Mencermati Aksi Superdamai Bela Islam III

Alangkah Dahsyatnya Cinta

| dilihat 2948

UMAT Islam Indonesia telah menunjukkan dahsyatnya cinta. Jum’at, 2 Desember 2016 kita menyaksikan dengan seksama, bagaimana cinta sesungguh cinta (kepada Allah, Muhammad Rasulullah, dan Al Qur’an). Dan ketika cinta bertumbuh jadi ghirah (cemburu berbuat kebaikan) dan gairah, tak siapapun bisa menghalanginya.

Banyak cerita diungkap media dan bahkan media sosial, menunjukkan bagaimana para pecinta dari seluruh negeri, mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat. Sumatera Selatan, Lampung, Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura membuktikan cintanya.

Bila pada aksi Bela Islam 2 (4 November – 411), berdasarkan google map, gerakan cinta yang dinafasi Surah al Maidah, menghimpun tak kurang dari 2 juta orang. Maka, aksi Bela Islam 3 (212) diperkirakan lebih dari tiga juta orang berkumpul di Monumen Nasional (Monas), termasuk Medan Merdeka Selatan dan Jalan Thamrin.

Jurnalis akarpadinews.com, Anwar Rizqi, melaporkan dari tengah suasana riuh tanpa gaduh, aksi Superdamai Bela Islam III, memberikan aksentuasi lain. Suasana ibadah yang sangat menonjol.

Sejak subuh, para peserta dari berbagai daerah sudah memadati lapangan monumen nasional. Kemudian sejak pukul 08.00 ganti berganti seluruh yang hadir di situ, termasuk Kapolri Tito Karnavian menyampaikan orasi singkat. Tito mengemukakan komitmen Kepolisian RI menegakkan hukum yang adil atas Basuki Tjahaja Purnama – Gubernur DKI Non Aktif --, tersangka penistaan agama. Komitmen itu disambut gempita dengan takbir.

Selepas itu, para Kyai, ustadz, dan habaib ganti berganti melantunkan do’a bagi keselamatan Indonesia sebagai bangsa yang plural.  Suasana menjadi sangat religius, dan ini yang luar biasa: ketika tiba waktu shalat Jum’at, begitu adzan kumandang yang didiseminasikan sampai ke Bundaran Hotel Indonesia, hujan deras turun. Angin sekali-sekali mewarnai suasana shalat Jum’at yang dihadiri tanpa rencana oleh Presiden Joko Widodo dan M. Jusuf Kalla.  

Suasana Shalat Jum’at berjamaah terbesar di dunia sepanjang abad 20 dan abad 21 ini yang disertain hujan, kian terasa maknanya. Tak satupun peserta Aksi Superdamai Bela Islam III yang beringsut. Mereka teguh oleh pendirian, menegakkan shalat di hari Jum’at qubra, itu.

Habib Riziq Shihab tampil menyampaikan khutbah dengan retorikanya yang khas: tegas, tanpa tedeng aling-aling, tapi tetap dalam nafas bil hikmah wal mauidzatil hasanah (dengan  pesan kearifan dan tutur kata yang baik). Meskipun khutbah itu dengarkan langsung oleh Presiden dan Wakil Presiden.

Dalam khutbahnya, Habib Riziq Shihab mengemukakan. Tidak ada seorang habaib, kyai, ustadz, dan ulama manapun juga yang bisa menggerakkan jutaan orang jamaan hari itu. Hanya Allah yang menggerakkan nalar, naluri, perasaan, dan indria jutaan umat hari itu.

Kesemua itu dipicu oleh satu tuntutan: tidak memberi tempat kepada penista agama. Karena, kalau penista agama dibiarkan, nanti akan banyak orang sesuka hati menista agama. Riziq mengemukakan, sebagai muslim, sebagai warga Indonesia yang sungguh mencintai NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, kita tak boleh membiarkan para penista agama.

Satu tarikan nafas, tak boleh seorangpun umat Islam sebagai warga negara Indonesia menista agama apapun. “Kita tidak boleh menista agama Katholik, Kristen, Hindu, Budha, atau Kong Hu Chu,” ujar Riziq.

Habaib yang kian tampak pesona dirinya tidak seperti yang dikesankan oleh media mainstream dan media sosial, itu dalam khutbahnya yang lantang, mengingat Presiden Jokowi, Pimpinan DPR dan MPR RI untuk mencegah terjadinya penistaan agama.

Aksi Superdamai Bela Islam III yang dimotori oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI itu memang sungguh terjadi karena luapan cinta yang sangat mendalam kepada Islam sebagai pedoman hidup manusia yang dikembangkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.

Ghirah dan gairah itu tak hanya menyentuh muslim (laki-laki), tetapi bahkan muslimah. Mereka mengambil peran strategis dan fungsional, menjaga kebersihan, menyediakan makan dan minum bagi paea pecinta.

Stephen, seorang antropolog, yang menyaksikan liputan aksi superdamai itu melalui siaran live streaming, mengatakan, untuk memahami fenomena yang terjadi pada 411 dan 212, sekurang-kurangnya mereka yang cerdas dan jernih memandang, harus tahu sedikit tentang Islam, Muslim dan muslimah.

Iman yang mendalam, tauhid yang melandasi seluruh umat Islam yang terpanggil dalam aksi damai bela Islam (411) dan aksi superdamai bela Islam (212), sejak awal bergabung dalam gerakan ini adalah panggilan cinta. Semua yakin dan percaya, aksi 411 dan 212 merupakan predistinasi  dari kehidupan di akhirat kelak.

Boleh jadi yang dikemukakan Stephen mewakili pandangan jernih kedua aksi tersebut.

Seruan takbir, tahlil, tahmid, dan shalawat yang terus berkumandang menunjukkan, para pecinta yang memenuhi monumen nasional dan beberapa sisi jalan protokol – Thamrin hanya bergantung dan berlindung kepada Allah semata. Inilah yang menggerakkan jamaah melakukan longmarch dari Ciamis ke Jakarta, ketika mereka dihadang pergi menggunakan bis.

Keteguhan sikap sang pecinta itu, kemudian mengundang simpati, empati, dan respek dari umat Islam lainnya. Itulah yang membuat semua hambatan dan rintangan menjadi sangat kecil. Terutama karena di dalamnya terdapat dimensi moral yang menggerakkan ummat sebagai pecinta.

KETIKA takbir menggema di pada Jum’at qubro 212,  romantis­me menyeruak, ngembara ke jagad hening. Lalu menemukan ruangnya, saat silaturahmi sedemikian kukuh buhul­nya. Silaturahmi yang diwarnai oleh kesamaan komitmen dan integritas muslim dan muslimah.

Semua yang hadir pada aksi superdamai bela Islam, itu berjuang memenuhi dan mengekspresikan cinta yang sangat besar kepada Allah, Sang Maha sumber cinta dan kasih sayang. Sepanjang itu pula, dengan dahsyat, se­luruh persoalan sehari-hari ditepikan, diabai­kan. Menjelma menjadi ukhuwah insaniah, ukhuwah islamiyah, dan ukhuwah wathaniah.

Adzan, salawat, dan takbir menggema di antara ribuan kaki hujan yang me­manggil-manggil, itulah sesungguhnya panggilan cinta. Panggilan Sang Kekasih yang tak pernah bosan men­dengarkan ungkapan cinta dan tak pernah bosan mendengarkan dan mengabulkan do’a manusia.

 “Allaahu Akbar. Allaahu Akbar. Allaahu Akbar. Allaahu Akbar Kabiiro wal Hamdulillaahi Katssiro wa Subhanallaahu Bukrataw wa Asiila. Laa ilaaha illallaahu. Allaahu Akbar. Allaahu Akbar wa lillaahilhamd”.

Maha Besar Allah. Maha Besar Allah. Maha Besar Allah. Tiada sesuatu yang lebih besar dari ke-Maha Besar–an Allah, maka ketika para pecinta meninggalkan Monas kembali ke kediamannya masing-masing, yang tersisa tinggal rasa syukur karena diberi kesempatan memenuhi kewajib­an untuk memberikan hak Allah.

Sungguh hanya Allah saja tumpuan cinta. Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar. Allah maha Besar. Dialah satu-satunya tempat rasa syukur dilabuhkan.

Dari apa yang terjadi pada aksi damai 411 dan superdamai 212, kita menyaksikan, umat Islam berhasil membuktikan, bahwa cinta tak cukup hanya diucapkan, karena cinta memerlukan kesungguhan dan keberanian untuk membuktikan manifestasinya.

Seorang pecinta tak perlu menunjukkan manifestasi kedalaman cintanya kepada orang ramai, karena yang perlu dia tunjukkan adalah kecintaannya sebagai pecinta kepada tujuan cintanya. Oleh karena itulah, setiap pecinta selalu mempunyai alaqah, hasrat cinta.

Alaqah sang pecinta yang tertinggi dan termulia hanyalah diperuntukkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, Rasulullah Muhammad SAW. Hasrat cinta yang selalu membara, dihidupkan oleh lau’ah, gelora cinta.

Hasrat yang selalu memengaruhi pecinta untuk menempatkan tujuan cintanya sebagai puncak kegandrungan yang tak bisa disaingi atau dikalahkan oleh apapun. Alaqah memandu para pecinta untuk mencapai tujuan cintanya dengan visi cinta.

Visi cinta yang bening jernih, sebagai pencapaian ikhtiar untuk beroleh kedalaman cinta. Visi cinta yang membawanya ke kehidupan bahagia sejahtera di dunia dan akhirat, dan terbebas dari petaka dunia. Visi cinta yang sekaligus menjadi salah satu titik etappe sampai ke titik tujuan yang sungguh kekal dan abadi.

Titik persinggahan yang dijangkau dengan ikhtiar penuh seluruh, dengan memenuhi seluruh yang diminta dan meninggalkan seluruh yang dilarang oleh Sang Tujuan Cinta. Persis seperti diungkapkan Habib Riziq dalam khutbahnya: islam itu sederhana, tiggalkan yang dilarang Allah, dan penuhi yang disuruh Allah.

Indahnya cinta sungguh terasa, ketika alaqah, hasrat cinta, terus hidup dan semayam, siang dan malam, sehingga seluruh dinamika kehidupan dari masa ke masa, ditujukan untuk mencapai tujuan cintanya. Apalagi, Dia yang menjadi tujuan cinta, telah memberikan agenda yang jelas untuk selalu mengunjunginya.

Tak ada satupun di dunia ini, yang sedemikian konsisten memelihara hasrat cinta, kecuali tujuan cinta utama kita: Allahu Rahman ur Rahiim. Hanya Dia kekasih dan tujuan cinta, yang tak pernah bosan mengingatkan kita untuk memelihara alaqah.

Dia pula yang tak pernah mengingkari dimensi cinta dan kasih sayang (rahmanurrahiim), meski kekuasaan-Nya tiada tanding, tiada banding.

Allah tujuan cinta kita, tak pernah bosan mendengar, menerima dan  mengabulkan seluruh harap dan permintaan kita. Allah tujuan cinta kita, tak pernah luput barang sekejappun mengampuni dosa-dosa kita, memaafkan kesalahan dan kealpaan kita, bahkan Dia, tak pernah bosan mengingatkan kita untuk tetap berada dalam wilayah cinta-Nya.

Jangan pernah menakar betapa besar dan luas kema’afan dan ampunan-Nya kepada kita. Karenanya, mengapa harus menodai alaqah kita kepada-Nya, dengan memilih simpul-simpul kegandrungan yang mengurangi tingkat kegandrungan kita kepada-Nya. Cukuplah bagi kita, alaqah hanya kita berikan kepada-Nya, tidak kepada yang lain, terutama manusia. | Rizqi Anwar, Dani Budiana

 

Editor : sem haesy
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 214
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 422
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 425
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 396
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1153
Rumput Tetangga
Selanjutnya