Mengenang Prof. Dr. Firmanzah - Rektor Univ Paramadina

Cendekiawan Visioner Pro Rakyat itu Wafat

| dilihat 707

catatan Bang Sém

Di antara kabar duka yang saya terima setahun terakhir, inilah kabar duka yang paling menyentak saya.

Firmanzah, Rektor Universitas Paramadina, kelahiran Surabaya 7 Juli 1976, berpulang ke haribaan Ilahi Rabby.

Guru Besar dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia termuda di masanya, itu wafat karena vertigo yang dialaminya.

Anak ke delapan dari sembilan bersaudara, yang lulus dari Fakultas Ekonomi UI pada 1998 dan bekerja sebagai analis pasar pada sebuah perusahaan asuransi, kemudian meniti karir di jalur akademik, mulai dari asisten dosen di almamaternya.

Firmanzah kemudian melanjutkan studi ke Universitè de Lille, Perancis (mendalami ilmu strategi organisasi dan manajemen), yang memberinya bea siswa. Selepas menyelesaikan studi magister di universitas ini, dia melanjutkan studi doktoral dalam bidang manajamen strategis internasional di Universitè de Pau et des Pays de l'Adour, Perancis, dan merampungkan studinya tahun 2005.>

Sambil menyelesaikan studi doktor-nya, allahyarham sempat mengajar di kampusnya itu selama setahun. Tahun 2005, setelah merampungkan studinya, ia kembali ke tanah air dan bekerja di almamaternya, Universitas Indonesia.

Tiga tahun kemudian (14 April 2008) allahyarham terpilih sebagai Dekan Fakultas Ekonomi UI, menggantikan Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro yang kini menjabat Menteri Riset dan Teknologi, itu. Ia terbilang sebagai dekan termuda di fakultas yang melahirkan banyak teknokrat pembangunan ekonomi Indonesia.

Tidak seperti para pendahulunya yang sebagian besar lulusan dan bermazhab Amerika Serikat dalam pemikiran ekonomi, Firmanzah membawa nafas baru a la Perancis.

Keilmuannya selaras dengan pandangan dan pemikiran ekonomi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tak ingin terjebak pada pusaran kapitalisme global, tetapi juga mengadopsi sosialisme mondial.

Presiden SBY kemudian merekrutnya sebagai staf khusus di bidang ekonomi, sampai masa pemerintahannya berakhir (2014). Tahun 2015, Firmanzah terpilih sebagai Rektor Universitas Paramadina, yang memang memberi peluang bagi orang muda untuk memimpi. Sebelum Firmanzah, Rektor Universitas Paramadina adalah Anies Rasyid Baswedan.

Sepanjang 2010 - 2014 saya acap berinteraksi dengannya. Kecerdasannya dan penguasaan ilmu pengetahuannya sangat menonjol, namun tetap dengan kepribadiannya yang kalem dan rendah hati.

Kami sering bersama sebagai anggota delegasi Presiden SBY (yang menempatkan diri sebagai Chief of Diplomacy) ke luar negeri, termasuk setiap kali menghadiri Sidang Umum Perserikatan Bangsa Bangsa di New York.

Pandangan dan pemikirannya visioner, tanpa harus kehilangan pijakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan aktual.

Kami sering diskusi tentang berbagai hal yang menjadi bleid Presiden SBY yang menegaskan pertumbuhan ekonomi mesti berdampak langsung pada ikhtiar menurunkan angka kemiskinan, perluasan kesempatan kerja dan pembangunan berkelanjutan.

Sikap dan kepribadiannya lurus, akhlak-nya bagus, dan sangat sopan. Dia tidak menonjolkan diri, karena lebih banyak memainkan peran sebagai pemikir yang mendampingi - sekaligus menjadi mitra diskusi dan merumuskan pemikiran Presiden SBY dalam berinteraksi dengan para menteri.

Firmanzah merupakan mitra aktif dan melekat pada institusi Presiden dalam mengembangkan berbagai policy design terkait dengan kebijakan ekonomi. Saya beberapakali berdialog dengan allahyarham, terkait strategi pembangunan ekonomi Presiden SBY termasuk konsep tentang green economy dan MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia) dalam mengatasi kesenjangan antar wilayah.

Via dialog dan interaksi dengan allahyarham, misalnya, saya menyerap berbagai gagasan dan pemikiran Presiden SBY terkait dengan strategi konektivitas antara keberlanjutan lingkungan dan pembangunan ekonomi.

Suatu malam (24 September 2012) di New York, Presiden SBY mendapatkan penghargaan pencapaian ekonomi Abad 21 dari Dewan Bisnis AS - ASEAN dan penghargaan Kepemimpinan Lingkungan dan Konservasi Alam dari WWF (World Wide Fund for Nature), Nature Conservacy dan WRI (World Resources Institute).

Malam itu, Presiden SBY menerima "Valuing Nature Award for Indonesia`s leadership in the Coral Reefs Triangle Initiative," yang dihadiri juga oleh Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao dan Menteri Luar Negeri Australia, Bob Carr.

Sebelum berangkat, saya sempatkan diskusi dengan allahyarham untuk mendapatkan frame terkait dengan orientasi pembangunan ekonomi dan strategi pencapaiannya.

Untuk hal-hal terkait ekonomi, berdialog dengan allahyarham adalah 'cara cepat,' untuk mendapatkan ruang pemikiran Presiden SBY yang terbiasa menuliskan sendiri pemikirannya, selepas berdiskusi dengan Staf Khusus.

Hal ini selalu saya perlukan, karena jadual kunjungan kerja kenegaraan ke luar negeri sangat padat, dan jadual sangat padat dengan agenda kerja. Hanya ada waktu beberapa jam saja untuk dialog dengan Presiden SBY, mengkonfirmasi berbagai hal yang disampaikannya dalam setiap agenda.

Peran allahyarham sebagai Staf Khusus Presiden, penting dan strategis, karena Presiden SBY menyadari betul latar kemiliteran dan ekonomi pertaniannya yang memerlukan berbagai hal lain secara dimensional untuk mencapai kebijakannya yang pas, sekaligus sesuai dengan sikapnya sebagai seorang perfectionis.

Proses adaptasi terhadap beragam bidang yang mesti digelutinya terutama ekonomi tak bisa lepas dari strategy line, focal concern, dan prioritasnya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, meningkatkan tata kelola, dan mempercepat reformasi, di atas tiga pilar kebijakan: pro - pertumbuhan, pro - lapangan kerja dan usaha, pro-kaum miskin, dan pro-lingkungan.

Dengan prinsip kepemimpinan dengan ruang berpikiran terbuka, dan terus berpikir out of the box, peran allahyarham strategis dalam menjaga keseimbangan sikap Presiden SBY untuk tidak keukeuh pada kemauannya sendiri untuk suatu ide. Allahyarham adalah salah seorang yang memainkan peran dalam memberikan daya pencapaian hasil terbaik Presiden SBY.

Allahyarham, misalnya, menjelaskan kepada saya tentang pengaruh terhentinya negosiasi iklim antara negara maju dan negara berkembang terhenti (September 2009). Di antara para pihak tak ada yang ingin bergerak untuk menetapkan target emisi masing-masing yang kredibel dan ambisius.

Allahyarham menyerap diskusi-diskusi dan dialog Presiden SBY dengan berbagai kalangan untuk mendapatkan solusi-solusi strategis. Termasuk menemukan cara untuk tidak terjebak di jalan buntu, meski harus menempuh prespektif baru.

Keberadaan Allahyarham sebagai Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi, diperlukan dalam melihat secara jernih keperluan untuk berfikir out of the box, dan decision plan yang mempertimbangkan secara masak risiko - risiko yang harus dihadapi. Misalnya moratorium penebangan pohon di hutan alam primer dan penggunaan lahan gambut. Keputusan yang tidak populer.

Tetapi dilihat dari keseluruhan strategi pembangunan, fakta-fakta brutal harus dihadapi. Misalnya, kondisi eksisting di Indonesia, antara lain hilangnya 3,5 juta hektar hutan hujan tropis - yang terjadi tepat pada puncak transisi demokrasi pada tahun 2000.

Hasilnya? Indonesia mampu secara signifikan mengurangi laju deforestasi dan mampu menjawab tantangan untuk mewujudkan tata kelola hutan nasional yang efektif dan berjangka panjang. Termasuk memperbaiki upaya pemerintah memberikan dukungan yang lebih baik bagi masyarakat lokal, bermanfaat bagi generasi mendatang.

Allahyarham juga sangat peduli pada nasib rakyat miskin. Suatu hari, dalam rapat di Sekretariat Kabinet yang dipimpin Sekretaris Kabinet, Dipo Alam terjadi polarisasi pendapat untuk menghasilkan rekomendasi final kepada Presiden SBY sebelum memutuskan pengurangan dan pengendalian BBM bersubsidi.

Usai rehat Maghrib, ketika rapat dilanjutkan, Allahyarham mengemukakan, jumlah penduduk miskin dan penduduk rentan miskin, sangat sensitif terhadap perubahan harga komoditas, baik langsung maupun tidak langsung. Ia memberi rekomendasi pilihan opsi kebijakan, yaitu: paket pengendalian BBM bersubsidi.

Rekomendasi yang disampaikannya, memadu rekomendasi KEN (Komite Ekonomi Nasional) dan Menko Perekonomian. Firmanzah mengisyaratkan, pengendalian BBM harus disertai dengan pengawasan dan optimalisasi kebijakan pro rakyat.

Lantas, pembatasan penggunaan BBM subsidi bagi mobil pribadi (plat hitam), mobil dinas, dan seluruh keperluan sektor perkebunan dan pertambangan. Tetapi, tetap mempertahankan subsidi bagi angkutan umum, barang, dan kendaraan roda dua (sepeda motor).

Firman juga merekomendasikan diversifikasi produk dengan menambah varian baru Premix Ron 90, serta jaminan kelancaran pasokan solar untuk nelayan. Termasuk penerapan teknologi informasi untuk mengendalikan konsumsi BBM pada SPBU (Stasiun Pengisian BBM Umum).

Keuntungan dari paket yang ditawarkan Allahyarham adalah tidak adanya kenaikan BBM bersubsidi, realokasi distribusi subsidi, dan pengurangan impor BBM. Meski demikian, pemerintah mesti memastikan tersedianya secara memadai, pasokan kebutuhan pokok, serta mengendalikan potensi lonjakan harga yang dapat memicu inflasi dan menekan ekonomi rumah tangga miskin.

Untuk itu, pemerintah harus mengintensifkan program perlindungan rakyat miskin.

Banyak hal menarik dari pemikiran cendekia guru besar termuda yang pernah saya bayangkan, bakal menjadi salah seorang pemimpin Indonesia di bidang ekonomi. Tapi Allah menghendaki lain.

Selamat jalan bung Firmanzah. Amal kebajikan, serta kemanfaatan ilmu dan kearifanmu abadi. Anda orang baik yang lebih disayangi Allah nan Maha Baik lewat gerbang husnul khatimah.. |

 

Editor : delanova | Sumber : foto berbagai sumber
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1154
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 708
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 867
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 819
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya