Maulid Nabi Muhammad SAW

Meneladani Kepribadian Rasulullah

| dilihat 4167

Nabi Muhammad SAW lahir di kota Mekkah dalam keadaan yatim dan dibesarkan dalam keluarga yang miskin. Beliau hidup di lingkungan yang terbelakang. Tak pula pandai membaca dan menulis. Meski serba keterbatasan, beliau tumbuh dan berkembang menjadi manusia dengan kepribadian yang sangat agung.

Nabi Muhammad SAW adalah kekasih Allah SWT yang mendapat wahyu melalui Malaikat Jibril AS. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (Al-Qalam [68]: 1-4). Meski diberikan keistimewaan oleh Allah SWT, beliau tetap rendah hati. Dia selalu berkata, "Aku tidak lain dari manusia seperti kamu juga. Hanya saja aku mendapat wahyu.”

Allah SWT telah mempersiapkan manusia agung itu untuk dididik langsung oleh-Nya. Karenanya, Nabi Muhammad SAW terbebas dari pengaruh orang-orang di sekitarnya. Sang ayah, Abdullah bin Abdul Muththalib, wafatnya sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Demikian pula ibunya, Siti Aminah binti Wahab, yang meninggal dunia kala Nabi Muhammad SAW berusia enam tahun. Aminah wafat setelah membawa putra satu-satunya itu menziarahi makam ayahnya.

Nabi Muhammad SAW tidak pula mengenal bacaan dan tulisan. Beliau tidak pula belajar dari orang lain. Allah SWT sengaja mensterilisasikan Rasulullah dari pengaruh-pengaruh di sekitarnya untuk menjaga kesucian transformasi nilai Islam kepada umat manusia. Karena itu, Nabi Muhammad SAW bermukim dan diutus dari satu tempat yang relatif jauh dari kehidupan manusia agar terhindar dari segala macam polusi yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhannya.

Ibnu Ishaq dalam sebuah kitabnya menjelaskan, Allah SWT melindungi dan memelihara Rasulullah SAW dari keburukan dan kemusyrikan karena ingin memuliakannya dengan kerasulan hingga tumbuh menjadi yang manusia terbaik dibandingkan yang lainnya. Manusia yang watak yang terpuji, terhormat secara garis keturunannya, terbaik akhlaknya, jujur, terpercaya, dijauhkan dari maksiat, tindakan amoral, dan memiliki kemuliaan maupun kehormatan. Dengan keistimewaan itu, beliau mendapat julukan Al Amin. Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda, "Tuhanku (yang) mendidikku, maka sungguh baik hasil pendidikanku.”

Menurut Abbas Mahmud Al Aqqad, ada empat tipe manusia, yaitu pemikir, pekerja, seniman, dan orang yang jiwanya larut di dalam ibadah. Namun, jarang ditemukan ada manusia memiliki empat kepribadian tersebut. Tetapi, bagi seseorang yang mempelajari pribadi Nabi Muhammad SAW, pasti akan menyimpulkan jika empat tipe manusia itu ada dalam diri Nabi Muhammad SAW.

Padahal, kala itu, banyak faktor negatif yang menyertai perkembangan dan pertumbuhannya. Inilah sifat dan kepribadian baginda Rasulullah SAW yang terpuji, agar diteladani oleh seluruh manusia. Sang teladan yang baik (Uswatun Hasanah) itu sengaja diutus oleh Allah SWT untuk kemaslahatan umat manusia.

Nabi Muhammad SAW adalah seorang teladan yang memiliki sifatnya yang luhur. Beliau yang pertama kali mengamalkan Al-Quran, lalu mengajak para sahabat dan umatnya untuk melakukan hal serupa. Rasulullah SAW tak ubahnya Al-Quran dalam wujud nyata yang menjadi tuntutan bagi umat Islam agar selamat dalam kehidupan di dunia dan akherat. “Akhlak Rasulullah adalah Al-Quran,” kata Aisyah RA saat menjawab pertanyaan Anas bin Malik tentang akhlak baginda Rasulullah SAW.  

Keteladanan Rasulullah SAW tersebut juga dijelaskan dalam Al-Quran. Dalam Surat Al-Ahzab ayat 21, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah (Muhammad SAW) suri teladan yang baik bagi siapa yang mengharap (anugerah) Allah dan (ganjaran di) hari kemudian, serta banyak menyebut nama Allah.”

Menyadari tanggungjawabnya sebagai teladan, Nabi Muhammad SAW hidup menyatu dengan para sahabatnya, dekat dan akrab dengan umatnya. Beliau tidak menjaga jarak dengan siapa pun. Dengan begitu, beliau dapat menjalankan misinya untuk menebar ajaran Islam seperti yang diamanatkan Allah SWT.

Begitu dekatnya hubungan Rasulullah SAW dengan para sahabat, tentu manjadi anugerah. Mereka ditakdirkan menjadi orang-orang yang pernah hidup bersama Rasulullah SAW.

Para sahabat dapat melihat langsung keteladanan yang dicontohkan Rasulullah SAW, baik dalam bertutur kata maupun dalam bersikap dan bertindak. Ibnu Taimiyah mengatakan, para sahabat Rasulullah SAW adalah duplikat terbaik Rasulullah SAW. Hingga kemudian keteladanan itu disebarluaskan untuk diterapkan dalam keseharian umat Islam hingga saat ini.

