Perang Tak Punya Mata

| dilihat 1870

AKARPADINEWS.COM | PERANG yang mengisahkan tragedi kemanusiaan, menghiasi sejarah dunia. Tidak hanya membunuh prajurit yang bertempur di medan laga. Namun, perang juga mengakhiri kehidupan warga sipil yang tak berdosa dan menghancurkan harta yang tak ternilai harganya. Perang yang tidak punya mata telah mengubah kehidupan umat manusia di dunia laksana neraka.

Berbagai bukti tentang kekejaman perang terpapar lewat wajah para korban peperangan yang diabadikan melalui foto maupun video. Setelah foto Aylan Kurdi, bocah asal Suriah berusia tiga tahun yang tewas akibat tenggelam di laut Mediterania dan terdampar di pesisir Semenanjung Bodrum, Turki, September 2015 silam, kini bocah berusia lima tahun, Omran Daqneesh menjadi sorotan dunia. Omran menjadi viral utama di media sosial sebagai korban pengeboman jet-jet tempur militer pro Bashar al-Assad yang membombardir Qaterji, Aleppo.

Kondisi tragis Omran direkam Mahmoud Raslan, fotografer perang, yang kemudian dipublikasikan oleh Aleppo Media Centre, pada Senin (22/8) malam waktu setempat. Rekaman video yang disiarkan CNN dengan judul Crisis In Syria. A Boy, A Bomb & The Horrors Of War & Survival, sungguh menggambarkan momen yang mengharukan ketika Omran dievakuasi.

Di antara gaduhnya suasana penyelamatan, seorang lelaki dewasa menggendong Omran, lalu mendudukan bocah lugu itu di sebuah kursi di dalam mobil ambulans. Awalnya, bocah itu terlihat kebingungan. Sekujur tubuhnya dipenuhi debu. Sebelah matanya terluka dan keningnya berlumuran darah yang nyaris menutup matanya yang tertutup debu.

Wajah Omran tanpa ekspresi. Dan, yang mengharukan tatkala Omran mengusap debu di wajahnya, lalu tanpa sadar melihat darah di tangannya. Dalam kondisi tragis, Omran tetap tegar dan tak bergeming. Dia hanya mengusapkan darah itu berkali-kali ke kursi yang didudukinya. Momen inilah yang menyayat hati penonton jika menyaksikannya. Sampai-sampai, presenter CNN Amerika Serikat, Kate Bolduan yang melaporkan peristiwa itu tak kuasa menahan tangis. Bolduan pun terlihat beberapa kali mengatur emosinya saat menyiarkan berita mengharukan tersebut.

Omran adalah salah satu bocah dari lima anak yang terluka akibat serangan udara pada Rabu (17/8) malam. Serangan itu juga melukai dua pria dan seorang wanita muda. Pada malam jahanam itu, militer pendukung Presiden Suriah, Bashar al-Assad.

Lewat video dan foto mengharukan itu, Omran menjadi perhatian dunia. Kondisi tragis yang dialami Omran mewakili kondisi korban perang Suriah dan kekejaman rezim Assad yang sudah berlangsung lebih lima tahun. Aleppo benar-benar seperti neraka bagi penghuninya. Setelah berhasil dikuasai mujahidin, kota itu kembali dibombardir oleh jet-jet tempur militer rezim Bashar al-Assad.

Seperti dilansir The Telegraph, Mahmoud Raslan, menjelaskan, saat berada di lokasi ledakan untuk mengambil beberapa foto, melihat ada tiga tubuh yang tergeletak. Salah satunya adalah Omran yang masih hidup berada di antara puing-puing tersebut. "Omran mempengaruhi saya untuk mengambil gambarnya karena dia diam, tidak menangis," ujar Raslan. Video itu kemudian dibuat menjadi foto.  Tanpa sepatah kata dan wajah yang menyiratkan rasa sakit, Omran seakan ingin menunjukan ketegarannya. Beruntungnya, orang tua dan keluarga Omran turut selamat.

Sementara Raslan tak kuasa menahan tangis saat mengabadikan momen itu. Melalui fotonya, Raslan ingin mengatakan pada dunia, untuk menghentikan peperangan yang telah menelan banyak korban.  "Saya ingin dunia melihat fakta ini," tuturnya. Lewat fotonya, Raslan ingin memperlihatkan kepada dunia tentang kehidupan warga di daerah peperangan seperti di Suriah, khususnya nasib anak-anak dan perempuan. Omran hanya salah satu anak dari sekian banyak anak di Suriah yang menjadi korban peperangan.

Berdasarkan laporan dari UNICEF, lebih dari 10 ribu anak tewas dan puluhan ribu lainnya cacat akibat berkobarnya perang saudara di Suriah. Lalu, sekitar 5,5 juta anak yang kini kondisinya darurat di Suriah. Selain itu, lebih dari dua juta anak-anak yang tidak memiliki akses bantuan karena bermukim di kawasan perang yang dikuasai militan ISIS.

Jutaan anak-anak Suriah bersama orang tuanya juga mengungsi ke negara-negara tetangga. Kondisi mereka di kamp pengungsian memprihatinkan. Mereka mengalami trauma dan cacat fisik yang akan ditanggung seumur hidup.

"Di Suriah terdapat sebuah generasi yang dipenuhi anak-anak yang cacat, trauma, dan perlu dampingan psikolog serta bantuan fisik jangka panjang," kata Hanaa Singer, pimpinan UNICEF di Damaskus. "Setelah konflik Suriah berakhir, warisan dari perang saudara ini akan terus membebani masyarakat Suriah," imbuh Singer. Selain mengenai Omran, terdapat pula beberapa foto dramatis anak-anak yang menjadi korban peperangan seperti dilansir laman Rare Historical Photos

28 Agustus 1937 lalu, Jepang pernah menyerang China. Namun, penyerangan itu tidak diarahkan ke markas militer. Namun, serdadu Jepang justru menyerang stasiun kereta api, di mana terdapat sekitar 1.800 orang yang ada di sana, sedang menanti dievakuasi. Warga sipil yang ada di sana kebanyakan bayi dan wanita. Kebrutalan serdadu Jepang yang sedikitnya membunuh 1.500 jiwa dalam serangan itu diabadikan lewat kamera HS Wong. Dia melihat seorang bayi terlantar yang wajahnya terluka parah di rel kereta api pasca penyerangan tersebut. Wong lalu mendudukan bayi tersebut di peron dan menyelamatkan bayi lainnya. Melalui foto yang berjudul Shanghai Baby tersebut, Wong ingin menjelaskan kepada dunia jika perang menghancurkan kehidupan manusia, bahkan sejak bayi. 

Lalu, Joe O’Donnell, fotografer asal Amerika Serikat yang menyaksikan langsung kejadian setelah pengeboman dasyat di Nagasaki, Jepang tahun 1945. Kejadian mengerikan itu bahkan membuat Joe menderita depresi di tahun-tahun berikutnya.

Salah satu kejadian yang paling mempengaruhi Joe adalah peristiwa Nagasaki Brother yang memperlihat sosok bayi yang telah tewas dalam gendongan sang kakak. Sebelum tubuh adiknya dikremasi, anak laki-laki ini berdiri dengan sikap tegak memberikan penghormatan terakhir kepada adiknya. Sang kakak seperti menunjukan sikap seorang ksatria. Dia terlihat menggigit bibirnya agar tidak menangisi adiknya, saudara sedarah terakhir yang dimilikinya. 

Di Jerman, momen mengharukan nampak dari foto Hans Georg Henke, seorang pemuda berusia 16 tahun yang menjadi bagian dari pasukan Hitler Youth. Sang Futher, Adolf Hitler kala itu menjaring pada pemuda Jerman, bahkan di bawah usia 17 tahun, untuk menjadi anggota pasukannya.

Foto Georg yang diambil pada tanggal 1 Mei 1945, sehari sebelum Jerman menyerah itu menunjukan, pria muda yang tidak mengerti tentang kekerasan perang harus menjadi bagian dari perang yang begitu mengerikan dan menyiksa baginya.

Prajurit muda ini menangis karena mentalnya belum siap menghadapi kerasnya perang. Bahkan, tubuhnya terlalu kecil untuk menggunakan seragam tentara. Dia menangisi tragedi dan perang berkepanjangan yang terjadi di negerinya.  

Lalu, fotografer Chris Hondros mengabdikan momen menyedihkan usai Amerika Serikat melakukan invasi ke Irak tahun 2003. Semenjak Irak diinvasi Amerika Serikat, negara yang pernah dipimpin Saddam Husein itu layaknya sebuah medan perang. Setiap saat suasana menjadi tegang, penuh kekhawatiran, dan kewaspadaan sehingga apapun yang terjadi menuai kecurigaan.

Tahun 2005, Hondros memotret seorang anak perempuan menangis dengan percikan darah di wajah dan tubuhnya. Lalu, di samping tubuhnya terlihat laras panjang. Foto berjudul Unintentional Shoot itu menggambarkan konsekuensi dari tindakan selama perang, meskipun dianggap sebuah insiden.

Foto itu diambil Hondros saat ikut patroli di Kota Tai Atar. Ketika senja datang dan jalanan mulai sepi, para tentara melihat mobil yang datang. Awalnya, tentara memberikan tembakan peringatan. Namun, tidak ada reaksi dan mobil itu terus melaju. Akhirnya, tentara melancarkan tembakan beruntun sehingga mobil itu terguling. Lalu, terdengarlah suara anak menangis.

Di dalam mobil tersebut, ternyata ditumpangi suami isteri dan empat orang anak yang berusaha sampai ke rumah sebelum malam tiba. Anak-anak tidak terkena tembakan peluru. Namun, kedua orang tuanya tewas dengan kondisi mengenaskan. Perang telah membuat mereka menjadi yatim piatu dan penderitaan yang mendalam atas trauma kehilangan orang tua yang dicintai.

Terakhir, sebuah foto yang memperlihatkan seorang anak laki-laki bernama Christian Golczynski yang berdiri dengan posisi tegap, sambil menahan air mata yang mengucur dari matanya ketika acara pemakaman ayahnya, sersan Marc Golczynski yang gugur ditembak saat melakukan patroli di Provinsi al-Anbar, Irak. Golczynski tewas hanya seminggu sebelum masa tugasnya berakhir.

Di foto karya Aaron Thompson itu, seorang prajurit memberikan Christian bendera sebagai simbol agar dirinya tegar. Namun, bagi Christian, kehilangan sang ayah tidak bisa tergantikan. Christian menjadi contoh bagi anak-anak lainnya agar senantiasa tegar tatkala mengalami nasib yang sama dengannya. Foto itu sekaligus membuktikan tidak ada yang menguntungkan dari perang, baik bagi tentara Amerika Serikat maupun tentara Irak.

Foto-foto itu mengisahkan kekejaman perang di setiap zamannya. Namun, masih menjadi realitas masa kini di beberapa belahan dunia. Hasil jepretan para fotografer itu sekaligus memperingatkan kepada khalayak luas jika anak-anak yang tak berdosa, menjadi korban peperangan.

Mereka tak bisa melawan atau berupaya kabur untuk menghindari kekejaman perang di negaranya. Mengutip pendapat Sun Tzu dalam The Art of War, tidak ada contoh di sebuah negara yang memperoleh manfaat dari perang berkepanjangan. Perang memang tak punya mata. Anak-anak tak berdosa pun dihantamnya.

Ratu Selvi Agnesia

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 823
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1089
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1342
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1483
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Ekonomi & Bisnis
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 275
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 138
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya