Lady Gaga dan WHO Galang Solidaritas Dunia Lawan COVID 19

| dilihat 598

Kota-kota di seluruh dunia, yang sampai Februari 2020 lalu masih riuh dan gaduh, kini sunyi.

Sebutlah Milan, Roma, Paris, Berlin, Makkah, Casablanca, New York, Tokyo, Seoul, Kuala Lumpur, Singapura, Jakarta, Sidney, Shanghai, dan lainnya.

Tak hanya senyap. Semua kota di seluruh dunia tak hanya sedang dikepung senyap, tetapi juga was-was.

Virus corona - COVID-19 tak hanya mengirimkan 'ancaman' kematian bagi siapa saja yang diserangnya. Nanomonster ini, juga tak peduli siapapun dia, apapun jabatan, gelar, status sosial ekonomi, maupun segala embel-embel artifisial yang sangat digemari manusia, yang tak berhati-hati dan waspada, bakal terkena serangan.

Virus ini juga tidak peduli, siapa berperan apa. Para petugas kesehatan yang berada pada barisan paling depan dalam menangani pasien korban COVID-19, juga menjadi sasaran utama. Telah banyak dari mereka (dokter, perawat, dan petugas kesehatan lainnya) yang menemui ajalnya, justru ketika sedang dengan gigih berjuang melawan virus ini.

Setiap hari kabar duka tentang mereka selalu datang melalui telepon bimbit siapa saja. Organisasi Kesehatan Dunia - World Health Organization (WHO) - ketika memperingati Hari Kesehatan Dunia, 7 April 2020, lalu memberikan penghormatan khas kepada para pejuang kemanusiaan di garis depan perlawanan manusia kepada virus yang tak nampak kasad-mata ini.

Para petugas kesehatan, khas dokter dan perawat (juga bidan) telah memberikan kontribusi luar biasa pada perjuangan kemanusiaan semesta, ini.

Perawat menurut WHO adalah komponen terbesar tenaga kerja kesehatan dan memainkan peran mendasar dalam memerangi COVID-19 dan mencapai Cakupan Kesehatan Universal yang terkait dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals).

Kekuatiran dan keprihatinan atas nasib para petugas kesehatan, khasnya perawat, bersifat global. Sampai-sampai WHO menggaet Lady Gaga dan Global Citizen menggelar konser yang akan ditayangkan pada hari Sabtu, 18 April 2020, bertajuk 'One World: Together at Home'.

Acara khas yang disiarkan secara global, ini dirancang WHO, akan menyoroti persatuan (kolaborasi, solidariotas, soliditas) semua orang yang terkena dampak COVID-19. Sekaligus menghidupkan renjana - semangat berbasis cinta -- bagi seluruh petugas - perkerja layanan kesehatan, yang berani melakukan pekerjaan untuk menyelamatkan jiwa, manusia. Walaupun nasib mereka di banyak negara dan lingkup budaya menghadapi masalah yang mengiris rasa kemanusiaan. Ditolak pulang (bahkan ketika telah menjadi jenazah) ke lingkungan sosial mereka.

Selebihnya, konser yang dirancang WHO itu, juga digelar untuk membuka ruang partisipasi masyarakat se dunia untuk mengumpulkan dana, guna mengatasi persoalan krusial dan mendasar. Terutama alat pelindung diri, termasuk masker.

Pekan lalu, Direktur Jenderal WHO Dr Tedros, menegaskan kembali kekuatiran tentang kekurangan masker medis dan APD (alat pelindung diri)  lainnya dan mengingatkan semua orang, bahwa masker harus digunakan sebagai bagian dari paket intervensi (atas virus) yang komprehensif.

WHO telah merilis panduan tentang penggunaan masker di masyarakat, selama perawatan di rumah, dan di pengaturan kesehatan. WHO sendiri, meningkatkan jaringan pasokan logistik di lingkungan klinis, dan mengirim peralatan dan peralatan pengujian (test) di seluruh dunia.

Upaya signifikan yang sedang untuk meningkatkan akses ke peralatan dan barang-barang penting untuk tanggap darurat COVID-19.

Melalui upaya berkelanjutan dari WHO dan Jaringan Rantai Pasokan Pandemi (PSCN), pasar manufaktur alat pelindung diri (PPE) mulai terbuka, namun permintaan terus melebihi pasokan yang tersedia. Keperluan dan pasokan tidak berimbang.

Unit Dukungan Operasi dan Logistik (OSL) di WHO telah bekerja dan melakukan komunnikasi global dengan para pemangku kepentingan utama termasuk produsen oksigen, ventilator dan konsentrator dan produsen peralatan tambahan terkait. Selain mengamankan peralatan yang sesuai untuk negara-negara yang paling berisiko atau paling rentan, WHO dan PSCN bekerja dengan Bank Dunia dan badan-badan PBB lainnya untuk memastikan bahwa infrastruktur, pedoman teknis, dan pedoman operasional lainnya tersedia.

Melalui kolaborasi dengan Clinton Health Access Initiative (CHAI), Alat Peramalan Kebutuhan Esensial COVID-19 milik OSL telah diselesaikan. Output dari model ini dibagikan dengan mitra dan membantu agen pengadaan dan pemasok dalam memahami persyaratan nasional pasokan utama.

Sejak awal wabah, OSL telah mengirim lebih dari 900.000 masker bedah, 62.000 masker N95, 1 juta sarung tangan, 115.000 gaun, 17.000 kacamata dan 34.000 pelindung wajah ke 133 negara. OSL juga telah mengirimkan kit pengujian COVID-19 ke 126 negara.

OSL juga telah meluncurkan dan mendukung Proyek Logistik Kesehatan COVID-19, membangun dukungan teknis langsung ke rumah sakit untuk mendesain ulang fasilitas mereka menjadi unit perawatan penyakit menular. Dukungan ini termasuk meningkatkan promosi penggunaan APD secara rasional, dan meminimalkan penularan nosokomial kepada semua pasien dan petugas kesehatan.

Di berbagai belahan dunia, masyarakat awam telah bergerak mengembangkan kreativitas mereka, memproduksi sendiri alat pelindung diri, baik berupa masker maupun pakaian dan perangkat pelindung diri liannya. Berbagai kalangan universitas juga mengambil inisiatif, termasuk memproduksi ventilator yang aman sekaligus murah.

Aman dan murah adalah dua kata kunci, karena dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan oleh COVID-19 adalah kebangkrutan secara sosial ekonomi, yang kini sedang mengancam berbagai negara. | haedar

Editor : Web Administrator | Sumber : berbagai sumber
 
Energi & Tambang
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 497
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1580
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1371
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya