Hari Arafah

| dilihat 1202

N. Syamsuddin Ch. Haesy

Arafah adalah padang luas di luar kota Makkah al Mukarramah, bersinggungan dengan Al Awali. Pada luas yang terhampar di lembah, dikelilingi bukit, di bawah Jabal Rahmah, tempat berjumpanya Adam dan Hawa, titik awal nasab umat manusia.

Haji adalah Arafah, tiada Haji tanpa Arafah. Di padang luas yang dinyatakan sebagai miniatur padang Mahsyar di dunia, inilah para jama'ah haji melakukan wuquf, salah satu rukun haji.

Saya termasuk yang meyakini, belum sempurna haji seseorang bila belum wuquf di padang Arafah, hatta dia sudah berada di kawasan itu, sambil bersejuk-sejuk di dalam bis.

Ibu Majah meriwayatkan: suatu ketika, di Arafah, Rasulullah Muhammad SAW meminta Bilal bin Rabah memanggil para sahabat dan jama'ahnya dan kemudian memerintahkan mereka diam. Lantas, Rasulullah bersabda,"Wahai manusia, sesungguhnya hari ini, Allah Alla wa Jalla telah mengampuni dosa-dosa kalian kecuali hak-hak di antara sesama kalian. Allah mengampuni dosa-dosa mereka yang berbuat buruk dan mengabulkan do'a-do'a mereka yang berbuat kebaikan, apapun yang dimintanya. Maka bergeraklah dari Arafah dengan nama Allah."

Wuquf di Arafah berlangsung pada 9 Dzulhijjah, berlaku sepanjang hari, sampai matahari terbenam, sebelum seluruh jama'ah bergerak ke Musdhalifah untuk mabit (bermalam) dalam perjalanan menuju Mina guna melakukan jamarat.

Wuquf adalah momen penting transedensi antara manusia sebagai makhluk dengan al Khaliq (Pencipta-nya). Pada saat itu, setiap muslim melihat dirinya dalam cermin besar hologramik, di bawah tenda yang melindunginya dari sengatan matahari. hanya dia dan Allah saja yang tahu, apa sungguh dosa dan amal saleh yang pernah diperbuat dan terlakoni sepanjang hidup, sehingga mereka berada di padang Arafah.

Pada saat itu pula wuquf yang disertai dengan rangkaian tahlil dan tahmid dan segala do'a melesat langsung ke haribaan Ilahi, karena pada saat itulah Allah membanggakan hamba-hamba-Nya kepada para malaikat.

Wukuf di Arafah berlangsung pada hari itu (9 Dzulhijjah), dan karenanya, disebut pula sebagai Hari Arafah. Di situ dosa luruh kala peluh melepas keluh, dan keikhlasan beribadah mengaliri seluruh rongga jasmani dan ruhani, jiwa dan minda insan.

Di situ rahmat turun beriringan dengan kemaafan dan ampunan, di situ ibadah dan amaliah syariah bertemu dengan hikmat, syafaat dan inayat. Dalam momen itu, taubat mengalir dan berlepas dari kehidupan, sehingga menjadi jalan terang untuk mencapai taubat nasuha, taubat sesungguh taubat.

Di kesempatan lain, saat hari nahr, saat berlangsung haji Akbar, kala wuquf jatuh pada hari Jum'at, di atas punggung untanya,  Rasulullah Muhammad SAW menyampaikan khutbah dan melakukan dialog dengan para sahabat dan umatnya.

Dalam dialog itu, Rasulullah Muhammad SAW mengemukakan, pada hari itu (haji Akbar) di bulan Allah tak mau mendengar dencing pedang, desing peluru atau dentam senjata perang lainnya. Di negeri yang disebut sebagai Masy'arul Haram.

Rasulullah melanjutkan khutbahnya dan bersabda, di hari nahr, pada bulan dzulhijjah yang tak boleh terjadi perang dan sengketa, "Sesungguhnya darah, harta, dan negeri kalian adalah suci. Ingatlah, sesungguhnya aku mendahului kalian di telaga surga sambil melihat kalian, dan sesungguhnya aku merasa bangga terhadap kalian, karena banyaknya umat, maka janganlah kalian mengagungkan wajahku. Ingatlah, kalian telah melihatku, mendengar dariku, dan akan ditanya tentang aku. Siapa yang berdusta atas diriku, maka hendaklah dia menempatkan tempat duduknya dari api neraka. Ingatlah, sesungguhnya aku menyelamatkan beberapa orang dan yang lain meminta keselamatan dariku. Maka aku bertanya, "Ya Rabb.. bagaimana dengan sahabat-sahabatku?" Allah menjawab,"Sesungguhnya kamu tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu." (Al-Imam Ahmad, 5/412)"

Hari Arafah  tak hanya berhenti dalam konteks ibadah haji semata. Hari Arafah berkait dengan pungkasnya Rasulullah Muhammad SAW, mengajarkan, memandu, dan memberi teladan tentang penghayatan dan pengamalan ad dienul Islam - jalan hidup (way of life) terbaik yang selamat dan menebar keselamatan bagi umat manusia.

Pada khutbah Wada' - haji terakhir, Rasulullah Muhammad SAW menyeru sabdanya beberapa pelajaran utama bagi umat islam, yakni saling tolong menolong dalam amal saleh (ta'awun) dan berlomba-lomba dalam kebajikan. Saat itu, Rasulullah Muhammad SAW memberitahu tentang ciri seorang muslim.

"Orang muslim ialah jika manusia selamat dari gangguan lidah dan tangannya, dan orang Mukmin ialah jika manusia aman atas harta dan jiwa mereka, dan Muhajir ialah orang yang menghindari kesalahan dan dosa, dan Mujahid ialah orang yang berjihad melawan hawa nafsunya dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala." (Ibnu Majah, Rijal Al-Bazzar tsiqat).

Arafah adalah tempat segala kebaikan - kebajikan - cinta dan amupunan - berhimpun dan hubungan manusia dengan Al Khaliq berlandaskan tauhid, mempertemukan dimensi khuluqiyah dalam relasi vertikal manusia dengan Allah, dimensi rububiyah dalam relasi horisontal sebagai manifestasi relasi vertikal -- hablum minannaas -- hubungan antara manusia dengan manusia dan semesta.

Hari Arafah, ketika berjuta insan muslim berhimpun dari seluruh penjuru dunia, adalah hari sangat istimewa, ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala 'menghujani' hamba-Nya dengan berkah ampunan dan memenuhi do'a-do'a, dan memberikan kepada hamba-Nya apa yang diperlukannya dalam menjalani hidup dan kehidupan di jalan yang benar.

Inilah hari, ketika para malaikat menyaksikan limpahan cinta Ilahi sedemikian nyata, berupa kema'afan yang berbeda dengan hari-hari lain. Termasuk pengampunan atas para pendosa.

Bahkan, untuk mereka yang tak berada di padang Arafah secara fisik, tetapi melakukan puasa pada Hari Arafah, Rasulullah Muhammad SAW menyatakan, "Puasa hari Arafah menebus dosa-dosa mereka di tahun sebelumnya dan dosa hamba-Nya ditahun berikutnya." (Muslim).

Hari Arafah adalah hari ketika Allah melindungi hamba-Nya yang beriman dari dosa, menghindarinya terjatuh ke dalam dosa. Itulah esensi asasi dari pengampunan Allah. Pada hari itu juga, Allah menyelamatkan hamba-Nya yang beriman dari kabair (dosa-dosa mematikan).

Hari Arafah, adalah hari ketika Allah membuat hamba-Nya yang beriman lebih mudah untuk bertobat. Pengampunan-Nya, terkait dengan pertobatan. Karena orang yang bertobat (taubatan nasuha) disucikan dari dosa-dosanya.

Hari Arafah mengajarkan kepada kepada kita, bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala tak pernah bosan mendengar dan mengabulkan do'a hamba-hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala tak pernah menutup ruang dan kesempatan untuk bertaubat bagi mereka yang sungguh bertaubat. |

Editor : sem haesy
 
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 520
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1609
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1392
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 238
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 461
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 452
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 422
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya