Siap Kehilangan Segalanya

Puteri Basma Pengeritik Kerajaan Arab Saudi

| dilihat 2420

PERILAKU Raja dan pemerintah kerajaan Saudi Arabia kian terbuka dan menampakkan berbagai ironi atas hukum yang diterapkan kepada rakyatnya. Kemasan citra positif atas perilaku dan ekspresi kekuasaan mereka, dibuka oleh kalangan dalam kerajaan sendiri.

Adalah Puteri Basmah binti Saud yang mengungkap sisi remang dinasti kerajaan berpaham wahabi, itu.

“Kami memiliki menteri yang tidak mampu melakukan apa yang telah diperintahkan dari atas karena tidak ada tindak lanjut, karena tidak ada konsekuensi,” ungkap Basmah.

Puteri Basmah yang lahir di Ryadh, 1 Maret 1964, adalah puteri bungsu dari pernikahan Raja Abdul Azis bin Saud dengan ibunya, Jamila Merhi yang berasal dari Suriah.

Ibunya dipersunting Raja Saudi ketika datang berziarah ke Mekkah al Mukarramah.

Puteri Basmah lahir menjelang masa akhir kekuasaan ayahnya. Ia dibesarkan di Beirut, ibukota Lebanon. Tahun 1975, ketika pecah perang saudara di Lebanon, orangtuanya hijrah ke London – Inggris.

Puteri Basma mengenyam pendidikan dasar di sekolah Perancis di Beirut. Di sekolah ini, gurunya adalah biarawati Prancis. Hal itu yang menyebabkan Puteri Basma bisa cair berinteraksi dengan teman-temannya yang beragama Kristen, Yahudi dan Muslim yang tidak mematuhi mazhab Wahhabi yang keras dipraktikkan di Arab Saudi.

Puteri Basma menerima BSc (Hons) Degree di Sosiologi dari Universitas Nasional Amerika (1984), kemudian pada tahun 1986, melanjutkan studi untuk mencapai MSc di program studi Ekonomi Sosial dan Ilmu Politik. Dia juga menuntut ilmu di sekolah putri Hertfordshire, program internasional Oxford University – London.

Puteri Basma sempat mengenyam pendidikan selama dua tahun di Swiss. Tahun 2003, Basma diboyong ibunya ke Suriah. Puteri Basma kemudian mendalami psikologi dan sastra Inggris di Universitas Arab Beirut, yang menjadi universitas ternama pilihan keluarga para pemimpin dunia Arab.

Sebelumnya, dia menolak memenuhi harapan keluarga ayahnya agar dia melanjutkan studi di Saudi Arabia. Sistem pendidikan di Saudi Arabia, berbasis dogma faham wahhabiyah, tak cocok dengannya. Dogma faham ini, memandang segala sesuatu hanya dari satu perpektif dengan berbagai dalil.

Sistem pendidikan di Saudi Arabia itu berbeda dengan sistem pendidikan di negara-negara Arab lain, khususnya Lebanon dan Mesir, yang lebih terbuka dan multi perspektif.

Puteri Basma yang terkenal sebagai kritikus atas dinasti dan pemerintahan Al Saud di Saudi Arabia, mulai kritis sejak masa belia di London. Ia menjadi bagian dari kaum muda Arab yang punya spirit dan cita-cita melakukan reformasi sistem penyelenggaraan pemerintahan dan negara Saudi Arabia.

Semangat dan akalbudi kritisnya berkembang di Beirut, ketika dia mulai ikut aktif melakukan kampanye dan advokasi untuk perjuangan panjang melakukan perubahan Saudi Arabia.

Ia terkenal karena pendapatnya yang menyoroti ketidak-adilan di Saudi Arabia.  “Jika Anda seorang pria miskin dan Anda mencuri, tangan Anda dipotong setelah tiga pelanggaran. Tetapi jika Anda adalah orang kaya, tak seorang pun akan mengatakan apa-apa kepada Anda,”ungkap Basmah binti Saud.

Tahun 1988, sebelum pindah ke Suriah, Putri Basmah menikah dengan salah satu pangeran, anggota keluarga Al Sharif pada tahun 1988. Pernikahan itu berakhir dengan perceraian pada tahun 2007.

Dari pernikahannya itu, ia mempunyai lima anak: Saud, Sara, Samahir, Sohood dan Ahmad. Tiga di antara mereka hidup di Inggris. Basmah lebih berpengaruh terhadap kelima anak-anaknya, katimbang suaminya.

Pemikiran anak-anaknya kritis seperti dia, dan mendukung pemikiran, sikap, dan tindakan kritis ibunya terhadap dinasti dan pemerintah kerajaan Saudi, negara kaya yang bergelimang petro dollar dan kini mulai terhuyung oleh jatuhnya harga minyak mentah di pasar dunia. Lantas, berusaha mempertahankan pertumbuhan kemakmurannya dengan mengandalkan peran raja sebagai hadimul haramain, pelayan dua kota suci: Makkah dan Madinah.

Puteri Basma tidak tergoda oleh posisinya sebagai puteri bungsu raja Abdul Azis bin Saud. Ia tak tergiur dengan strata sebagai bagian dari eselon tertinggi monarki Saudi.

Basma justru memanfaatkan kedudukan sosial – kultural dan politiknya, itu untuk menggerakkan reformasi dengan mendidik dan melatih kaum muda.

Dalam banyak hal, Basma sering tampak menggunakan status istimewanya dan memberi makna atas kewenangan bersuara yang cukup besar di lingkungan kerajaan dalam berbagai perdebatan tentang perubahan.

Puteri Basma banyak menyampaikan dissenting opinion atas berbagai keputusan raja yang dipandangnya tidak adil dan tidak relevan. Akibatnya, Puteri Basma menjadi salah seorang keluarga kerajaan Saudi Arabia yang paling tidak disenangi oleh sebagian besar keluarga dinasti kerajaan Saudi. Khasnya, rezim ultra-konservatif Arab Saudi. Termasuk yang sedang berkuasa, kini.

Puteri Basma menghadirkan dirinya sebagai sosok perempuan biasa, sebagaimana laiknya perempuan Saudi Arabia pada umumnya. Ia menjalani hidupnya dengan mengembangkan bakat wirausaha yang mengalir di dalam dirinya. Bisnis katering yang dijalaninya, sukses.

Kesuksesan bisnis itu, yang mendorong dirinya banyak memanfaatkan waktu untuk menulis dan berceramah, selain kegiatan sosial dan juga pemerhati politik. Secara paralel dengan kegiatan bisnisnya, Puteri Basma mengembangkan pemikirannya menjadi seorang blogger, dan terus menerus melatih kefasihannya sebagai jurnalis blog.

Tulisan-tulisannya menyoroti dengan tajam sikap dan pandangan yang menafikan peran perempuan, juga tentang aksi polisi agama Saudi Arabia terhadap kaum perempuan. Ia juga menyoroti tentang disparitas sosial, baik di Saudi Arabia dunia Arab, dan dunia secara keseluruhan.

Puteri Basma juga aktif di media sosial. Follower akun facebook-nya terus bertambah dan melebihi 25.000 orang. Untuk keleluasaan aktivitasnya, dia melakukan aksi kampanye tidak dari kota kelahirannya, Ryadh. Tak juga dari rumahnya di Jeddah, melainkan dari sebuah rumah di pinggiran Acton, sebelah barat London yang dibelinya, dan menjadi tempat tinggal tiga dari lima orang anaknya.

Bukan Pemberontak

PUTERI Basma mengaku, ia memindahkan pusat aktivitasnya ke pinggiran Acton, bukan karena desakan Raja Saudi. Dia melihat, Raja dan anggota senior dinasti (lingkaran pertama kekuasaannya), sesungguhnya mempunyai kesadaran yang relatif sama dengannya.

“Tapi tidak demikian dengan semua menteri, gubernur, administratur, dan orang kaya yang menyelenggarakan negara, pemerintahan, dan kehidupan kemasyarakat sehari-hari,” ungkap Basma.

Dengan pandangan semacam ini, Basma membaca dengan jernih berbagai penilaian internasional terhadap dinasti kerajaan Saudi. Antara lain dari lembaga Amnesti Internasional.

Lembaga ini menuduh pemerintah Saudi Arabia melakukan kampanye penindasan terhadap demonstran dan kaum reformis. Puteri Basma juga melihat dengan jernih, protes dunia internasional atas keputusan Raja Saudi menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.

Dia menjadi bagian dari pengeritik pedas, ketika Kerajaan mengambil keputusan tidak manusiawi dan anti perdamaian di Ryadh. Khasnya, kala Riyadh mengirim pasukan ke negara tetangga Bahrain dan Yaman, dengan menjadikan muslim bermazhab Syiah sebagai sumber masalah, dan yang melatari keputusan mereka.

Puteri Basma juga menjadi bagian pengeritik penyelenggaraan pemerintahan Kerajaan Saudi, yang terkesan meningkatkan otoritarianisme yang melukai kreativitas. Antara lain dengan menangkap tiga anak muda pembuat film Saudi dan menjebloskannya ke penjara. Padahal, yang mereka buat dan diposting di internet sekadar sebuah film dokumenter tentang kemiskinan di Riyadh.

Kendati demikian, Puteri Basma tak hendak menerima julukan “pemberontak” atas dirinya. Dia mengatakan, dirinya bukan seorang pemberontak. Ia konsisten dengan pernyataannya dalam wawancara dengan Independent di Acton, Januari 2012.

Dalam wawancara itu, Puteri Basma menyatakan, dia hanya mengatakan hal yang menurut fikirannya, tidak sesuai dilakukan oleh pemerintah Saudi Arabia, sehingga timbul berbagai penyakit sosial, ekonomi, dan politik bagi negaranya. Semua ‘penyakit’ yang kini diidap Saudi Arabia, itu juga tersebab, karena ajaran Islam tidak dipraktikan dengan benar, tepat, dan baik.

Semua penyakit itu, kata Puteri Basma, “..karena kami memiliki menteri yang tidak mampu melakukan apa yang telah diperintahkan dari atas. Mereka tidak menindaklanjuti perintah yang berorientasi kesejahteraan rakyat, dan bertindak tidak adil..”

Puteri Basma menyatakan, Arab Saudi memiliki 15.000 bangsawan dan sekitar 13.000 tidak menikmati kekayaannya. Tapi, 2.000 orang di antaranya, adalah multi-jutawan, yang memiliki semua kekuatan, kekayaan dan tidak seorangpun dapat 'menyentuh' mereka, karena mereka takut kehilangan apa yang mereka miliki.

Kondisi itu yang menyebabkan Puteri Basma bersuara. Dan, dia menyadari, risikonya adalah, dia bisa kehilangan apa yang selama ini melekat pada dirinya. Bagi dia, apa saja yang melekat pada dirinya bisa hilang, tetapi Raja dan dinasti Arab Saudi tidak bisa menghapusnya sebagai satu dari 115 keturunan pendiri Kerajaan Arab Saudi. Karena dia adalah puteri kandung Raja Abdul Aziz.| JM Fadhillah

Editor : sem haesy | Sumber : berbagai sumber
 
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 432
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1503
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1322
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya
Polhukam
05 Mar 24, 04:23 WIB | Dilihat : 245
Tak Perlu Risau dengan Penggunaan Hak Angket DPR
05 Mar 24, 08:18 WIB | Dilihat : 424
Anak Anak Abah Menghalau AI Generatif
22 Feb 24, 11:50 WIB | Dilihat : 317
Jalan Terjal Perubahan
18 Feb 24, 05:52 WIB | Dilihat : 273
Melayari Dinamika Kebangsaan dan Demokrasi
Selanjutnya