Ragam Ramadan

Lamanya Waktu, Tantangan Puasa di Amerika Serikat

| dilihat 2122
 
 
AKARPADINEWS.Com - Muslim di Indonesia sangatlah beruntung, karena menunaikan ibadah puasa Ramadan dikisaran 12 jam. Sedangkan, muslim di Amerika Serikat melakukan puasa wajib ini lebih lama 16 hingga 18 jam. Namun muslim di sana mengaku tak masalah, bahkan jadi tantangan tersendiri lantaran puasa tersebut dilandasi niat untuk beribadah.
 
Tahun ini, jatuh pada musim panas di wilayah Amerika, yang artinya puasa berlangsung sekitar 14 hingga 16 jam sehari. Bahkan di AS utara, masa berpuasa bisa hingga 18 jam.
 
Warga negara Indonesia yang menetap di Palo Alto, California, Diah Brinck, menyatakan bahwa sangat beruntung bisa puasa di Indonesia, selain faktor cuaca yang bersahabat juga suasana yang berbeda, karena mayoritas beragama Islam. “Saya puasa  di sini (Palo Alto) dari jam empat pagi hingga jam 20.30 malam, sekitar 16 jam, cukup lama tetapi karena niat puasa insya Allah lancar jadi gak masalah buat kami di sini,”ujarnya pada akarpadinews saat komunikasi di Path, Selasa (8/7). 
 
Selain berpuasa, Diah yang bersuamikan pria Amerika ini tak sulit untuk melaksanakan ibadah tarawih atau berbuka bersama dengan warga muslim karena banyak masjid dan komunitas muslim di California. Sepertii yang dikelola oleh mahasiwa muslim di sana. Ada ISSU, Islamic Student of Standford University ataupun ada Moslem Community Association, MCA. Biasanya, mereka melakukan kegiatan Ramadan tiga kali dalam sepekan, untuk buka puasa maupun shalat tarawih.
 
Dari beberapa komunitas tersebut, Diah memutuskan mengikuti siraman rohani yang diadakan beberapa dari organisasi. “Saya sih datang yang mana saja karena tidak masuk komunitas, tetapi paling sering datang yang dekat rumah di Jamil Islamic Center,”tandasnya.
 
Diah Brinck dan putranya, Rayhan. Foto:Istimewa
 
Di wilayahnya itu, puasa Ramadan 1435 H kali ini, Diah, memulainya sejak Sabtu (28/6). Soal menu tak masalah buatnya, baik ketika berbuka ataupun sahur, Diah yang yang berdarah minang ini, lebih memilih menu buatan sendiri, khas makanan Indonesia, sebagai pengobat rindu suasana puasa di tanah air.
 
Sementara itu, seorang mahasiswa program doktor bidang teknik mesin di Institut Teknologi Michigan, Ahmed Abdul Moiz, mahasiswa pasca sarjana yang berasal dari kota Hyderabad, India, yang juga memimpin organisasi Moslem Student Association di perguruan tinggi Institut Teknologi Michigan,  juga mengakui panjangnya waktu berpuasa jadi tantangan tersendiri bagi keimanannya.
 
Di bulan Ramadan, organisasinya melakukan kegiatan Ramadan berupa buka puasa an terawih bersama sebanyak empat kali dalam sepekan, pada hari Senin, Rabu dan Jumat, kemudian ditambah pula hari Sabtu di kalangan warga Muslim di Houghton, Michigan.
 
 
"Di sini masa puasanya lama, hingga 18 jam sehari. Kami bangun makan sahur, kemudian berpuasa sepanjang hari hingga waktu berbuka pukul 10:30 malam. Kami mengadakan iftar atau buka puasa dan mengatur berbagai kegiatan keagaman lainnya, jadi harus datang lebih cepat ke aula pertemuan, padahal sebelumnya kami telah bekerja sepanjang hari. Jadi, ini benar-benar tantangan cukup berat,”kata Moiz dikutip voa.
 
Meski  lamanya waktu puasa yang panjang diakui cukup berat puasa oleh  Moiz dan Diah Brinck, mereka  tak menyerah untuk  tetap melakukan puasa wajib itu.
“Kalau hanya proses berpuasanya, dalam hati-sanubari kami, jelas, ini merupakan hubungan dengan Tuhan, dengan Allah SWT, tetapi sulit membuat orang lain mengerti. Kebanyakan, para dosen  akan berkata seperti, ‘OK, Anda berpuasa selama 18 jam, tetapi Anda juga mahasiswa pasca sarjana, jadi harus tetap bekerja.’  Ini adalah situasi yang sulit."
 
Kendatipun demikian, imbuh Moiz, cuaca di Semenanjung Keewenaw sangat nyaman pada musim panas, sejuk menyenangkan, tidak gerah dan menyiksa, hanya sekitar 20 atau 25 derajat Celcius. Hanya saja, karena lambatnya matahari terbenam, waktu berbuka, ibadah shalat Maghrib dan Isya menjadi mundur, sehingga rata-rata ibadah shalat tarawih baru usai sekitar pukul setengah satu lewat tengah malam.
Editor : Nur Baety Rofiq
 
Energi & Tambang
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 822
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1088
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1341
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1481
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya