34 Korban Meninggal Dunia

Penanggulangan Bencana Butuh Solusi Jangka Panjang

| dilihat 1446

AKARPADINEWS.COM | KORBAN yang meninggal dunia akibat bencana banjir dan tanah longsor terus bertambah. Kerugian material pun tak bernilai. Hujan dengan intensitas tinggi, disebut-sebut sebagai pangkal bencana yang terjadi di beberapa daerah. Dibutuhkan solusi jangka panjang agar bencana serupa tidak lagi terjadi.

Di Garut, Jawa Barat, Badan SAR Nasional (Basarnas) Bandung, Jawa Barat melaporkan, banjir menewaskan 34 orang dan 19 orang masih dilaporkan hilang. "Data sementara orang meninggal dunia di posko tanggap bencana Makodim 0611 Garut berjumlah 34 korban," kata Humas dan Protokoler Basarnas Bandung, Joshua lewat siaran pers, Senin (26/9). 34 korban meninggal dunia itu terdiri sembilan lelaki dan 25 perempuan.

Menurut Joshua, korban tewas yang terakhir, ditemukan di Waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang, sekitar pukul 09.00 WIB. Dari hasil identifikasi tim medis Rumah Sakit Guntur Garut, jenazah perempuan itu bernama Nani, berusia 70 tahun, dengan alamat Leuwi Daun, Tarogong Kidul.

Banjir juga menyebabkan 35 orang luka-luka dan 6.361 orang mengungsi. Selain itu, dari hasil pendataan sementara, sebanyak 2.049 rumah rusak, yang meliputi 283 rumah hanyut, 605 rumah rusak berat, 200 rumah rusak sedang, dan 961 rumah rusak ringan.

Tim SAR gabungan yang terdiri Basarnas, TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Tagana, Palang Merah Indonesia (PMI), relawan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), jajaran pemerintah daerah, dan masyarakat, hingga kini masih terus melakukan pencarian terhadap 19 orang yang belum diketahui keberadaannya. Area pencarian pun diperluas. Tim SAR menyisir Bojonglarang, Cimacan, Lapangan Paris, Waduk Jatigede, dan Kampung Cusurat, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang.

Tak mudah upaya pencarian karena luasnya wilayah yang terdampak banjir bandang. Tim SAR juga harus mencari korban yang tertimbun bekas bangunan dan lumpur. Tidak semua pula lokasi dapat dijangkau alat berat sehingga pencarian dilakukan secara manual.  Anjing pelacak dari Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat pun dikerahkan untuk melakukan pencarian korban. Pencarian juga terkendala oleh keruhnya air Sungai Cimanuk dan cuaca yang tak bersahabat.

Camat Cilawu, Ahmad Mawardi mengabarkan, sekitar 400 pengungsi korban banjir Garut, dipindahkan ke 98 rumah susun yang baru selesai dibangun pemerintah, di Kecamatan Cilawu, pada Senin. Ahmad khawatir, jika korban berlama-lama tinggal di tempat pengungsian, akan terserang penyakit. Di rumah susun, lengkap fasilitas penyediaan air bersih bisa dimanfaatkan para korban. Kebutuhan makanan juga terjamin setiap hari. "Ada dapur umum, jadi makanan pun sudah disiapkan, jangan terus makan mi instan karena bisa berbahaya," katanya seperti dikutip Antara, Senin (26/9).

Para korban banjir masih berada di beberapa titik di antaranya di Kampung Paris, Rengganis, Cimacan dan sejumlah kampung lainnya yang tersebar di sepanjang aliran Sungai Cimanuk.

Presiden Joko Widodo menginstruksikan agar pencarian korban ditingkatkan. "Pencarian korban masih dilakukan oleh karena ini (area pencarian) cukup luas. Jadi, masih membutuhkan waktu. Presiden meminta Basarnas melakukan upaya yang lebih pencarian korban," kata Kepala Kantor Staf Kepresidenan Teten Masduki di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, (26/9).

Presiden juga menekankan pentingnya solusi jangka panjang agar tidak lagi terjadi bencana serupa. Misalnya, memperbaiki kerusakan di hulu dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan, kerusakan terjadi sekitar 40 persen di hulu sungai itu. "Presiden memberikan perhatian mengenai penyelesaian jangka panjang supaya banjir seperti di Garut ini tidak terulang lagi," ucap Teten.

Terkait upaya perbaikan di kawasan hulu Sungai Cimanuk, Teten menambahkan, KLHK, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR), dan Kementerian Pertanian (Kementan), akan segera membuat rencana dan langkah-langkah (action plan). Presiden juga berencana ke Garut setelah tanggap darurat selesai.

Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei memerintahkan BNPB dan BPBD agar pada saat terjadi bencana, kegiatan evaluasi pencegahan, mitigasi, tanggap darurat, dan persiapan rehabilitasi maupun rekonstruksi, dilakukan secara serempak.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat (Humas) BNPB, Sutopo Purwo Nugroho juga menghimbau masyarakat siaga dan waspada terhadap potensi banjir dan longsor di kawasan perbukitan maupun yang berada di sekitar bantaran sungai. Curah hujan periode saat ini diperkirakan lebih tinggi intensitasnya akibat pengaruh La Nina dan anomali cuaca.

Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, mengerahkan 2.000 unit bronjong untuk memperbaiki tanggul jebol. Tujuh mobil tangki air dan 17 hidran umum juga dikerahkan untuk membantu korban.

Untuk kebutuhan konsumsi, Kementerian Sosial juga menyerahkan 4.520 kilogram ikan mackerel. Dinas Sosial Kabupaten Garut telah mempersiapkan 1.750 bungkus makanan siap saji setiap hari untuk korban. Dapur umum juga dioperasikan oleh Korem, dengan memasak 1.000 bungkus setiap hari dua kali. PMI juga mengerahkan enam unit mobil tangki air, menyediakan stok darah, dan mendatangkan 10 dokter untuk melayani kesehatan.

Sementara Dinas Pendidikan Kabupaten Garut mengupayakan agar proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dan melakukan tindakan untuk mengilangkan gangguan psikologis (trauma healing) kepada para korban. Dinas pendidikan setempat mencatat, sebanyak 2.200 anak Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat, terkena dampak banjir bandang. Akibatnya, mereka tidak memiliki seragam dan peralatan sekolah."Mereka membutuhkan perlengkapan sekolah," kata Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Totong kepada wartawan di Garut, Minggu.

Sejak banjir melanda, kata dia, kegiatan belajar mengajar tidak optimal karena banyak siswa yang tak memiliki seragam dan perlengkapan belajar karena hanyut terbawa arus banjir.

Para siswa yang terkena dampak banjir itu membutuhkan bantuan seragam sekolah, buku, tas, sepatu, dan peralatan tulis. Kondisi sekolah juga memperhatinkan. Banjir mengakibatkan rusak dan kotornya kursi, meja, lemari dan papan tulis, termasuk buku-buku di kelas maupun kantor, termasuk peralatan laboratorium komputer, perpustakaan dan peralatan belajar mengajarnya lainnya.

Pada hari pertama bencana, sekolah diliburkan. Namun, pada Senin (26/9), anak-anak korban banjir bandang sudah berangkat sekolah, meski tanpa mengenakan pakaian seragam. Mereka juga tidak memakai sepatu dan tidak membawa perlengkapan sekolah.

Kehadiran siswa ke sekolah itu tidak langsung mengikuti kegiatan belajar. Namun, untuk gotong-royong membersihkan kelas dari lumpur. Para guru juga sibuk membersihkan lingkungan sekolahnya.

Seorang siswa kelas VII SMPN 3 Tarogong Kidul, Zaki mengaku masuk sekolah sejak diliburkan akibat banjir pada Selasa (20/9) lalu. "Sekarang masuk lagi, tapi saya tidak pakai seragam karena kebanjiran," katanya.

Bupati Garut Rudy Gunawan telah menghimbau para siswa agar mulai sekolah, Senin, (26/9), tanpa harus memakai seragam, sepatu dan membawa peralatan tulis. Bupati juga meminta jajarannya untuk melakukan pendataan siswa yang terkena dampak banjir bandang.

Selain di Garut, di Desa Bahoi, Kecamatan Manganitu, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, seorang bayi berusia dua bulan meninggal dunia akibat terbawa arus banjir. Bencana itu bukan kali pertama terjadi. 26 Juni lalu, banjir dan tanah longsong di Kepulauan Sangihe menewaskan 5 orang dan dua orang dinyatakan hilang. Kerugian materi diperkirakan mencapai Rp57 miliar.

Sebanyak 15 kepala keluarga (KK) atau sebanyak 54 orang yang menghuni desa di kawasan perbukitan itu, terpaksa harus mengungsi ke tempat yang aman. BPBD Kepulauan Sangihe, Senin (26/9) juga melaporkan lima rumah warga rusak parah, dan satu yang rusak ringan. Jumlah kerugian diperkirakan bertambah karena upaya pendataan masih di lakukan.

Hingga kini, BPBD setempat bersama TNI, Polri, dan Tim SAR melakukan tanggap darurat. Dinas Pekerjaan Umum bersama masyarakat juga terlibat dalam membersihkan puing-puing material longsor dan lumpur akibat pascabanjir. Sementara dalam pendistrubisan bantuan logistik, dihadapi hambatan akibat tertutupnya akses jalan oleh material longsor. Banjir dan longsor ini dipicu hujan dengan intensitas yang tinggi sejak Sabtu (24/9).

Bencana longsor juga menghantam Dusun Tambak Sari, Desa Sidengok, Pejawaran, Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (25/9), sekitar pukul 07.00 WIB. Nurhaidin, warga berusia 21 tahun, dilaporkan meninggal dunia  akibat tertimbun longsor. Sebuah rumah milik Sugianto, 57 tahun, hancur.

Sembilan orang lainnya dilaporkan terkena dampak longsor yang terjadi akibat hujan deras sejak siang hingga malam, Sabtu (24/9). Korban dihantam longsor saat berada di belakang rumah.

Kala itu, korban tengah memperbaiki saluran air. Tiba-tiba, tanah setinggi 15 meter dan lebar 40 meter, menghajar rumah longsor menimbun rumah dan korban tersebut. Tim TRC yang terdiri BPBD Banjarnegara, TNI, Polri, PMI, dibantu relawan dan masyarakat, melakukan pencarian korban yang berhasil ditemukan Minggu (25/9), jam 10.30 WIB.

Banjir juga terjadi di Kota Sampang, Jawa Timur. Banjir disebabkan hujan yang mengguyur selama dua hari mengakibatkan Sungai Kemuning meluap. Banjir menggenangi kawasan di sekitar monumen Kota Sampang dengan ketinggian air antara 50 cm meter hingga 1 meter lebih. "Ada lima desa dan 3 kelurahan yang tergenang banjir," kata Kepala BPBD Sampang, Wisno Hartono di Sampang, Minggu (25/6).

Daerah tergenang banjir di Kota Bahari ini meliputi Desa Tanggumung Sera, Kelurahan Dalpenang dengan ketinggian air hingga 1 meter, dan beberapa ruas jalan. Banjir akibat luapan Sungai Kemuning juga menenggelamkan Kelurahan Rongtengah.

Sementara itu, di Probolinggo, Jawa Timur, warga dan pengunjung dilarang memasuki area Gunung Browo seiring meningkatnya aktivitas gunung itu. Berdasarkan data pengamatan dan analisa data kegempaan, visual, dan potensi bahaya erupsi, PVMBG menetapkan aktivitas Gunung Bromo berada pada Level III (siaga), sejak Senin (26/9) pukul 06:00 WIB.

Dengan status itu, masyarakat, pengujung atau wisatawan, tidak diperbolehkan memasuki kawasan hingga radius 2,5 km dari kawah aktif Gunung Bromo. Sepanjang tanggal 1 – 25 September 2016, terdeteksi jika gempa tremor terus terjadi dengan amplituda maksimum yang fluktuatif, berkisar 0,5 – 23 mm (dominan 1 – 3 mm) gempa hembusan, gempa vulkanik dangkal (VB), dan gempa vulkanik dalam (VA). Sejak 24 September, peningkatan signifikan terjadi pada VB yang mencapai 63 kejadian. Gempa tremor juga terus terjadi sejak pukul 13:00 WIB.

Selama periode itu, terdengar suara gemuruh dari kawah Gunung Bromo, dengan disertai asap tebal yang menyembur dari kawah dengan ketinggiam 50-900 meter. Terihat jelas sinar api dari kawah. Potensi erupsi magmatik masih dapat terjadi, yang disertai sebaran material vulkanik hasil erupsi berupa hujan abu lebat dan lontaran batu (pijar) hingga radius 2,5 km dari pusat erupsi.

Dalam status Siaga, masyarakat di sekitar Gunung Bromo, pengunjung atau wisatawan, diharap tetap tenang, dan tidak memasuki kawasan dalam radius 2.5 km dari kawah. Jangan terpancing isu-isu tentang erupsi, namun tetap waspada karena erupsi terus membesar. Sejauh ini, pihak berwenang merasa belum perlu dilakukan pengungsian. Karena, dalam radius 2,5 km, tidak ada pemukiman, hanya lautan pasir. | M. Yamin Panca Setia

Editor : M. Yamin Panca Setia | Sumber : Antara
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 937
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1168
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1429
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1577
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 523
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1045
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 264
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 737
Momentum Cinta
Selanjutnya