Catatan Bang Sem
Suatu malam, sekira dua tahun lalu, di saung belakang rumah dinas Wagub Jabar di Jl. Ir. H. Juanda – Dago. Saya ngobrol dengan Deddy Mizwar sampai larut.
Acap ngobrol dengan saya, Deddy lebih banyak membahas berbagai hal terkait implementasi visi sehingga mewujud menjadi realitas pertama kehidupan rakyat sehari-hari.
Sebagai imagineer, fokus perhatian saya adalah ihwal proses bagaimana hal-hal yang abstrak dikelola menjadi realitas pertama secara nyata. Mulai dari menyeleksi dreams, agar tak terjebak menjadi ilusi dan fantasi, tetapi berkembang sebagai imajinasi.
Lantas bagaimana mengelola imajinasi dengan serangkaian seleksi melalui berbagai data yang diperoleh dari riset, sensus, dan sejenisnya, kemudian menghadapkannya dengan focal concern Jawa Barat, dan driving forces yang mendukungnya, untuk akhirnya menjadi visi.
Visi bukan lagi sesuatu yang abstrak, melainkan pernyataan pencapaian kerja untuk mewujudkan tujuannya seperti tercermin dalam sesanti: gemah ripah repeh rapih. Sejak Provinsi Jawa Barat terbentuk formal, 19 Agustus 1945, sesuai dengan Perda No 26/2010, belum ada perubahan sesanti itu. Tujuannya jelas : Gemah ripah kertamukti – kertaraharja.
Kami diskusi ketat dan sama berpandangan, bahwa memandang dan memahami pembangunan sebagai gerakan kebudayaan (ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya), akan berpulang kepada kesadaran kolektif dan serempak seluruh pemimpin dan aparatus Pemerintah Provinsi Jawa Barat, sebagai pelayan rakyat.
Melayani rakyat itu mulia. Pelayanan prima kepada rakyat adalah kemuliaan. Melayani tanpa menafikan integritas diri merupakan cara membebaskan diri untuk tidak menjadi vision killer.
Selepas resmi sebagai Cagub dalam Pilkada Jabar 2018, di mobil kijang hitam yang menopang mobilitasnya, magister ilmu pemerintahan ini tegas menjelaskan, kepemimpinan lima tahun ke depan, adalah kepemimpinan menuntaskan RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) Jawa Barat 2025.
Kata kuncinya: menyempurnakan yang sudah berhasil dicapai, melakukan pencapaian-pencapaian baru, dan kemudian meninggalkan legacy untuk fase pembangunan berikutnya (2025-2050). Tema besarnya adalah peningkatan kesejahteraan rakyat berkeadilan, yang kelak akan menjadi energi besar mengembangkan peradaban baru.
Komitmennya adalah bekerja sepenuh waktu melayani rakyat Jawa Barat hingga tuntas dalam periode pemerintahan, untuk mewujudkan Visi dan Misi pembangunan Jawa Barat (secara akseleratif selama periode pemerintahan). Dan, bekerja untuk melayani rakyat Jawa Barat dengan adil, jujur, dan ikhlas sebagai cara yang tepat dan benar dalam mengelola kekuasaan untuk kepentingan rakyat.
Saya sangat percaya Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi mampu memanifestasikan komitmen itu. Terutama, karena Deddy Mizwar yang kenal sejak belia, adalah sosok dengan integritas – kepribadian yang matang. Konsisten dalam mewujudkan visi dan misi hidupnya. Terutama menghadapi realitas sosial yang persisten menghadapi fluktuasi perkembangan. Termasuk kemiskinan, ketimpangan sosial (mulai dari ketimpangan pendapatan sampai disparitas desa kota) dan ketidakadilan.
Deddy tidak pernah setengah-setengah dalam melaksanakan sesuatu. Dia sangat tahu prioritas. Dalam memandang rakyat Jawa Barat yang harus dilayaninya, pandangan Deddy clear dan focus.
Itu sebabnya, dia tidak memerlukan waktu lama dalam beradaptasi dengan dunia pemerintahan ketika menjabat Wakil Gubernur.
Deddy juga kritis dalam membaca atau menerima informasi, termasa data eksisting dan perkembangan dinamikanya. Dia bukan tipe pemimpin yang mudah terbuai oleh laporan ‘asal bapak senang.’
Sikap egaliterian yang melekat pada dirinya sejak masa belia, memudahkan dia melakukan cross check setiap laporan. Terutama, karena Deddy terbiasa ber-tabayyun (memverifikasi dan mengkonfirmasi informasi) yang dia terima dari mana saja dan dalam konteks apa saja.
Sikap ini pula yang membuat dia langgeng memelihara persahabatan dan persaudaraan. Hal ini membuat Deddy sangat peka dalam membaca fenomena.
Dia tidak mudah terhuyung kala dibully, tak juga melayang kala dipuji, sama seperti tak kan goyah diserang dengan hoax atau black campaign. Kepada kalangan pendukungnya, hal pertama yang dia wanti-wanti adalah : jangan memproduksi hoax, jangan menggunakan black campaign, dan jangan pernah melakukan character assasination lawan politik dan siapapun.
Dia tak mudah kecewa, meskipun dikecewakan dan ditinggalkan oleh partai-partai yang semula mendukungnya, seperti yang dia alami menjelang masuk babak penyisihan Pilkada Jawa Barat 2018.
Deddy memegang prinsip dasar seorang ksatria (dulu dia bergabung dalam perguruan silat Satria Muda Indonesia yang dipimpin Prabowo Subianto). Di lingkungan dunia artis, dia dikelilingi oleh para sahabat yang sangat kritis dan terbuka dalam bersikap, seperti almarhum Farouk Afero, Anwar Fuady, dan lain-lain. Dan, dia tak pernah gentar berkompetisi, tetapi selalu bersikap manusiawi.
Dia laksanakan sinatria pilih tanding, satria yang siap berkompetisi. Nilai inti yang digenggamnya adalah : Bersatu dalam orientasi konsensus dengan produktivitas dan profesionalitas, yang dilandasi oleh etos kerja: cerdas dan bernas, responsif, efektif dan efisien, tegas dan bijaksana, efektif dan efisien; saling memajukan satu sama lain; adil dan egaliter; optimis dan siap memelopori perubahan menjemput jaman baru. (Nu Jauh urang deukeutkeun, geus deukeut urang layeutkeun, geus layeut urang paheutkeun, geus paheut silih wangikeun; Rempug jukung sauyunan; Nembongkeun ajen wewesen; Satria nu Pinandita; Teuas peureup lemes, usap; Pageuh keupeul lega awur; Silih Asih Silih Asuh Silih Asah; Adil Paramarta; Sinatria Pilih Tanding) |