Jika ada yang bertanya kepada para sahabat tentang Nabi Muhammad SAW, baik mengenai bentuk tubuhnya, cara beribadah, maupun kehidupan sehari-harinya, mereka dapat menjelaskan secara detail. Dari sisi fisik, seorang sahabat menguraikan jika tinggi badan Rasulullah SAW sedang-sedang saja, tidak gemuk, tidak pula kurus. Bahunya lebar, dadanya bidang, ototnya kekar, dan kepalanya sedikit besar. Rambutnya hitam gelap, sedikit ikal, terurai sampai ke pundaknya, dan selalu tersisir rapih. "Siapa yang memiliki rambut, hendaklah dia menghormatinya, dengan menyisirnya dengan rapih,” begitu pesan Nabi Muhammad SAW.

Di usianya yang lanjut, hanya terdapat sekitar dua puluh lembar ubannya. Uban itu, menurut Nabi Muhammad SAW, akibat ketegangannya saat menerima Surat Hud yang mengandung ancaman. Sahabat yang lain menyambung, wajah Rasullulah SAW bulat, menarik bagai purnama. Matanya hitam cemerlang dan bersinar, tetapi putih matanya sangat jernih. Bulu matanya hitam, panjang, dan tebal. Hidungnya mancung sedikit besar, giginya tersusun rapih dan diurusnya tidak kurang dari sepuluh kali sehari dengan menggunakan siwak (semacam sikat gigi terbuat dari dahan kayu). Kulitnya bersih dan lembut. Warnanya campuran putih kemerah-merahan.

Tangannya laksana sutra, lembut seperti tangan wanita. Langkahnya cepat dan luwes, seperti seorang yang turun dari ketinggian. Tutur katanya jelas dan indah terdengar. Sering kali ketika berbicara, beliau menggelengkan kepala atau menepuk telapak tangannya dengan jari telunjuk serta menggigit-gigit bibirnya. Kalimat-kalimatnya yang penting sering kali diulangi hingga tiga kali, agar dapat dipahami dan dicerna dengan baik oleh pendengarnya. Sahabat yang lain menambahkan, bila Nabi Muhammad SAW menoleh, diikuti seluruh badannya. Bila menunjuk, beliau menunjuk dengan seluruh jarinya.

Dalam keseharian, beliau tidak makan, kecuali lapar dan makan tidak sampai kenyang. Dan, selalu mengawali makan dengan mengucapkan Basmalah. Madu dan susu adalah makanan mewah yang beliau sukai. Sayang, kedua jenis minuman itu tidak sering disuguhkan, walaupun ketika itu beliau telah menguasai Jazirah Arabia. Bahkan, tidak jarang, pada pagi hari, ketika hendak sarapan, beliau tidak menemukan sesuatu yang dapat disantapnya sehingga beliau berpuasa.

Sahabat yang lain menyambung, perawakan Nabi Muhammad SAW gagah, penuh wibawa, dan simpatik. Selalu tersenyum, dengan tawanya yang jarang. Hartanya yang berharga adalah sepasang alas kaki berwarna kuning hadiah Negus dari Abisinia. Beliau sangat menyukai wewangian sehingga seseorang dapat mengetahui kedatangan beliau, dengan mencium harum wewangian, meski tanpa melihatnya.

Hidupnya sangat sederhana. Beliau tinggal di sebuah pondok kecil beratap jerami kering. Kamar-kamarnya disekat dengan batang pohon palem dan direkat dengan lumpur. Beliau sendiri yang menyalakan api, memerah susu, dan menjahit pakaiannya yang robek.

Nabi Muhammad SAW tidak pernah memukul siapa pun. Pembantunya Anas bin Malik berkata, "10 tahun aku bekerja padanya, tapi tidak sekali pun beliau berkata kasar kepadaku.” Ketika ada yang memintanya mengutuk seseorang, beliau menjawab, "Aku diutus bukan untuk mengutuk, tetapi untuk mengajar dan mendidik.”

Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah SAW memperlihatkan akhlak mulianya, baik dalam rumah tangganya, sikapnya terhadap istri-istrinya, maupun kedekatannya dengan kaum fakir miskin dan anak yatim. Rasulullah SAW juga begitu toleran dengan orang-orang yang berbeda agama dan keyakinan. Sayang, ketika sang Uswatun Hasanah telah tiada, dan jarak zaman semakin jauh, transformasi keteladanan itu kian merosot. Itu karena transformasi tidak berjalan secara berkelanjutan. Sudah jarang pula sosok yang layak dijadikan panutan dan teladan bagi kaum muslim di era modern dewasa ini.

Peran itu sebenarnya sudah dilakoni ulama yang oleh Rasulullah SAW disebut sebagai pewaris nabi. Namun, keberadaan ulama kian tidak populer lantaran tergerus oleh transformasi nilai-nilai sekuler yang mendominasi. Belum lagi jumlah ulama yang kian berkurang yang menyebabkan kian berkurangnya transformasi pengetahuan tentang agama. Disabdakan Rasululah SAW, “Ilmu dicabut bukan dengan cara mencabutnya ke langit, tetapi dengan wafatnya para ulama.”

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW setidaknya dapat menjadi momen bagi umat Muslim untuk meneladani pribadi Nabi Muhammad SAW secara utuh, baik dalam aspek ritualnya (hablumminallah), maupun dalam aspek kehidupan sosial (hablumminannaas). Semoga kita bersama golongan orang-orang yang mendapatkan pertolongan (syafa’at) dari baginda Nabi Muhammad SAW. Amin Yaa Rabbal ‘Aalamiin. Allahumma shalli wa sallim ‘alaa Sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam. | Anwar Rizqi

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1179
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Energi & Tambang