Bujang Senja dan Usul Poligami

| dilihat 627

Sharia P

Ini cerita ringan sekaligus berat. Ihwal 'bujang senja' alias perjaka lapuk atau perawan tua di Malaysia.

Isu ini mengemuka, terpantik oleh ucapan anggota parlimen dari daerah pemilihan Kubang Kerian, Datuk Seri Tuan Ibrahim Tuan Man, salah seorang pimpinan PAS (Partai Al-Islam Se-Malaysia) dalam barisan koalisi pembangkang Perikatan Nasional (PN).

Mantan Menteri Alam Sekitar pada Kabinet Muhyiddin Yassin yang juga mantan pensyarah (dosen) ini, mengungkapkan keprihatinan atas meningkatnya jumlah 'bujangan senja' di negeri ini, pada Sidang Dewan Rakyat - parlemen - Malaysia, Rabu (22/11/23).

Lelaki kelahiran Kampung Balai - Jerantut, Pahang ini menyarankan agar Pemerintahan Perpaduan yang mengibarkan visi Malaysia Madani, dapat memberikan dukungan moral kepada para bujang senja.

Khas untuk mengurangi populasi perempuan 'bujang senja' yang berjumlah 8,4 juta jiwa, ia mengemukakan, agar pemerintah memberi dukungan moral bagi laki-laki yang sudah berkeluarga untuk melakukan poligami. Selama ini, poligami sering dipandang tak sedap. Mereka yang melakukannya dianggap setara dengan jenayah (kriminal).

 Meski dikatakan, usulannya bukan merupakan solusi final, tapi hal ini bisa memberikan jalan keluarnya. Ia tak segera menjawab, ketika ada anggota parlemen dari blok pemerintah yang bertanya, apakah dirinya sudah mengambil solusi yang diusulkannya.

Kemudian, Tuan Ibrahim Tuan Man mengemukakan, dia masih beristri satu. "Nanti bisa melakukannya secara bersama-sama,” ujarnya, pada sesi debat parlemen tersebut.

Minat Menikah Tinggi

Sejak Sensus Penduduk 2010, ketika jumlah bujang senja masih berjumlah 5,5 juta jiwa sudah ada fenomena lelaki dan perempuan yang berusia di atas 30 tahun memutuskan untuk tidak menikah atau menunda pernikahan.

Ia menyebutkan, penyebab utamanya adalah 56 persen karena faktor keuangan. 18,4 persen karena tidak ada calon yang cocok. 9 persen, tersebab oleh karir.

Sebenarnya isu 'bujang senja' yang diangkat anggota parlemen ini, telah dikaji oleh Lembaga Penduduk dan Pembangunan Keluarga Negara (LPPKN) Malaysia tahun 2014. Hasil Kajian Penduduk dan Keluarga Malaysia (KPKM) kala itu menunjukkan, lelaki 'bujang senja' yang sesungguhnya berminat menikah sampai 90,7 persen. Sedangkan perempuan 'bujang senja' yang ingin menikah sampai berjumlah 80,3 persen. Artinya, minat menikah masih tinggi.

Kajian tersebut juga mengungkapkan mereka yang akhirnya menjadi 'bujang senja' melintasi masa rata-rata usia pernikahan (31 tahun) bagi laki-laki dan perempuan.

Kajian yang biasa dilakukan sepuluh tahun sekali itu, akan dilakukan lagi tahun 2024 mendatang. Boleh jadi, karena itu pula Tuan Ibrahim Tuan Man mengambil kesempatan mengangkat isu tersebut.

Adat Resam Budaya

Bagi laki-laki Malaysia kini, sebenarnya kecenderungan menjadi 'bujang senja' merupakan tren gaya hidup. Khasnya ketika berkembang 'generasi kedai kopi' yang berkembang bersamaan dengan melaju cepatnya teknologi digital. Mereka adalah kalangan yang berkarir mandiri dalam sektor kreatif yang tak memerlukan jam kerja sebagaimana umumnya. Terutama mereka yang mempunyai link kerja global.

Kendati demikian, dalam berbagai perbincangan di lingkungan komunitas, bisnis, dan kampus kecenderungan laki-laki menjadi 'bujang senja,' juga tersebab oleh masih kuatnya nilai adat resam budaya. Baik di kalangan perempuan Melayu asli, Tionghoa, maupun India.

Sebagian besar perempuan Malaysia, khasnya dari puak Melayu asli, yang keluarganya masih memegang kuat adat resam budaya dan agama, selalu berpengharapan wajar, bahwa kencan akan berujung pada pernikahan.

Kencan mesti diawali dengan pengenalan kepada keluarga, orang tua, sekaligus menyatakan niat akan berhubungan serius dengan jelas. Tak ada istilah kencan sekejap di klub atau melakukan one-night stand.

Selebihnya adalah habitus sosial, perempuan puak Melayu dan India lebih suka berkencan dengan kelompok etnis mereka. Hanya perempuan Tionghoa yang lebih berpikiran terbuka dan selesa (nyaman) berhubungan dengan etnis lain.

Perempuan Malaysia dikenal karena ketulusan, kesetiaan, dan sikap rendah hati mereka. Selain itu, mereka cerdas, rajin, dan senantiasa serius dalam menjalin relasi pribadi. Terutama, karena mereka dididik untuk selalu menghargai pasangannya dan memprioritaskan cinta yang tulus daripada hubungan asmara dan hubungan biasa.

Subsidi Nikah

Belakangan hari, sesuai dengan perkembangan zaman, khasnya di lingkungan urban, perempuan Malaysia berlatar pendidikan tinggi dan wawasan global. Karenanya mempunyai standar pasangan yang setara atau lebih tinggi dari mereka. Khasnya lelaki cerdas, beradab baik, berintegritas, dan mempunyai profesi jelas. Baik sebagai peniaga, pensyarah, jurnalis, dan profesional di berbagai kalangan.

Hal-hal semacam ini yang menyebabkan tak banyak laki-laki yang punya 'keberanian' untuk beristri. Padahal, tidak sepenuhnya demikian. Tak sedikit perempuan Malaysia yang ketika merasa bersesuaian dengan laki-laki yang hendak menjalin hubungan dekat, mampu berkomitmen untuk membangun komitmen bersama. Terutama, ketika menikah atau ber-'kahwin' dipahamkan sebagaimana Allahyarham Tan Sri SM Salim mengungkap dalam salah satu lagunya: 'kongsi hidup waktu yang nikmat.'

Tapi, perlukah pemerintah menyiapkan program-program khas dalam bentuk subsidi nikah? Inilah soalnya. Isu semacam ini dipandang relevan dengan visi Malaysia Madani yang dicanangkan PMX Anwar Ibrahim.

Malaysia madani merupakan ikhtiar terpadu dan holistik untuk menjadikan seluruh kebijakan dan implementasi di Malaysia lebih manusiawi, yang terus ditingkatkan melalui konsultasi dan masukan dari masyarakat.

Malayaia Madani bertopang pada ikhtiar-ikhtiar: Mutu hidup seimbang berdasarkan citra Malaysia yang unik berasaskan ilmu pengetahuan dan kearifan tempatan;  Kesejahteraan ekonomi, sosial dan kelestarian alam melalui budaya ilmu dan kepelbagaian pandangan; Pembaharuan dan pengupayaan modal insan bagi menjelmakan daya cipta manusia; Perilaku budi bahasa kepada kekayaan tradisi, merayakan kemajmukan dan meraikan perbezaan pandangan dunia; Menghidupkan harapan terhadap
perubahan seiring sikap amanah melakukan perubahan ke arah kebaikan; dan, Belas ihsan akan nasib semua pihak melalui tindakan pemberdayaan kemanusiaan.

Bila pemerintah merancang subsidi nikah, tentu para 'bujang senja' boleh jadi, mereka akan menjadi bagian strategis mewujudkan capaian Malaysia Madani. Hmmm.. |

Editor : delanova | Sumber : berbagai sumber
 
Ekonomi & Bisnis
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 253
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 425
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 271
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 244
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 340
Cara Iran Menempeleng Israel
Selanjutnya