Perang Merebut Benteng Terakhir ISIS

| dilihat 1558

MOSUL, AKARPADINEWS.COM | KOTA Mosul, Provinsi Nineveh, Irak, menjadi ajang pertempuran yang mengerikan. Pasukan Amerika Serikat (AS) yang didukung pasukan Pemerintah Irak, melancarkan serangan untuk mengusir militan Negara Islam (Islamic State) atau dikenal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dari kota terbesar kedua di Irak itu.

Mosul menjadi benteng terakhir kelompok militan ISIS yang dikuasai sejak tahun 2014 lalu. Ratusan militan ISIS dilaporkan tewas sejak serangan dilancarkan ke Mosul beberapa waktu lalu. Sementara kerugian akibat kerusakan infrastruktur, menurut Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi, mencapai US$35 miliar.

Serangan itu adalah operasi militer terbesar di Irak sejak tahun 2003 ketika AS memimpin invasi militer untuk menggulingkan Presiden Irak, Saddam Hussein. Serangan itu tak menyurutkan militan ISIS untuk mempertahankan kekuasaannya di Mosul. Pertempuran diperkirakan akan terus berlanjut.

Dalam kondisi terpukul, Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin ISIS menebar pesan provokatif kepada para militan agar melakukan perlawanan. Dia menyakinkan para pengikutnya jika kemenangan akan diraih. "Jihad besar yang diperjuangkan ISIS saat ini memperkuat iman kita. Kita yakin ini adalah awal menuju kemenangan," katanya dalam sebuah pesan audio kepada pendukungnya, Kamis (3/11). Dia mengingatkan jika perjuangan mempertahankan wilayah, seribu kali lebih baik daripada mundur dalam kehinaan. Baghdadi mengklaim, ada sekitar 5.000 militan ISIS yang berada di kota itu.

Dalam pesan yang dirilis media yang berafiliasi dengan ISIS, al-Furqan, pesan Baghdadi bernada sektarian dan menebar permusuhan terhadap kelompok Syiah maupun kelompok-kelompok Sunni yang disebutnya murtad, orang-orang Yahudi, Kristen, ateis, dan semua orang-orang kafir di dunia.

Pasukan Irak, milisi Syiah, pejuang Kurdi, dan kelompok lain yang didukung oleh kekuatan militer udara yang dipimpin AS, sebelumnya telah mengumumkan akan merebut kembali Mosul dari ISIS. Merebut kota itu diyakini dapat membebaskan Irak dari sistem kekhalifahan yang disuarakan Baghdadi saat berkhotbah di sebuah mimbar masjid di Mosul dua tahun lalu. ISIS memang memegang bagian terbesar wilayah yang bertetangga dengan Suriah tersebut.

Dalam pesan pertamanya yang dirilis hampir setahun lalu, Baghdadi menyerukan agar warga Nineveh, tidak melemahkan semangat militan untuk berjihad melawan musuh-musuhnya. Dia juga menyerukan kepada kelompok militan yang kerap melancarkan serangan bunuh diri itu untuk melampiaskan malapetaka di negeri-negeri kafir.

Tak lama setelah pidato Baghdadi dirilis, sekitar pukul 02:00, warga Mosul mendengar ledakan hebat yang mengguncang di bagian timur. Militan dilaporkan menembakkan puluhan roketnya ke arah Intisar, Quds, dan Samah, di mana tentara Irak telah mendekati Mosul. "Kami mendengar suara roket, ditembakan satu demi satu. Rumah bergetar dan kami takut, tidak tahu apa yang terjadi."

Seorang militan menyatakan, "Kami akan berjuang sampai mati." Menurut dia, khalifah telah memberi dorongan moral untuk melawan orang-orang kafir. Saksi lain yang berada di Hadba, bagian utara Mosul mengatakan, kendaraan militan ISIS berpatroli, seraya menyerukan kepada para militan untuk berperang. Empat tentara Irak dilaporkan tewas ketika dua kendaraan lapis baja yang ditumpanginya terkena roket dan mortir.

Sementara di wilayah perbatasan bagian timur Mosul, ratusan warga sipil pergi menjauh, mengemas barang-barang yang dibutuhkan, termasuk sapi dan domba untuk dibawa dengan menggunakan mobil pick up dan truk. Mereka melambaikan bendera putih. Mereka melarikan diri dari Mosul lantaran takut menjadi sasaran mortir berat yang diluncurkan militan ISIS. Mosul masih dihuni sekitar 1,5 juta orang.

Setelah berhasil menerobos garis pertahanan ISIS bagian timur pekan ini, pasukan Irak bergerak maju ke arah Mithaq dan Intisar. Seorang komandan senior pasukan khusus mengatakan, tentara bertempur di empat titik di bagian timur. Setelah bergerak maju, pasukannya kemungkinan akan menyapu bagian timur kota sampai ke Sungai Tigris, melewati beberapa kabupaten.

Untuk menghalangi pergerakan tentara Irak bersama sekutunya, politisi senior Kurdi, Hoshiyar Zebari mengatakan, militan ISIS meledakkan jembatan di Sungai Tigris. Jembatan itu sangat penting karena menghubungkan mereka ke markasnya dan wilayah pemukiman warga di sisi barat. Warga juga mengabarkan, ada dua ledakan yang menghancurkan jembatan itu sehingga menghentikan lalu lintas di kedua arah.

Selain menyerukan agar militan ISIS mempertahankan Mosul, Baghdadi juga menyerukan agar dilancarkan serangan kepada Turki dan Arab Saudi. Kedua negara yang mayoritas dihuni Muslim Sunni itu dianggap musuh. "Pejuang ISIS harus melepaskan api kemarahan kepada pasukan Turki, perangi mereka di Suriah, dan bertempur ke Turki."

Baghdadi menyatakan, Turki adalah zona operasi ISIS. Karenanya, dia menyerukan agar para militan berperang menghadapi aparat keamanan dan menabur horor. ISIS melancarkan perang terhadap Turki karena tergabung dalam koalisi serangan udara bersama AS yang menargetkan ISIS.

Rekaman yang berdurasi sekitar 32 menit itu menjadi referensi bagi Turki untuk meningkatkan persenjataan guna menghadapi serangan ISIS di sepanjang perbatasan Irak-Turki.

Baghdadi juga menyerukan pengikutnya untuk memulai serangan ke Arab Saudi, dengan menargetkan pasukan keamanan, pejabat pemerintah, dan keluarga kerajaan Al Saud, termasuk media dan semua pihak yang berpihak pada negara-negara yang memerangi ISIS. Rekaman yang berisikan pesan perlawanan itu disampaikan Baghdadi itu merupakan kali kedua setelah pada akhir 2015, dirinya menebar pesan via audio kepada militan ISIS agar melakukan perlawanan.

Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan, Pentagon belum memastikan keaslian rekaman itu. "Tapi, cukup jelas dari (pemimpin ISIS) untuk berkomunikasi dengan para militannya. Ini bukti, bahwa perintah, kontrol dan kemampuan untuk berkomunikasi secara langsung dengan para pejuang dan mengendalikan mereka, telah sangat berkurang," kata juru bicara Kolonel John Dorrian.

Baghdadi pertama kali memperlihatkan dirinya di hadapan publik saat menyampaikan khotbah di Masjid Agung al-Nuri di Mosul pada Juli tahun 2014 lalu. Keberadaannya hingga kini tidak diketahui. Para pejabat AS memperkirakan Baghdadi kemungkinan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. menghindari pelacakan. Sebuah laporan menyebut, dia berada di Mosul, di bagian barat, dekat perbatasan dengan Suriah.

ISIS telah kehilangan banyak pemimpin seniornya dalam dua tahun terakhir. Sebagian besar dari mereka tewas akibat serangan udara yang dipimpin AS. Di antaranya juru bicara resmi Mohammad al-Adnani dan panglima senior Abu Muhammad al-Furqan.

Serangan udara maupun serangan via darat membuat keberadaan ISIS kian terancam dari Irak dan Suriah. Di Irak, ISIS menghadapi perlawanan yang dilakukan pasukan pemerintah Irak, pasukan Kurdi dan milisi Syiah dukungan Iran. Di Suriah, ISIS menghadapi perlawanan dari pemberontak Suriah yang mendapat dukungan Turki, AS, dan Arab Saudi yang berusaha menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Karena itulah, ISIS mengancam untuk melancarkan serangan balasan kepada Arab Saudi dan Turki.

ISIS disebut-sebut berakar dari kelompok Al-Qaeda di Irak (AQI), yang dibentuk tahun 2004 oleh Abu Musab al-Zarqawi. Dia adalah tokoh utama dalam pemberontakan melawan pasukan pimpinan AS yang menggulingkan Saddam Hussein pada tahun 2003. Dia juga melawan pemerintah yang didominasi Syiah yang akhirnya diganti Hussein.

Setelah Zarqawi tewas dalam serangan udara AS pada tahun 2006, Abu Ayyub al-Masri mengambil alih dan mengumumkan pembentukan Negara Islam di Irak. Sementara kata Suriah datang kemudian. Pada tahun 2006, ISIS menguasai sebagian besar Provinsi Anbar, bagian barat Irak. Namun, pada tahun 2008, masuknya pasukan AS, dengan bantuan kelompok Sunni yang menentang Al-Qaeda, berhasil mengalahkan ISIS di Irak. Masri pun tewas dalam operasi militar tahun 2010 yang dilakukan AS dan Irak.

Sejak itu, Baghdadi, yang juga dikenal dengan nama Ibrahim Awad Ibrahim Al Badry mengendalikan ISIS. Sebelumnya, Baghdadi ditahan tentara AS di Falluja, Anbar pada tanggal 4 Februari 2004. Pentagon melaporkan, Baghdadi sempat ditahan di sebuah penjara di Camp Bucca.

Hasil investigasi dan kajian Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dirilis tahun 2015 lalu menyatakan ISIS akan terus melancarkan serangan setelah menguasai sebagian wilayah Suriah bagian Timur dan Irak bagian utara dan barat.

ISIS dilaporkan telah melakukan pembunuhan massal, penculikan terhadap anggota kelompok atau agama minoritas serta pemenggalan kepala seseorang yang dianggap kafir. Kebiadaban itu disiarkan lewat dunia maya untuk menunjukan eksistensinya, sekaligus menebar teror kepada masyarakat global.

Laporan Komisi HAM PBB juga mengungkap kekejaman ISIS yang membantai kelompok minoritas Yazidi, di Irak. Yazidi, penganut kepercayaan kuno yang bercampur dengan ajaran Kristen, Islam, dan Zoroaster dianggap ISIS sebagai pemuja setan. Saat ini, banyak penganut Yazidi yang terjebak di sekitar Gunung Sinjar, yang dikuasai ISIS.

Di sejumlah desa Yazidi, laki-laki berusia 14 tahun ke atas dikumpulkan, sebelum ditembak. Sementara perempuan Yazidi diperkosa dan dianggap sebagai "harta rampasan perang." Mereka menjadi budak seks serdadu ISIS.

Laporan Dewan HAM PBB itu berdasarkan pengakuan dari 100 orang yang diwawancarai. Mereka adalah korban serangan ISIS di Irak sepanjang Juni 2014 dan Februari 2015. ISIS telah memaksa mereka mengungsi dari rumahnya sejak Juni tahun lalu.

Pada Agustus 2014 lalu, ISIS menargetkan pembunuhan secara brutal ratusan laki-laki dan anak laki-laki di Nineveh. Di bulan yang sama, ISIS juga menyerang sebuah penjara yang berisi sekitar tiga ribu tahanan. Mereka kemudian melepas tahanan beraliran Sunni dan menembaki 600 pemeluk Syiah.

Atas temuan itu, Komisi HAM PBB mendesak Dewan Keamanan PBB untuk membawa masalah tersebut ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) guna mengadili para pelaku.

Penyelidik PBB juga mengutip pengakuan saksi jika ISIS menggunakan gas klorin, senjata kimia yang mematikan dalam melawan tentara Irak di Anbar, pada September 2014 lalu.

ISIS juga memobilisasi kekuatannya. Mereka memanfaatkan jaringannya di sejumlah negara untuk bergabung melakukan aksinya. Keberhasilan ISIS membangun jaringan-jaringannya di beberapa negara, tidak terlepas dari kemudahan mengakses teknologi dan informasi. Lewat instrumen tersebut, ISIS menebarkan paham-paham radikal tanpa batas, dengan cepat lewat internet.

ISIS sering menggunakan Youtube untuk menyebarkan misi dan visinya, target atau sasarannya, serta menebar teror kepada khalayak luas. ISIS juga memiliki akun twitter yang disadurkan dalam berbagai bahasa agar dapat dibaca dan dipahami banyak kalangan.

Untuk memaksimalkan transformasi paham-paham radikalnya, ISIS menyebarkan sejumlah media seperti CD, DVD, poster, pamflet, dan media propaganda lainnya via internet. Lewat internet, ISIS diketahui menebar paham-paham radikalisme di negara-negara barat lewat Al Hayat Media Center. Propaganda radikalisme disebar dengan berbagai bahasa seperti Inggris, Jerman, Rusia dan Prancis.

ISIS mampu mentransformasikan paham radikal dengan luas lantaran menempatkan agama yang diyakininya paling benar. Kemudian mendoktrin para pengikutnya untuk tunduk dan patuh terhadap nilai-nilai agama dan pemimpinnya, meski nyawa taruhannya. Para pengikutnya bersedia mati membela pemimpinnya dan mengembalikan masa-masa keemasan ketika dipimpin kekhalifahan Islam.

Doktrinasasi itu mampu memunculkan keyakinan pengikutnya untuk melakukan tindakan radikal dan menyatakan perang terhadap siapa pun yang bersebrangan. Dan, dengan dalih perjuangan menegakan Islam, ISIS mengajarkan pengikutnya untuk melakukan tindakan yang dilarang Islam, seperti membunuh, memperkosa, dan tindakan-tindakan biadab lainnya.

ISIS yang awalnya bergerak dan memiliki jaringan di lingkup lokal, lalu bermetamorfosis menjadi gerakan radikal global. Cikal bakal ISIS juga disebut berasal dari organisasi bersenjata kelompok Sunni Jamaah Jaysh Ahl al-Sunnah wa-l-Jamaah (JJASJ) yang dideklarasikan tahun 2003 lalu. Kelompok radikal itu tujuannya hanya melakukan perlawanan terhadap invasi militer AS di Irak.

Di tahun 2006, JJASJ bermetamorfosis menjadi Islamic State of Iraq (ISI) yang dipimpin Abu Umar al-Baghdadi yang meninggal tahun 2010 dan dilanjutkan Abu Bakar al-Baghdadi. Organisasi itu juga bertujuan mengusir militer AS. Setelah AS mengakhiri invasi di Irak, ISI kemudian mengarahkan perjuangan dengan melakukan perlawanan terhadap pasukan penguasa Suriah, Bashar al-Assad. Karenanya, ISI bermetamorfosis menjadi ISIS.

Kini, gerakan radikal ISIS, bukan hanya di Irak dan Suriah. Gerakan radikal itu pun bermetamorfosis menjadi Islamic State (IS). Direktur Central Intelligence Agency (CIA), John Brennan menyebut, ISIS memiliki jaringan di 90 negara. ISIS diyakininya menjadi ancaman serius, bagi AS dan negara-negara lain, khususnya yang menjadi sekutu AS. | M. Yamin Panca Setia

Editor : M. Yamin Panca Setia | Sumber : Reuters/CNN/AFP/BBC
 
Ekonomi & Bisnis
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 234
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 405
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 255
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 519
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1607
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1392
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya