Perayaan Bastille Berakhir Duka

| dilihat 2008

NICE, PRANCIS, AKARPADINEWS.COM | TRUK yang terparkir di pinggir jalan yang dipadati kerumunan massa di Promenade des Anglais, Kota Nice, Prancis, berlahan-lahan bergerak.

Tak lama kemudian, sang sopir menginjak pedal gas dengan kecepatan penuh. Truk dengan berat 25 ton itu lalu menabrak kerumunan massa yang tengah menikmati suguhan orkestra atau sekadar berjalan-jalan di sekitar bibir pantai.

Perayaan Hari Bastille, di Kota Nice, pada Kamis malam (14/7) pun berubah menjadi tragedi. 84 orang tewas, termasuk di antaranya anak-anak. Puluhan orang lainnya dalam kondisi kritis akibat digilas truk yang dikendarai pria bersenjata itu. Orang-orang pun panik menyaksikan adegan horor itu.

"Saya melihat seorang wanita kehilangan anaknya. Anaknya tergeletak di tanah, berdarah," kata Franck Sidoli, saksi yang tampak trauma, di tempat kejadian.  

Dominique Molina, saksi lain yang sempat merekam adegan horor itu menggambarkan kengerian yang luar biasa. Dia berupaya melindungi anak-anaknya agar tidak melihat peristiwa menakutkan itu.

Molina mendengar suara tembakan dan jeritan orang-orang yang panik dan berhamburan di antara mayat yang tergelatak di tanah akibat dilindas truk. Tony Molina, seorang saksi lainnya mengaku hanya melihat truk besar berwarna putih. Dia tidak bisa melihat sopir, yang mengarahkan truk ke arah kerumunan dengan kecepatan sekitar 25-30 mil per jam. "Orang-orang berteriak dan berlari. Saya belum pernah melihat kejadian seperti ini. Ini luar biasa (mengerikan)," katanya.

Paul Delane, saksi lainnya menceritakan betapa paniknya orang-orang di lokasi kejadian. Dia bersama kerumunan berupaya lari sekencangnya. "Itu sangat menakutkan." Dari hasil identifikasi pihak kepolisian, pelaku penyerangan adalah pria berusia 31 tahun, berkewarganegaraan ganda Prancis-Tunisia.

Pelaku sempat melepaskan tembakan sebelum polisi menembaknya hingga tewas. Senjata dan granat juga ditemukan di dalam truk. Pria itu diketahui juga pernah terlibat dalam kejahatan.

Serangan dengan menggunakan kendaraan telah digunakan oleh anggota kelompok militan dalam beberapa tahun terakhir, terutama di Israel, serta di Eropa, meskipun dampaknya tidak seburuk di Nice.

Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve mengatakan, 18 korban yang cedera, dalam kondisi kritis setelah truk besar itu berzigzag di sepanjang pantai Promenade des Anglais, di mana perayaan kembang api tengah berlangsung, menandai perayaan Hari Nasional Perancis yang diperingati setiap tanggal 14 Juli.

Dalam pidatonya menjelang fajar, Presiden Prancis, Francois Hollande menyebut peristiwa itu sebagai serangan teroris yang paling ekstrim. Hollande telah memerintahkan militer dan kepolisian untuk mengerahkan aparat keamanan dan memperpanjang status keadaan darurat, yang awalnya akan dicabut pada akhir Juli nanti.

Setelah serangan di Nice itu, Hollande menyatakan, status darurat akan diperpanjang tiga bulan lagi. "Prancis diisi dengan kesedihan akibat tragedi ini," katanya. Hollande juga menyebut, tragedi pada perayaan yang menandai penyerbuan revolusioner penjara Bastille tahun 1789 di Paris itu sebagai serangan terhadap kebebasan dan merendahkan hak asasi manusia. Hollande kala itu tengah dalam perjalanan ke Paris dari Avignon untuk memimpin sebuah pertemuan yang membahas soal keamanan dan pertahanan.

Pihak kepolisian telah mengumumkan kepada warga, khususnya yang menghuni kawasan berjarak 30 kilometer dari perbatasan Italia, untuk tetap di dalam rumah karena aparat akan melakukan operasi lebih lanjut, meskipun tidak ada tanda-tanda serangan lainnya akan terjadi. Meski dihantui teror, Perancis tetap akan melanjutkan serangan udara bersama Amerika Serikat (AS) untuk mengempur militan Islam State (IS) di Suriah dan Irak. "Kami berperang dengan teroris yang ingin menyerang kita dengan biaya seberapapun dan sangat keras," kata Cazeneuve.

Hingga kini, polisi masih mengorek informasi guna menyimpulkan apakah pelaku penyerangan merupakan kaki tangan dengan gerakan militan IS atau dikenal Islamic State of Iraq and Al-Sham (ISIS). Hingga saat ini, belum ada pihak yang mengklaim bertanggungjawab atas serangan itu.

Sementara itu, Presiden AS, Barack Obama dalam pernyataannya menegaskan, "Atas nama rakyat AS, saya mengutuk serangan teroris yang mengerikan di Nice, Prancis, yang menewaskan dan melukai puluhan warga sipil yang tidak bersalah." Dewan Keamanan PBB juga mengutuk serangan itu dan menyebutnya sebagai tindakan barbar dan pengecut yang dilakukan teroris.

Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla, juga menegaskan, Indonesia mengutuk serangan terorisme di Nice. Kalla juga mengajak negara peserta KTT Asia-Eropa (ASEM) 2016, bersama-sama mempromosikan perdamaian serta memerangi terorisme.
"Indonesia mengutuk keras aksi terorisme di Nice yang mengakibatkan banyak korban jiwa," kata Kalla, di KTT ASEM 2016, di Ulan Bator, Mongolia, Jumat. "Semua negara peserta ASEM tadi sepakat mengutuk aksi terorisme," kata Kalla, seraya berharap persoalan terorisme diselesaikan hingga ke akar-akarnya. "Bicara terorisme tidak akan selesai jika tidak disadari bahwa negara harus hentikan radikalisme."

Prancis Muslim Faith Council (CFCM) juga mengutuk serangan tersebut. "Prancis baru saja dipukul lagi oleh serangan ekstrim," tegas CFCM dalam pernyataannya. Organisasi Islam itu menyebut, serangan itu sangat keji dan menghinakan, serta dirancang untuk menyakiti warga Prancis saat menikmati libur nasional dan merayakan nilai-nilai kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan.

Serangan di Kota Nice terjadi setelah delapan bulan lalu, sekelompok orang bersenjata yang mengatasnamakan IS melakukan penyerangan dan aksi bom bunuh diri di Paris. Serangan pada Jum'at malam (13/11/2015) lalu yang menewaskan 132 orang itu membuat khawatir warga muslim di negara itu.

Mereka dihadapi tekanan dari gerakan anti-Islam yang marah terhadap laku biadab militan IS. Meski para pemimpin komunitas muslim di Perancis telah mengutuk tindakan biadab itu, warga muslim khawatir menjadi korban rasisme karena dikait-kaitkan dalam serangan tersebut.

Usai penyerangan 7 Januari 2015 lalu di kantor majalah Charlie Hebdo, yang menewaskan 12 orang dan melukai belasan orang itu, The National Observatory Islamophobia mencatat, terjadi kenaikan sikap antimuslim hingga mencapai 281 persen pada kuartal pertama 2015, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Serangan itu dipicu lantaran ulah Charlie Hebdo yang memuat kartu Nabi Muhammad SAW. 

Warga muslim Prancis mengkhawatirkan gerakan anti-Islam akan makin disuarakan Front Nasional. Marine Le Pan, pemimpin Front Nasional pernah menyatakan aksi teror yang meningkat terkait fundametalisme Islam merupakan fakta yang tidak dapat dibantahkan. Le Pen menyatakan, orang-orang Perancis "tidak lagi aman" dan menyerukan untuk mengendalikan wilayah perbatasan.

Front Nasional pun menggerakan massa untuk turun ke jalan, menunjukkan solidaritas mereka terhadap korban, meskipun pemerintah melarang demonstrasi lantaran alasan 

 
Saphirnews, sebuah situs berita Muslim, pernah melaporkan jika warga muslim Perancis menjadi korban intimidasi. Lalu, ada lukisan salib berwarna merah darah, ditemukan di dinding sebuah masjid di timur Paris.  Slogan "Perancis, bangkitlah!" ditulis di dinding sebuah masjid di bagian selatan Perancis. Lalu, ada tulisan "Matilah Muslim" di dinding di sekitar Evreux, utara Paris, harian Le Parisien melaporkan.

Sementara hasil penyelidikan yang dilakukan parlemen menanggap serangan itu merupakan bukti kegagalan global dalam memerangi terorisme. Sebuah komisi di parlemen merekomendasikan agar ada reformasi total badan intelijen, termasuk dalam upaya kontra terorisme. George Fenech, kepala komisi mengatakan, "Negara kita tidak siap, sekarang kita harus bersiap."

M. Yamin Panca Setia

Editor : M. Yamin Panca Setia | Sumber : CNN/Reuters/BBC/AFP/The Telegraph
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 938
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1168
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1429
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1577
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Energi & Tambang