi: menjadi sukses dengan tempe di negeri orang. Rustono menyeleksi dan menguji mimpinya dan mengubahnya menjadi imajinasi. Ia menemukan focal concern yang menarik dan unik. Tempe sebagai bahan pangan khas Indonesia, tempe sebagai produk industri olahan, tempe sebagai ekspresi cinta, dan tempe sebagai jalan sukses.

Rustono menguji kembali dan menghadapkannya dengan sejumlah driving forces yang menyertainya. Dari aspek budaya, ia menempatkan tempe sebagai produk budaya Indonesia bersandingan dengan budaya kuliner dan pola konsumsi pangan orang Jepang. Dari aspek bisnis, Rustono berfikir tentang keterampilan memproduksi tempa, kemampuan mengemas, dan kemampuan menjual tempe di masyarakat Jepang.

 

 

Dari aspek human power, Rusto memadu padan imajinasi tentang tempe sebagai realitas bahan pangan yang akan masuk ke dalam perut konsumen, dan harus sesuai dengan standar higine sanitation yang ketat berlaku di Jepang. Dari aspek ekonomi, Rusto menghampiri hasrat memproduksi tempe dengan finance viability. Dan, dari aspek sosial ekonomi, dia memosisikan tempe sebagai tumpuan ekonomi rumah tangga yang tak mengganggu harmoni dan kemesraan keluarga.

Rusto sampai pada rumusan visi, setelah melalui proses panjang jatuh bangun memproduksi tempenya: “Rusto Tempeh, produk pangan terunggul di Jepang.” Lebih dari dua dasawarsa dia jalankan seluruh proses bisnis tempe olahannya. Kini, ia berhasil mewujudkan visi itu dan menjadi juragan tempe beken di mancanegara.

Dengan visi itu, Rusto ingin mewujudkan tujuan hidupnya: terwujudnya hidup bahagia dalam rumah tangga harmoni, dan mampu menebar cinta di tengah kehidupan dunia yang mudah galau. Cinta dan kemanusiaan menjadi ruh bisnisnya justru ketika Rusto memperoleh semua yang dia impikan.

Rusto dan keluarga campur Jepangnya, kini sampai pada pemahaman luar biasa tentang manifestasi imajinasi menjadi realitas kehidupan. Ia tengah berproses untuk memahami, bahwa uang hanyalah dampak dari proses berkarya dan bekerja konsisten dalam menerapkan prinsip profesionalitas dalam skala apapun. Ia juga tengah berproses memanifestasikan prinsip dasar imagineering: berbagi sukses.

 

 

Kemampuan memanifestasikan imajinasi menjadi realitas sukses dan konsisten memeliharanya, adalah jalan utama menjadikan sukses diri sendiri sebagai modal menebar sukses bagi orang lain. Di situlah cinta berada. Di situlah cinta yang menjelma sebagai cara berfikir positif menjadi daya untuk terus mengembangkan apa yang sudah berhasil dicapai.

Rusto memaduserasi imajinasi dan aksi dalam satu tarikan nafas, dan memaknai sukses sebagai hak setiap orang. Sekaligus memberi makna atas kolaborasi positif berbasis cinta, merupakan upaya kolektif mencegah orang lain gagal dalam menjalani hidup dan kehidupannya.

Sambil menghabiskan kopi dalam suasana yang dihangatkan oleh heater bar, dari pengalaman hidup Rusto menjangkau sukses sebagai juragan tempe, saya mencatat, berbagi sukses adalah keniscayaan, untuk mencapai sukses kolektif.

Dalam banyak hal, budaya Jepang memungkinkan aksi imagineering Rusto menjadi kenyataan faktual. Basisnya adalah konsistensi dalam memperjuangkan imajinasi sebagai idealistic frame. Konsistensi mengundang siapa saja yang berniat sukses, melihat dunia sebagai realitas nyata bagi bertebarannya peluang sukses. Dunia adalah taman subur yang indah bagi mereka yang hidup dengan cinta: berfikir positif dan optimistik. Menjauhkan diri dari kegelapan buruk sangka, kelicikan, pesimisme, dan disharmoni. |

Editor : N Syamsuddin Ch. Haesy
 
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 249
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 344
Cara Iran Menempeleng Israel
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 248
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 474
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 466
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 438
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya