Berikan Kekuasaan Kepada Orang Saleh

| dilihat 1386

Al Haedar

APAKAH hakekat kuasa dan kekuasaan?

Sebagian kalangan memandang dan meyakini, kuasa dan kekuasaan adalah kekuatan untuk melakukan perubahan dan pembaruan bangsa.

Sebagian lagi memandang dan meyakini, kuasa dan kekuasaan adalah kekuatan untuk mengendalikan pemerintahan.

Ada juga yang memandang dan meyakini, kuasa dan kekuasaan merupakan kekuatan utama untuk memerintah.

Dengan pemikiran dan pemahaman masing-masing yang beragam, itu manusia berusaha mempertahankan dan merebut kekuasaan. Baik dengan cara-cara yang benar, setengah benar, bahkan kurang benar.

Karenanya, acapkali bersentuhan dengan kuasa dan kekuasaan, banyak pihak sering lupa kepada tujuan adanya kuasa dan kekuasaan itu sendiri.

Agama mengajarkan kita, bahwa kuasa dan kekuasaan adalah instrumen peradaban untuk menjaga dan memelihara amanah. Karena itu, kesalehan (personal dan sosial) menjadi sedemikian penting.

Dalam Islam, bahkan ditegaskan, kuasa dan kekuasaan hanya dijanjikan Allah kepada mereka yang beriman dan beramal shaleh.

Allah (telah) menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, sesungguhnya akan dijadikan mereka khalifah di muka bumi, sebagaimana telah dijanjikan khalifah, orang yang sebelum mereka, dan akan dikukuhkan bagi mereka agama mereka yang telah diridhakan untuk mereka, dan sesungguhnya akan digantikan buat mereka dari sesudah takut menjadi aman, mereka menyembah kepada-Ku, dan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Dan barangsiapa yang kafir (inkar) sesudah demikian itu, maka itulah orang-orang yang fasiq” (QS An Nur, 55).

Firman Allah ini jelas menunjukkan, kuasa dan kekuasaan hanya diperuntukkan Allah kepada insan yang beriman dan beramal shaleh. Yaitu, mereka yang menjadikan tauhid kepada Allah sebagai jalan hidup, sehingga tidak terbuai oleh kuasa dan kekuasaan.

Kekuasaan diberikan Allah, kepada mereka yang menjadikan Rasulullah Muhammad sebagai panutan utama, sehingga selalu cerdas, arif, tegas, benar, dan adil dalam mengambil keputusan.

Sesungguhnya, Rasulullah adalah contoh teladan  yang baik dan nyata bagimu, (yaitu) bagi siapa yang mempunyai harapan kepada Allah dan hari akhirat, dan yang ingat kepada Allah sebanyak-banyaknya” (QS Al Ahzab 21).

Bagi saya, orang-orang beriman adalah mereka yang bertaqwa, artinya mereka yang memiliki kematangan ideologis untuk menjalankan kekuasaan sebagai ibadah. Artinya, dia berkomitmen, bahwa kekuasaan adalah cara untuk menyejahterakan orang banyak, yang diperlakukan secara adil.

Adil dalam konteks ini adalah proporsional, baik dari sudut pandang sosiologis maupun demografis, bukan ‘samarata samarasa.’ Terutama karena kewajiban dan kontribusi khalayak terhadap kemakmuran kolektif juga bersifat proporsional.

Mereka yang beriman dan beramal saleh tentulah yang memenuhi kriterium sebagai penerima dan pengemban amanah yang sungguh dapat dipercaya, benar, cerdas, komunikatif.

Insan berintegritas yang bersih, anti rasuah (korupsi) – karena korupsi merupakan tindakan penghianatan terhadap amanah dan bertentangan dengan tauhid dan kesalehan. Sekaligus, insan profesional yang beramal ilmiah dan berilmu amaliah.

Karena kualifikasinya demikian, maka penerima amanah kuasa dan kekuasaan haruslah seorang yang rendah hati dan bijaksana, jauh dari takabbur, pongah, dan menempatkan kekuasaan sebagai atribut penguasaan atas orang lain.  Artinya, selain profesional, tentu berakhlak mulia. Termasuk dalam bertabligh – berkomunikasi.

Karenanya, Allah tak menyediakan kuasa dan kekuasaan kepada pribadi manusia fasik.

Di alam demokrasi kualifikasi insan yang beriman dan beramal saleh, saya pahami sebagai figur pemimpin yang mampu melayani rakyatnya secara multidimensional, tanpa kehilangan daya integritas pribadinya yang teguh sebagai muslim.

Di dalam dimensi kualitas kemusliman (dan kemudian berkembang sebagai bagian dari kaum mukminin, mukhlisin, dan mukhsinin) terpikul tugas mulia, menciptakan suatu masyarakat negara dan bangsa yang adil, makmur, sejahtera, thayyib, dalam ampunan Allah SWT.

Kualifikasi insaniah pemimpin semacam itu, dalam konteks praktik demokrasi, mesti ditempatkan sebagai model ideal (acuan) kepemimpinan yang layak pilih. Yaitu, figur yang mempunyai kesalehan individual dan berpotensi mengembangkan kesalehan sosial. Karenanya, freedom of choice (kebebasan memilih) yang melekat sebagai hak kita, mesti secara optimum diperuntukkan hanya untuk memilih orang saleh.

Dalam konteks itulah pula, isyarat Allah yang termaktub dalam QS Al Maidah (51 - 58) secara substansial sudah menegaskan, kualifikasi auliya – dalam konteks pemimpin atau dalam konteks lain – adalah mereka yang mempunyai kualifikasi untuk berkompetisi secara paripurna. Berkompetisi dalam konteks visi, misi, dan program.

Memilih mukmin yang saleh adalah memilih mereka yang secara visioneering, menjalankan kepemimpinan dan kemuliaan melayaninya untuk menciptakan kondisi hidup lebih baik yang membahagiakan dan menyejahterakan semua orang yang dipimpin dan dilayaninya.

Karenanya, hanya politisi paling busuklah yang selalu berfikir dan beranggapan, bahwa mereka yang menggunakan isyarat dalam QS Al Maidah 51 merupakan politisi yang tak sanggup berkompetisi secara programatis.

Mereka yang gerah dengan penggunaan QS Al Maidah 51 sebagai basis kriterium dalam proses memilih pemimpin yang melayani rakyat (bagi kaum muslim dan mukmin), jelas menunjukkan dirinya tidak layak dan tidak patut dipilih. Terutama, karena dari sudut pandang visioneering, mereka tak akan membawa masyarakat ke jalan realitas kehidupan, melainkan ke jalan fantasi.

Berikan kekuasaan hanya kepada mukmin yang saleh, yang taat kepada Allah dan rasul-Nya, taat pula pada komitmen bersama yang tersurat dan tersirat dalam konstitusi. Merekalah yang mampu menempatkan perintah Allah di atas perintah konstitusi, tanpa mengabaikan hak siapapun yang dipimpinnya secara adil (proporsional). |

Editor : sem haesy
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 634
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 784
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 751
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 432
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1503
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1322
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya