Deddy Dores, Totalitas Sang Musisi

| dilihat 3423

AKARPADINEWS.COM | “TUHAN Maha Bisa. Hanya ridho-Mu yang selalu kuminta. Tuhan bimbing aku. Setiap detik hanya nama-Mu. Di dalam hidupku, di dalam jiwaku.”

Itulah sepenggal lirik lagu berjudul Untuk Apa hidupmu yang diciptakan Deddy Dores tahun 2012 lalu. Lirik dalam lagu tersebut menyiratkan sisi religiusitas dan perenungan mendalam Deddy tentang makna kehidupan manusia yang pada akhirnya akan kembali pada Sang Pencipta.

Ya, setiap mahluk yang bernyawa akan mati. Dan, Selasa malam (17/5), musisi sekaligus pencipta lagu-lagu pop dan slow rock legendaries di era 1990-an itu menghembuskan nafas terakhirnya.

Ia berpulang menghadap Ilahi. Melalui pesan yang beredar di media sosial, Deddy diberitakan wafat karena serangan jantung, pada pukul 23.45 WIB di Rumah Sakit Internasional Bintaro, Tangerang Selatan. Jenazahnya sempat disemayamkan di rumah duka, Jalan Kasuari, Bintaro Jaya Sektor 9 dan dimakamkan di tempat keluarganya di Sumedang, Jawa Barat.

Kepergian Deddy, menjadikan dunia musik Indonesia dirundung duka. Musisi kelahiran Surabaya, 28 November 1950 itu dikenal sebagai penyanyi dan penulis lagu slow rock terkemuka di Indonesia.

Bagi generasi muda masa kini, mungkin tidak banyak yang mengenal nama Deddy Dores. Namun, kiprah musik ayah enam anak ini pernah mencapai puncaknya di era 1980 hingga 1990-an. Lagu-lagunya begitu populer di telinga pencinta musik pop Indonesia.

Musisi yang memiliki ciri khas kaca mata hitam dan rambut gondrong itu mengawali karier bermusiknya dengan grup Rhapsodia pada tahun 1971. Bersama grup musik itu, Deddy merilis album Hilangnya Seorang Gadis pada tahun 1972 yang melejitkan namanya sebagai musisi dan penulis lagu.

Dua tahun kemudian, ia bergabung sebagai gitaris dengan band rock yang saat itu masih baru, God Bless. Akun facebook God Bless, secara khusus menuliskan rasa duka mendalam atas kepergian Deddy sebagai salah satu personil awal band rock yang juga menjadi sejarah musik Indonesia.

Sayang, karir Deddy di God Bless tak bertahan lama. Dua tahun kemudian, Deddy membentuk Superkid bersama vokalis kawakan almarhum Deddy Stanzah dan drumer Jelly Tobing. Band ini pun hanya bertahan tiga tahun. 

Namun, totalitas Deddy terhadap musik tidak berhenti. Deddy mulai menjajaki diri menjadi produser dan memotori penyanyi muda yang dia anggap memiliki bakat luar biasa. Akhirnya, posisi Deddy sebagai penulis lagu handal semakin melambung, ketika mengorbitkan penyanyi muda asal Bandung, Nike Ardilla.

Deddy juga menjadi rekan duet Nike dalam beberapa lagu. Di album Seberkas Sinar (1990) dan Bintang Kehidupan (1992), dengan beberapa hits single ciptaanya Seberkas Sinar, Cinta Pertama, dan Hati Kecil, membuat popularitas Nike mencapai puncak. Nike menjadi penyanyi muda pop dan rock paling berbakat yang pernah dimiliki Indonesia.

Sayang, Nike meninggal dunia karena kecelakaan di tahun 1995. Kabar itu sangat mengejutkan dan membuat penggemarnya sangat berduka, terutama Deddy, sang produser dan penulis lagu. Bahkan, Deddy menganggap Nike sebagai adiknya sendiri, khusus membuat lagu berjudul, Sebuah Lagu Buat Nike (1995).

Sebagai pencipta lagu yang berhasil membawa Nike pada puncak kesuksesan, Deddy Dores merasa bangga dan sangat salut pada talenta Nike karena tidak mudah menghadirkan seorang penyanyi sekaliber Nike. Karenanya, sejak kematian sang penyanyi, karir Deddy mulai redup dan jarang muncul di layar kaca.

Padahal, selepas meninggalnya sang bintang, Deddy sempat bergabung dengan band legendaris Koes Plus pada 1997. Bersama grup ini, ia merilis album rekaman bertajuk Rindu Kamu.

Selain Nike Ardilla, Deddy pun dikenal berhasil mendongkrak popularitas penyanyi pop dan rock muda lainnya seperti Poppy Mercury, Nafa Urbach, dan duet kembar Doris-Dagmar. Beberapa lagu yang diciptakan dan dibawakan Deddy secara duet juga menuai sukses seperti lagu Jangan Pisahkan bersama Mayang Sari yang juga dipopulerkan oleh Inka Christie.

Jelang ajal menjemputnya, tepatnya 12 Mei lalu, Deddy baru saja membuat sebuah single lagu, berduet dengan Ratna Listy. Judulnya, Tresno Jaman SMP, lagu berbahasa Jawa ini menjadi rekaman terakhir dari salah satu legenda musik Indonesia.

Di tahun 2013, tidak banyak publik seni yang mengetahui bila sang musisi menjabat sebagai Ketua Umum Suara Perjuangan Artis Indonesia dan aktif di dalam organisasi Kebangkitan Sunda Bersatu. Deddy Dores pun nyaris terjun ke dunia politik.

Pria yang akrab disapa Kang Deddy ini memang dikenal sebagai orang Sunda, meskipun lahir di Surabaya dan lancar berbahasa Jawa. Deddy pernah mencoba maju menjadi calon wakil gubernur dari jalur perseorangan di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Barat tahun 2013 lalu. Alasannya, ia ingin memajukan dunia musik di Jawa Barat. Namun, Deddy mundur lantaran khawatir dengan resiko berpolitik.

Deddy Dores akan selalu dikenang melalui karya emasnya. Di Indonesia, tak sedikit musisi seperti dirinya. Banyak memang musisi yang eksis di atas panggung. Namun, tidak banyak musisi yang memiliki bakat seni dan berupaya melejitkan penyanyi-penyanyi muda. Deddy juga tak hanya piawai bernyanyi.

Dia juga mampu menciptakan lirik lagu pop dan rock yang menghibur sehingga mendapat sambutan luar biasa dari pencinta musik Indonesia. Lirik-lirik lagu Deddy dikenal karena menyentuh telinga dan hati pendengar serta memiliki makna mendalam, dari soal cinta hingga kehidupan.

Selamat jalan Kang Deddy. Semoga amal ibadah mu diterima Allah SWT. Amin.

Ratu Selvi Agnesia

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 529
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1623
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1401
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 748
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 902
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 857
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya