Kita Perlu Pemimpin

| dilihat 491

bang sém

Pada zaman yang sungsang, di tengah kegamangan, ketidakpastian, keribetan, dan keterbelahan yang diperlukan adalah kepercayaan khalayak kepada pemimpinnya dan kepercayaan pemimpin kepada khalayaknya.

Khalayak, tak perlu-perlu amat petinggi. Khalayak perlu pemimpin. Sosok yang berani menghadapi tantangan zaman dengan kecerdasan nalar, ketajaman naluri, kesadaran nurani, kepekaan rasa, dan ketangkasan bertindak, memberi cara menemukan solusi dari masalah yang dihadapinya.

Pemimpin yang paham sekaligus mau mengerti untuk memahami hakikat fungsional dirinya adalah sebagai manusia yang pantas dan patut mengemban amanah dan dipercaya (amanah), berkomitmen dan konsisten pada kebenaran dan jeli agar tak terjebak kebiasaan melakukan pembenaran, cerdas sekaligus bijak dalam melihat masalah, dan komunikatif dalam memberikan solusi kepada khalayak.

Pemimpin yang mempunyai kesadaran melayani dan antusias melakukan pelayanan sebagai suatu kemuliaan, memelihara simpati, menyuburkan empati, menghidupkan apresiasi, merawat respek, dan konsisten mencintai dirinya, keluarganya, dan khalayak.

Pemimpin yang fokus dan jernih mengenali siapa khalayak yang dipimpinnya, mengetahui realitas obyektif khalayak (minimal need, want, interest) baik yang diutarakan sebagai aspirasi atau diekspresikan dengan bahasa isyarat sebagai ungkapan dimensi kedalaman insaniahnya, tanpa kata, tanpa suara.

Pemimpin yang dengan kecakapannya tersebut, pandai menentukan apa program dan ihwal yang harus diutamakan dan langkah yang harus didahulukan sebagai prioritas, untuk menyelesaikan masalah.

Pemimpin yang berakhlak, punya andap-asor. Jujur kepada dirinya, tak jahil -- bahkan kepada lawannya sekalipun. Pemimpin yang punya daya akal budi kuat dalam berselisih, dan selalu pandai mengendalikan diri untuk tidak terseret ke dalam pertikaian.

Pemimpin yang paham, kapan berperan sebagai penulis dan penentu cerita skenario happy ending, dengan segala gimmick dan 'ramuan' aksinya, kapan sebagai aktor, kapan pula sebagai sutradara.

Pemimpin yang mampu menghidupkan bara semangat khalayak dalam merumuskan visi dan misi kehidupan kolektif, bukan 'jebakan' fantasi.

Pemimpin yang menjadi telangkai dalam sinergi dan kolaborasi, menjadi simpul dalam koordinasi, dan pemandu arah dalam mewujudkan harapan kolektif: hidup bahagia sejahtera aman damai sentosa makmur berkeadilan dan terbebas dari petaka.

Kita perlu pemimpin yang mampu hing ngarsa sung tulada (menjadi panutan kala di depan), hing madya mangunkarsa (menjadi generator dan motivator di tengah khalayaknya), tut wuri handayani (mampu melakukan kontrol sekaligus mengingatkan kala berada di belakang).

Itulah pemimpin yang mampu menggerakkan capaian pertumbuhan kehidupan sebagai dampak langsung dari segala aksi dan ikhtiarnya menciptakan dan menambah nilai hidup. Karenanya, selalu mampu menyediakan ruang-ruang bagi tumbuhnya berbagai peluang dan kekuatan khalayak yang mampu menjawab tantangan dan menaklukan kelemahan khalayak untuk sungguh menjadi jawara yang sejati.

Bangsa ini punya berjuta pemimpin semacam itu, ia ada di setiap keluarga yang berada di rumah warga bangsa ini. Sebagian terbesar mereka masih tidur dan meracau, lantas membuat kehidupan kita seringkali riuh dan gaduh menyoal 'ketiak ular.'

Mestinya pandemi nanomonster Covid-19 telah membuat mereka terjaga dan tak meracau berketerusan, karena akal budi yang terbang jauh kala mereka lelap tidur dan meracau mengarungi aneka mimpi dengan gelembung-gelembung ilusi dan menyeret mereka ke dalam arus besar fantasi.

Mestinya yang sudah terjaga membangunkan mereka, membunyikan weak up call, kala ribuan ambulan melaung-raungkan sirene. Kala peti-peti mati berisi jenazah korban yang wafat, dimasukkan ke dalam berjuta liang lahat, dan dihadiahkan do'a para penggali kubur, menghantar mereka pulang ke asal - ketiadaan dan kesunyian.

Mestinya, kita segera tersadar, kita perlu pemimpin dan bukan petinggi. Kita perlu pemimpin, sebelum fajar berlepas dan malam menghantar kelam yang panjang. Anda, salah seorang dari berjuta pemimpin yang kita perlukan. Sekarang !

PaDu-Bonjer 26.06.21

Editor : eCatri
 
Polhukam
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 227
Cara Iran Menempeleng Israel
14 Apr 24, 21:23 WIB | Dilihat : 230
Serangan Balasan Iran Cemaskan Warga Israel
05 Mar 24, 04:23 WIB | Dilihat : 428
Tak Perlu Risau dengan Penggunaan Hak Angket DPR
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 712
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 869
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 820
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya