Posisi Perempuan

| dilihat 1802

Bang Sem

BAGAIMANA memosisikan perempuan dalam seluruh konteks perubahan masyarakat? Pertanyaan ini secara kritis diajukan Beranti, mahasiswi fakultas psikologi salah satu universitas di Malang, pekan lalu.

Diskusi tentang konstelasi perempuan sedang seru-serunya saat Beranti mengajukan pertanyaan itu. Matanya berbinar-binar. “Tolong jawab dengan jujur,” lanjut perempuan muda cantik berjilbab itu.

Saya tersenyum. Pertanyaan semacam itu sering dilontarkan banyak perempuan di berbagai forum diskusi serupa. Bedanya, kali ini pertanyaan itu diajukan secara aksentuatif. Tak sekadar bagian ritme retorika.

Saya tatap Beranti. Saya katakan padanya, “Posisi perempuan dalam seluruh konteks perubahan masyarakat ada di mana saja. Dalam konteks perubahan sosial dan budaya, tak ada persoalan gender sama sekali. Yang pasti, yang mesti secara aktif diambil adalah posisi penggerak perubahan itu sendiri.”

Perubahan sosial dan budaya, bagi saya, lebih merupakan proses peradaban. Siapa pun mesti memainkan fungsi yang tidak harus dibedakan oleh perbedaan jenis kelamin. Mereka bisa memainkan peran fungsional di seluruh strata yang mampu menggerakkan perubahan tataminda (mindset).

Perempuan, seperti juga lelaki, harus memperoleh hak dan kewajiban yang sama. Salah satu di antaranya, hak untuk cerdas dan memainkan peran leadership.

Karena itu, selain berhak memperoleh pendidikan dan peran sosial setinggi-tingginya, perempuan juga berhak menjadi social driver. Penggerak masyarakat. Mulai dari lingkungan sosial terkecil: rumah tangga, tanpa harus mempersoalkan peran tunggal maupun peran ganda. Perempuan boleh melakukan kompetisi kualitatif dengan kaum lelaki.

Dalam tradisi budaya masyarakat Indonesia, terlalu banyak contoh bagaimana perempuan memainkan peran strategis sebagai penggerak perubahan masyarakat. Meski, ia hanya seorang isteri atau ibu.

Saya punya pengalaman pribadi yang tak terlupakan sepanjang hidup, bagaimana perempuan justru memberi arah yang sangat jelas. Dari almarhumah ibu, saya peroleh nilai eksistensi perempuan sebagai penggerak sosial politik lewat proses transformasi berbagai nilai dan praktik politik.

Ibu yang memberi kami kekuatan tentang bagaimana menempatkan aktivitas politik sebagai cara melakukan perubahan secara sistematik. Ibu juga yang memberi kami cakrawala tentang bagaimana demokrasi mesti diberi makna lewat pergulatan pemikiran. Antara lain dengan mengajarkan egaliterianisme berdimensi ekuitas dan ekualitas. Membuang sekat-sekat hirarki sosial.

Ibu mengajarkan bagaimana etika berdemokrasi harus bermula di rumah. Termasuk bagaimana bertindak sebagai decision maker melalui pendistribusian tugas yang sangat adil. Dari ibu, yang mendidik saya, saya memeroleh perbedaan nilai “kerja cerdas” dan “kerja keras” berbasis pengetahuan dan pengalaman, termasuk keprihatinan dalam memilih posisi di tengah konstelasi masyarakat yang berubah.

Beliau mentransformasikan dimensi kedalaman dalam berinteraksi, sekaligus bersikap tegas secara proporsional. Termasuk bagaimana mengelola pikiran dan hati dalam memainkan fungsi sebagai kepala keluarga.

Dari kakak perempuan yang berani mengekspresikan kemandirian hidup, saya dapatkan deskripsi praktis tentang posisi perempuan. Sebagai first function dalam mengorganisasi masyarakat melakukan perubahan.

Perempuan bermakna strategis dalam mendidik masyarakat memaknai dan menjalani perubahan. Posisi perempuan ada di seluruh simpul perubahan masyarakat.

Beranjak dari pandangan ini, saya sering berfikir, perempuan mestinya menjadi solusi ketika masyarakat – khasnya secara kelembagaan, misalnya dalam Partai Politik atau kelembagaan negara – sedang dilanda persoalan.  Para politisi di berbagai partai politik, kudu berani menempatkan perempuan sebagai solusi untuk menghimpun yang terserak, mendamaikan yang bertikai, dan menggerakkan organisasi itu ke jalannya yang benar.|  

Editor : sem haesy | Sumber : illustrasi istimewa
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 953
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1176
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1442
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1588
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 537
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1060
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 289
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 754
Momentum Cinta
Selanjutnya